Mohon tunggu...
Nastiti Cahyono
Nastiti Cahyono Mohon Tunggu... Editor - karyawan swasta

suka menulis dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pilkada DKI, Bom Kampung Melayu dan Seruan Persatuan

26 Mei 2017   00:21 Diperbarui: 26 Mei 2017   03:08 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jaga Persatuan - http://dangstars.blogspot.co.id

Jakarta baru saja melawati ujian pilkada. Kota ini akhirnya mempunyai gubernur terpilih, meski harus melawati berbagai ujian. Keberagaman DKI dipersoalkan ketika pilkada. Ujaran kebencian merebak, dan seringkal memicu amarah penduduk Jakarta. Kondisi kian parah, elit politik seakan memanfaatkan kondisi yang tidak kondusif ini. Sementara, ormas intoleran terus melakukan penggalangan massa, menuntut calon petahanan ditahan. Pilkada DKI Jakarta tidak hanya banyak membuat orang jadi tersangka dan terancam dipenjara, juga mengancam keberagaman kota ini. Setelah pilkada selesai, ujaran kebencian masih saja terjadi.

Belum lagi bangkit dari kesedihan pilkada, Jakarta kembali dihantam persoalan. Kali ini kelompok teroris kembali meledakkan ibukota. Kawasan kampong melayu dihantam bom bunuh diri. Akibat serangan teroris ini, lima orang meninggal dan puluhan orang mengalami luka-luka. Lagi-lagi, bom ini memberikan duka mendalam bagi masyarkat Jakarta. Setelah kejadian bom, semua orang mulai ramai lagi menyuarakan persatuan. Semua orang menyuarakan agar tidak takut dengan aksi terorisme. Jika terorisme dibiarkan, dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas negara. Apalagi ISIS terus mengancam Asia Tenggara, termasuk Indonesia setelah terus terdesak di Suriah dan Mosul.

Jika belajar dari dua peristiwa diatas, yaitu pilkada dan bom kampong melayu, seakan kita disadarkan agar menghilangkan segala bentuk permusuhan yang selama ini terjadi. Karena melawan ujaran kebencian tidak akan bisa efektif, jika masyarakatnya tidak bersatu. Begitu juga melawan terorisme tidak akan berjalan, jika masyarkatnya tidak ada persatuan. Karena itulah, mari kita introspeksi diri. Jangan ganggu lagi Jakarta dengan segala hal yang tidak produktif. Mari kita bangkit dan hilangkan permusuhan yang sempat terjadi selama pilkada. Kini, ancaman yang nyata telah ada disekitar kita, yaitu radikalisme dan terorisme.

Ancaman perpecahan akibat ujaran kebencian, dan ancaman perpecahan akibat radikalisme dan terorisme sama hebatnya. Ketika pilkada, nalar dan akal sehat sebagian orang seakan hilang karena masifnya berita palsu dan provokasi di dunia maya. Akibatnya, masyarakat sulit membedakan mana yang benar dan yang salah. Masyarakat yang minim literasi, yang tidak melengkapi dirinya dengan kecerdasan dan ilmu pengetahuan, akan rawan diprovokasi. Hal yang sama, sadar atau tidak sadar, sebenarnya juga telah dilakukan oleh kelompok radikal dan teroris. Nilai-nilai agama yang suci, telah dibelokkan ke arah yang tidak benar. Atas nama membela agama, mereka mencari pembenaran untuk melakukan jihad melalui bom bunuh diri. Dan hasilnya sama. Masyarakat yang tidak melengkapi dirinya dengan kecerdasan, akan menjadi korban. Hasilnya, banyak generasi muda kita yang menjadi korban. Sekali lagi, sadarkah kalah sebenarnya kelompok intoleran dan radikal ini, telah menyusup ke semua lini. Pola yang mereka lakukan hampir sama.

Mari kita introspeksi. Jika setelah pilkada semua orang meminta agar move on, semua orang menyuarakan rekonsiliasi, tentu harus diwujudkan dalam implementasi yang nyata. Begitu juga setiap aksi bom bunuh diri terjadi, semua orang juga menyuarakan pentingnya toleransi dan menjaga persatuan. Semuanya sekali lagi harus diwujudkan dalam aksi yang nyata. Semuanya harus diwujudkan dalam ujaran dan perilaku sehari-hari. Tidak perlu lagi saling memfitnah, tidak perlu lagi saling membenci, tidak perlu lagi saling menolak, dan tidak perlu lagi saling mendemo. Mari kita jaga betul komitmen persatuan ini, agar NKRI benar-benar tetap terjaga dari berbagai ancaman.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun