Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Kepanikan Prabowo Membuka Karakter Aslinya

7 Desember 2018   05:00 Diperbarui: 7 Desember 2018   04:59 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari-hari kampanye ini jauh lebih riuh rendah dengan blunder dan kelucuan Prabowo. Ada dugaan dan itu cukup meyakinkan, jika pilihannya ini karena menduplikasi cara kampanye Donald Trump. Penggunaan dengan jelas jargon kampanye Make Indonesia Great Again. Yang jelas-jelas copas dari kampanye DT di USA.

Pengulangan kebohongan, menanggapi peristiwa atau isi dengan tergesa-gesa atau grusa-grusu, merendahkan pihak lain, membuat sensasi tanpa bukti, arogansi atas profesi, dan merasa harus menjadi pusat perhatian, serta arogan untuk mengatur ini dan itu sesuai dengan kepentingan dan kesenangannya.

Memang tidak ada yang sempurna di dalam dunia ini, namun paling tidak, seorang pemimpin itu masih yang wajar-wajar saja. Apa yang ditampilkan Prabowo selama ini cenderung dominan dalam hal-hal yang lemah sebagai seorang pemimpin.

Pengulangan kebohongan

Cukup menarik hal ini, ketika seorang pemimpin kog dengan ringan menyatakan kebohongan. Baik dilakukan sendiri atau dilakukan pihak lain, demi pembelaan rekan atau koleganya. Jelas paling fatal ya pada kasus RS. Toh selain itu juga banyak, hal yang sama diikuti oleh lingkaran terdalamnya, dengan mengatakan kebohongan yang dengan mudah kemudian ditarik kembali dan eminta maaf.

Permintaan maaf pun bukan sebagai sarana evaluasi, memperbaiki keadaan, namun demi menjual kebanggaan diri, merasa berjiwa besar dengan meminta maaf. Itu omong kosong karena toh diulangi lagi dan lagi. Kebohongan bukan hanya dua tiga kali, ini berkali-kali.

Salah itu normal, manusiawi, dan natural, namun kalau kesalahan yang diulang-ulang, ada yang menyebarkan dengan sengaja dan masif, itu jelas bukan manusiawi lagi. Kalah oleh keledai yang dijadikan simbol hewan yang bodoh.

Grusa-grusu

Fatal sebagai seorang pemimpin, ketika grusa-grusu, di dalam merespons kejadian atau peristiwa. Cek dan ricek menjadi penting bagi seorang pemimpin. Contoh paling konkret lagi-lagi kisah RS, pun banyak hal yang jadi lelucon juga karena ia lemah dalam hal ini. Penting cepat dan  kebatklewat, yang penting cepat soal benar salah belakangan.

Hal yang sama dilakukan Sandi mengenai prestasi  menteri  KKP. Dan ujung-ujungnya minta maaf. Gaya kepemimpinan yang berbahaya jika demikian, perlu hati-hati.

Merendahkan Pihak Lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun