Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dewi Persik Jadi Duta Keselamatan Berlalu Lintas, Akankah Ratna Sarumpaet Juga?

4 April 2018   07:10 Diperbarui: 4 April 2018   17:56 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: tribunnews.com | JEPRIMA

Dewi Persik (Depe) dinobatkan sebagai duta keselamatan berlalu lintas, lalu bagaimana dengan Ratna Sarumpaet? Minimal jadi duta untuk DKI Jakarta atau entah apa namanya nanti. Mengenai Depe sudah terbukti, penyelesaian damai dan malah jadi duta (sumber).

Kemarin, ada kehebohan dengan kemarahan seorang pesohor, dan akhir-akhir ini molitik. Dan kog ya kebetulan posisinya berseberangan dengan pemerintahan pusat dan juga memiliki kedekatan dengan pimpinan Jakarta. Ketika mobil diderek, beliau tidak terima. Dan bim salambim, mobil dikembalikan, dan muncul lah mohon maaf oleh aparat. Kembali kewibawaan aparat kalah entah siluman apa yang menakutkan mereka ini. Apakah nanti Ibu Ratna Sarumpaet juga akan jadi duta tertib parkir, atau duta derek, atau entah duta macam apalagi.

Melengkapi kewibawaan aparat yang selalu demikian mudah untuk berbuat salah atau kalah oleh ketakutan entah siluman apa di belakang yang membuat mereka untuk takut. Sebenarnya miris karena beberapa waktu lalu juga hal yang identik, dan mobil dilepas, artinya petugas sangat lemah kalah oleh pribadi, entah labelnya apa. kisah anggota dewan.

Melihat dua fenomena ini, memperlihatkan, apa iya, kinerja aparat di lapangan kita ini sangat buruk, sehingga tidak tahu UU, Perda dan turunannya, sehingga salah membuat keputusan dan pelanggaran. Jika memang demikian buruk, lha buat apa pendidikan, pelatihan, dan sejenisnya bagi mereka? Atau demi mendapatkan "uang makan siang, atau uang rokok, atau malah uang narkoba". Agak tidak yakin dengan keberadaan saber pungli dalam soal ini.

Kemungkinan lain, adalah arogansi kekuasaan. Kekuasaan bisa bermacam jenisnya. Bisa politik, uang, ketenaran yang bisa membeli kekuasaan politis, dan begitu banyak kekuasaan di negara ini, yang mengalahkan kewibawaan dan bahkan UU sekali pun. Melihat dua peristiwa parkir ini, saya pribadi melihat lebih cenderung ke sini. Adanya arogansi kekuasaan dan meremehkan aparat karena, kowe sapa?

Foto: Tribunnews.com
Foto: Tribunnews.com

Mental priyayi yang milik dan didikan Belanda masih demikian kuat. Dekat dengan kekuasaan itu akan terjamin seluruhnya. Dan sebaliknya, yang dalam zaman feodal itu aparat atau pegawai gobermeenadalah priyayi,kini malah kalah oleh para priyayi karena uang dan kuasa.

Aneh dan lucunya bangsa ini ketika sudah merdeka 70 tahn lebih, mengutuk penjajahan, namun sikap feodalisme masih begitu kuat dan kentara. Pengawalan berlebihan seperti penjajah masih tampak dengan mata telanjang. Kadang malah bukan pejabat, motor gede, karena orang kaya akan jalan-jalan dikawal, identik dengan pangeran mau berburu zaman kerajaan kan.

Pejabat, dekat penguasa itu bisa segala-galanya. Pelanggaran hukum, apapun bentuknya bisa menjadi kesalahan aparat jika memiliki akses pada kekuasaan. Dalih aparat tidak cermat, kekhilafan, dan sejenisnya menjadi panglima paling ampuh, dan itu selalu terulang dan lagi dan lagi. Miris bukan? Aparat sebodoh itu melakukan tindakan yang "melanggar hukum?"

Ternyata amuk dan gerudug bisa menjadi senjata ampuh bagi melawan aparat. Jangan salahkan nanti jika suatu saat aparat memang tidak lagi punya aya karena model gerudugan dan amuk massa yang terkoordinasi demi kepentingan pihak tertentu (sumber).

Bukan hendak mendeskreditkan emak-emak, namun ketika emak-emak dan sosok ibu saja sudah menggunakan kekerasan dan mental pokok e, akan seperti apa para pemuda dan ABG coba?

Melihat fenomena ini, deretan panjang, bisa menjadi potensi bahwa kewibawaan aparat yang terdegradasi itu akan menjadi sasaran empuk amuk massa dan gerudugan atas nama pribadi, asal bisa menguasai massa. Ingat uang pun bisa menguasai orang banyak lho, bisa menjadi tabiat baru dan gaya baru untuk memaksakan hasi (sumber).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun