Saya ikut bersimpati dan ikut sedih atas penyerangan oleh para teroris terhadap polisi. Tetapi saya heran dan sedih juga karena ada beberapa orang yang lewat pernyataan pers dan media sosial seperti Twitter dan Facebook. Ada beberapa "kenyinyiran" atas penyerangan terhadap polisi itu. Pertama, soal ditembak matinya 2 (dua) pelaku penusukan polisi yang sedang salat jumat di masjid Faletehan. Seorang politisi dari PKS menyayangkan mengapa dua pelaku itu ditembak mati. kalau tidak ditembak mati kan bisa ditanyai siapa yang menyuruh dan seterusnya. Pernyataan ini juga didukung oleh beberapa netizen di Facebook.
Untuk membantah "kenyinyiran" ini dapat dikemukakan pembelaan bahwa polisi sudah melakukan tembakan peringatan, di sekitar tempat kejadian banyak orang dan jemaat solat jumat sehingga kalau tidak ditembak akan membahayakan orang lain, dan yang lebih penting ternyata di dalam tas pelaku penusukan ditemukan sangkur dan bom lontong yang sewaktu-waktu kalau hanya dilumpuhkan akan diledakkan sebagai bom bunuh diri yang akan memakan banyak kurban.
Kenyinyiran kedua menyangkut ditemukannya KTP pelaku. Ada yang nyinyir dan berkata di media sosial kalau itu teroris profesional mengapa bodoh dan membawa KTP segala. Terhadap hal ini dapat dikemukakan fakta bahwa pelaku terorisme banyak berasal dari golongan islam radikal yang menerima ajaran sesat bahwa jika merekamati karena dianggap membela agama atau melakukan sesuatu yang heroik maka mereka akan masuk surga. Para teoris ini justru bangga kalau identitas mereka diketahui.
Kenyiyiran ketiga meyangkut lokasi penusukan. Ada yang bicara di medsos, mengapa teroris repot-repot mencari lokasi ketika polisi sedang salat di mesjid dengan banyak orang di sekitarnya. Mengapa tidak mencari polisi lalu lintas yang sedang jaga sendirian di pos-pos penjagaan? Saya khawatir si penulis pesan di facebook itu justru memberikan inspirasi bagi para teroris. Mstinya polisi menelusuri akun facebook yang bersangkutan. Kembali kepada pemilihan lokasi di mesjid menurut saya ini gejala bahwa para teroris sudah semakin berani dan terang-terangan menyerang para polisi.
Terakhir sebagai garis bawah saya justru mengajak masyarakat ikut bersimpati dan prihatin terhadap polisi yang sekarang sedang terancam oleh ulah para teroris. Jangan justru dinyinyiri. Saya juga pesan kepada para anggota DPR untuk segera menyetujui RUU Anti Terorisme menjadi UU. jangan menunggu lebih banyak lagi polisi yang jatuh kurban.