Kutipan Berita: Pernyataan Pers Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy, tangga 1 Maret 2020,
"Kami menerima laporan bahwa korban check in ke hotel tempat dia menginap, Sabtu, 22 Februari 2020, kemudian pada Minggu pada 23 Februari 2020, korban meninggal dunia akibat bunuh diri; korban bernama Jung Eun Hee (57) warga negara Korea Selatan.
Kami tahu motif bunuh diri dari surat wasiat yang ditulis korban. Dalam surat berbahasa Korea itu, korban tampaknya panik dan cemas merasa dirinya terkena virus itu karena sakit tidak sembuh-sembuh. JE menduga dirinya teriveksi virus corona
Kami meminta keterangan saksi-saksi. Lalu melakukan koordinasi dengan pihak RS dr Moewardi untuk melakukan visum. Kepala Forensik RS juga mengambil beberapa sampel dari korban mulai dari air liur dan lainnya. Kemudian dikirim ke laboratorium Kementerian Kesehatan di Jakarta. Hasil pemeriksaan Forensik di RSUD Dr Moewardi, Solo, JE tidak terifeksi Covid-19
Jasad korban kemudian dikremasi di rumah duka Tiong Thing, Solo, pada hari Kamis, 27 Februari 2020, dan abu jenazahnya dipulangkan ke negaranya melalui Bandara Adi Soemarmo."
Berdasar Berbagai Sumber
Sekitaran Universitas Indonesia, Depok Jakarta Selatan | Catatan di atas, agaknya, kurang mendapat perhatian Nitizen. Mungkin penyebabnya adalah publikasi resmi dari Kepolisian, dari kematian JE hingga pemulangan abu jenazah ke Korea, sekian hari lamanya setelah peristiwa terjadi. Atau, setelah ada kepastian bahwa JE terserang Covid-19 atau tidak.
Dari catatan di atas, sesuai dengan dugaan saya sejak awal, (dan saya tulis kemarin) sekali lagi meyakinkan saya bahwa Convid-19 akan memakan korban lebih banyak dari dugaan semula. Tapi, sesuai prediksi para ahli, bahwa kematian langsung akibat Covid-19 hanya 2-3%; namun kematian atau korban akibat tak langsung, misalnya panik dan ketakutan, (akan) mencapai jumlah yang lebih banyak.
Jumlah tersebut, bisa samakin bertambah jika terjadi penembakan di perbatasan Korea Utara dan China; karena Presiden Korut telah memerintahkan menembak mati pelintas batas dari China. Sebab, bisa saja, akibat panik dan ketakutan terhadap Convid-19, warga China mencoba menyebrang perbatasan; jika itu terjadi, maka nyawa mereka pun melayang.
Perlu Peran Semua
Berdasarkan catatan di atas, dan melihat sikon kekinian di area publik, ketika  sejumlah besar orang bergerak (misaknyad pada/dalam Transportasi Publik di Jakarta) dengan tampilan wajah panik dan ketakutan terhadap Covid-19, maka perlu suatu 'perbaikan dan perubahan' terhadap segala sesuatu yang berhubungan corona di Negeri ini. Dalam artian, (i) merubah orasi dan narasi pemberitaan kasus convid-19, (ii) akurasi dan validasi penyampaian informasi, (iii) jumlah korban dicurigai, positip terserang, sembuh, dan seterusnya.
Selain itu, siapa pun yang menyampaikan informasi tentang Convid-19 ke publik, harus  berdasarkan data dari Lembaga Pemerintah atau yang terkait, kredibel, serta dapat dipertanggungjawab. Juga, diharapkan, para politisi atau apalah, yang tidak memiliki data yang sahih, tidak melakukan atau menyampaikan hal-hal yang bersifat mal-informasi, tidak akurat, atau bahkan cenderung hoaks. Â
Semuanya itu demi ketenangan dan ketenteraman publik; demi menjaga agar publik tidak terjerumus de/dalam situasi yang tak terkendali dan tidak wajar, panik dan ketakutan, sehingga melakukan hal-hal k yang ekstrim, misalnya bunuh diri.
Cukup lah