Mohon tunggu...
Nuning Listi
Nuning Listi Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Seorang ibu rumah tangga biasa yang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pancasila, Pemutus Bibit Radikalisme, Intoleransi dan Terorisme

25 Agustus 2017   17:07 Diperbarui: 25 Agustus 2017   18:07 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin diantara kita pernah bertanya, kenapa Pancasila sebagai dasar negara? Kenapa Pancasila dianggap sakti? Atau mungkin masih ada pertanyaan yang lain. Keputusan sebagai dasar negara tentu sudah final. Kita tidak perlu mencari alasan untuk menggantinya. Yang harus kita lakukan adalah memahaminya, lalu mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Jika kita memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya, mungkin kita akan berpikir yang sama.

Jika ingin belajar, mari kita perjelas satu persatu mengenai sila-sila dalam Pancasila. Disebut Pancasila karena terdiri dari lima sila. Dalam sila pertama, menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara yang beragama. Negara yang mengakui Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Bahkan sebagian masyarakat kita juga ada yang masih menganut aliran kepercayaan. Semua agama ini diakui di Indonesia. Mereka  juga bisa hidup berdampingan satu dengan yang lainnya. Sila pertama juga menegaskan bahwa setiap warga negara bebas memilih agama dan beribadah sesuai dengan keyakinannya.

Pada sila kedua, memanusiakan manusia menjadi hal yang penting. Karena manusia itu memiliki akal dan pikiran. Manusia diberi kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsunya. Berbeda dengan binatang, yang tidak bisa mengendalikan nafsunya. Manusia juga diberi perasaan, berbeda dengan makhluk lain yang tidak ada perayaan. Melalui perayaan ini, kita bisa saling mencintai atau membenci. Dengan perayaan kita juga bisa menangis, tertawa, ataupun marah. Dengan segala kelebihannya itu, semestinya manusia bisa saling peduli, saling menghormati, dan tolong menolong. Karena adab manusia memang seperti itu. Dengan beragama yang benar, kita akan sulit terpengaruh praktek radikal dan intoleran.

Sila ketiga mengajarkan persatuan dan kesatuan. Menjaga persatuan penting karena negeri ini sangat luas dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Jika semangat persatuan tidak ditanamkan sejak dini, akan mudah sekali diadu domba oleh pihak lain. Ketika era penjajahan, Belanda pernah menggunakan politik adu domba ke masyarakat Indonesia. Karena adanya semangat persatuan, masyarakat solid dan tidak mudah dipecah belah. Semangat yang sama, yaitu persatuan dan kesatuan ini, bisa digunakan untuk menangkap paham negatif seperti radikalisme, intoleransi, dan terorisme.

Dengan adanya persatuan yang kuat, ternyata juga memupuk upaya untuk musyawarah jika ada persoalan. Semangat mengedepankan musyawarah ini, tidak hanya sudah ada sejak dulu, tapi juga dianjurkan dalam ajaran agama. Jika saat ini masih ada pihak-pihak yang berseteru, lantaran berbeda pendapat, tentu sangat disayangkan. Mareka harus belajar dari sejarah, bahwa Indonesia tidak ada tradisi berbeda pendapat yang berujung pada tindak kekerasan. Karena itulah, mari kedepankan musyarawarah agar generasi penerus kita juga menjadi generasi yang solutif, bukan mengedepankan amarah untuk mewujudkan keinginannya.

Dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bisa diwujudkan jika sila pertama hingga keempat bisa dilakukan. Keadilan disini bukan keadilan menurut kita, atau kelompok tertentu, tapi keadilan menurut seluruh bangsa Indonesia. Disini membuktikan, bahwa Pancasila tidak hanya sebatas tekstual. Pancasila tidak hanya sebatas sila pertama sampai lima. Pancasila yang digali dari budaya lokal Indonesia ini, mempunyai nilai-nilai yang begitu kuat. Jika kita bisa memahami dan mengimplementasikan, tentu paham radikalisme, intoleransi dan terorisme akan sulit mempengaruhi generasi penerus bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun