Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Suara Golkar Suara Rakyat atau Suara Si Hilang?

21 Desember 2015   06:00 Diperbarui: 21 Desember 2015   11:13 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah MKD membuat lelucon sekian lama, harapan rakyat sempat mengemuka dengan akhir yang lebih baik. Memang sekarang belum sepenuhnya berakhir masih akan ada babak-babak selanjutnya. Siapa yang membuat Setnov seolah kuat dan tak tersentuh, bahkan masih memegang posisi strategis seperti sekarang ini? Apakah suara Golkar masih suara rakyat seperti slogannya? Atau ada pihak yang membuatnya tetap ada di sana?

MKD dengan berbagai manuver memberikan pejelasan kepada kita, bahwa Golkar memiliki agenda untuk mengamankan Setnov dan kawan-kawan. Ini bukan soal Setnov sendirian. Posisi strategis yang masih ada di tangan Setnov, penggambaran pimpinan DPR-pun hanya di atas kertas, sedangkan faktualnya masih orang-orang yang sama juga.

Ical antara dua arti.

Pertama, hilang dalam bahasa Jawa. Ical atau hilang, gambarang suara Golkar akan hilang di masa depan. Memang masih banyak yang mengandalkan ingatan masyarakat Indonesia yang mudah lupa, namun tentu akan digoreng sedemikian rupa oleh lawan politik di masa yang akan datang. Golkar menyakiti dengan perbuatannya tidak hanya sekali ini, namun berkali-kali. Soal yang selalu berkaitan dengan etis, ketum jalan-jalan dengan gadis ke luar negeri, kali ini orang keduanya “minta” saham. Meskipun sama sekali tidak dibuktikan secara politik dan hukum, sama sekali tidak akan tidak dipakai lawan politik masa kampanye nantinya.

Ical, Abu  Rizal Bakri, ini tentu saja tidak bisa dikesampingkan peranannya. Sangat terlalu dia tidak sedikit pun mendengarkan suara konstituen, meskipun ada pembela yang menyatakan bahwa rakyat yang mana menghendaki Setya mundur. Cerita panjang soal satu ini yang membuat  perannya sama sekali tidak bisa dipandang sebelah mata. Cara menelikung lawan dan kawan dengan apapun caranya, Pak Wiranto, Pak Kalla, Pak Paloh telah merasakan “kesaktiannya” belum lagi Pak Agung L dan kawan-kawan. Pilihannya kali ini pun menyingkirkan Pak Fadel yang merasa “tersingkir.” Kali ini makin banyak barisan sakit hati yang ia timbulkan. Potensi terpecah dan timbul faksi baru dengan kelompok yang merasa tidak enak dengan konstituennya. Kelompok yang masih punya nurani, meskipun tidak banyak. Faksi yang cocok dengan demokrasi ugal-ugalan, dan grup yang abai apapun yang jelas tetap mendapatkan kuasa. Selain tentu dari kelomoknya Pak Agung selama ini.

Strategisnya Setnov. Malang melintang lama dan strategis di dewan, di banggar, ketua fraksi tentu banyak membawa keuntungan bagi Golkar dan kroninya. Sekali saja Setnov jatuh bisa saja akan membawa gerbong hingga ke mana-mana. Kroco sekelas Nazar saja bisa ke mana-mana, apalagi ini yang naga-naganya jauh lebih besar, lihai, dan lama.

Golkar suara si Hilang, telah merenunggut suara Golkar suara rakyat yang selama ini digembar-gemborkan. Partai hanya menjadi kendaraan beberapa elit dan  kepentingan pribadi bukan memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Rakyat hanya dipakai sebagai sarana untuk memenuhi hasrat maruk, tamak, dan rakus.

Tidak akan heran ketika susah payah mempertahankan diri dari serbuan arus reformasi dengan relatif aman, kali ini mereka akan tumbang juga. Selama ini kokoh berdiri, saat ini, justru akarnya dipotongi sendiri oleh para elitnya yang hanya menatap kuasa dan materi dengan mengendarai parpol. Beringin tumbang bukan karena usang, namun pengurusnya yang abai dengan kehidupan berdemokrasi ke dalam dan keluar. Sama sekali tidak ada sifat akomodasi di dalam partai yang merupakan ciri hakiki hidup berdemokrasi. Totaliter kecil yang sangat kental, yang penting temanku, kalian orang luar mau  apa. tidak setuju silakan keluar.

Kejayaan beringin roboh oleh ulah petingginya sendiri bukan karena hal lain. Salah satu seleksi alam yang sangat efektif. Bonsai itu indah karena kerdilnya, kalau partai mengerdilkan diri mana ada indahnya.

Salam Damai

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun