Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membedah Landasan Filosofis Kurikulum 2013, Manusia ialah Tujuan Akhir Pendidikan

16 Juni 2013   19:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371387009225553290

Dimuat di Majalah Pendidikan Online Indonesia, Minggu/16 Juni 2013 http://mjeducation.co/membedah-landasan-filosofis-kurikulum-2013-manusia-ialah-tujuan-akhir-pendidikan/

Selasa pagi (28/5/2013) matahari bersinar cerah. Jam tangan masih menunjuk pukul 09.30 WIB tapi puluhan hadirin peserta diskusi telah memadati ruang Dinamika Edukasi Dasar (DED) di Jalan Gejayan - Affandi, Gang. Kuwera 14 Mrican, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sembari menanti pengunjung bisa membaca buku-buku di perpustakaan dan menikmati jajanan pasar serta teh hangat yang telah disediakan oleh panitia. Tepat pukul 10.00 WIB acara “Seri Diskusi Pemikiran Pendidikan” pun dimulai. Acara yang digelar rutin setiap dua bulan sekali tersebut hasil kerja sama DED dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Kali ini tema yang diangkat masih hangat, yakni “Membedah Landasan Filosofis Kurikulum 2013”.

Selaku narasumber ada dua praktisi pendidikan kota gudeg yang diundang, yakni Prof. Dr. M. Amin Abdullah (Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan P. Hardono Hadi, Ph.D (Dosen Pascasarjana Univeristas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta). A. Mardani, S.Sos, ketua divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) DED memberikan kata pengantar, “Dunia pendidikan dewasa ini terpengaruh tegangan politik dan ekonomis. Oleh sebab itu, tujuan diskusi kita kali ini untuk memberi landasan filosofis yang lebih mapan bagi perubahan Kurikulum 2013 tersebut.”

“Pembicara pertama ialah dosen tamu saat saya masih kuliah S2 di Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta beberapa waktu lalu. Beliau juga selama dua masa jabatan menjadi Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu, Prof. Amin banyak menulis buku dan opini di media massa yang bertemakan pendidikan. Isinya sejalan dengan cita-cita mendiang Romo Mangun, yakni agar siswa/mahasiswa dapat berpikir integral, kreatif, komunikatif, dan eksploratif,” imbuhnya.

“Pembicara kedua ialah Pak Hardono. Beliau mengajar di UGM dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dulu Pak Hardono ini sekantor dengan saya di Yayasan Satu Nama. Latar belakang kedua pembicara memang filsafat epistemologis. Lewat diskusi ini, kita hendak memberikan landasan filosofis agar Kurikulum 2013 prosesnya kelak lebih manusiawi,” pungkasnya.

Menurut Prof. Amin, ini forum diskusi yang bagus sekali. “Kita sharing saja menyikapi tema besar Kurikulum 2013. Kabarnya pada Juli 2013 akan mulai diterapkan di seluruh Indonesia. Kegelisahan terhadap dunia pendidikan nasional memang dirasakan oleh semua orang. Lalu bagaimana jalan keluarnya?” tanyanya kepada para hadirin.

Prof. Amin mau berangkat dari pengalamannya sendiri beberapa waktu lalu sebagai rektor. Saat itu, IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Sunan Kalijaga akan berubah menjadi UIN (Universitas Islam Negeri) Sunan Kalijaga. “Saya sebagai pelaku saat perubahan IAIN ke UIN juga mengalami pergumulan serupa. Tapi menurut saya yang paling pokok ialah merumuskan paradigma keilmuannya dulu. Itu saya lakukan terus-menerus sepanjang tahun 2003-2004,” ujarnya.

“Pergumulan epistemilogis dan filosofis itu ternyata tidak mudah. Kadang-kadang saya juga merasa hopeless, tapi kita sebagai pemikir, pemandu, aktivis jangan mudah menyerah begitu saja. Harus terus maju!” ujarnya dengan penuh semangat.

“Saya mencermati debat di media massa terkait Kurikulum 2013: Tematik-Integratif. Dulu pada tahun 2002 sampai 2006 saya menyebutnya integrative dan interconnected. Karena ada istilah “inter” jadi di situ yang paling aktif ialah dosen/guru. Dosen/guru merupakan ujung tombak. Tapi kenapa para dosen dan guru malah belum di-training?” tanyanya.

Masih menurut Prof. Amin, seharusnya ada naskah akademik yang memuat proses active learning, KTSP, dll. Itu semua belum ada tapi Kurikulum 2013 sudah keburu segera di-launching, the show must go on.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun