Mohon tunggu...
Nana Sudiana
Nana Sudiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar literasi & Aktivis Filantropi

Nana Sudiana, seorang yang berkeinginan besar untuk terus belajar dan saat yang sama bisa berkontribusi dan mempersembahkan kebaikan pada lingkungan sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masa Terindah = Masa-Masa di Sekolah (SMA)

1 April 2011   10:34 Diperbarui: 4 April 2017   17:19 12688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tiada masa paling indah... Masa-masa di sekolah
Tiada kisah paling indah... Kisah-kasih di sekolah
(Obbie Messakh - Kisah Kasih di Sekolah)

Benarkah masa-masa terindah seseorang ada di sekolah? Dan ternyata moment sekolah yang paling indah adalah di tingkat SMA?. Barangkali logikanya anak usia SD secara sosial belum mengerti benar tentang esensi pertemanan, dan usia setelahnya (saat SMP) masih lebih dekat ke dunia anak-anak daripada ke arah dunia orang dewasa. Masa SMA adalah masa transisi dari usia remaja menuju kedewasaan awal, sehingga logika orang dewasa bagi anak usia SMA sudah masuk dalam frame berpikirnya.

Saat yang sama usia SMA ini belum punya beban dan tekanan sebagaimana layaknya orang dewasa. Jadi wajar dalam rentang usia SMA  yang ada adalah kesenangan-kesenangan tanpa tekanan. Dan usia transisi ini juga merupakan usia yang rawan sesungghnya, karena walau belum dewasa (secara kematangan psikologis maupun biologis) tapi seluruh fungsi dan peranan yang ada tidak jauh berbeda dengan orang yang berusia dewasa.

Sebenarnya apa saja yang bisa membuat masa-masa SMA itu berkesan? kenapa begitu banyak orang ingin kembali ke masa SMA-nya? padahal bisa jadi waktu SMA-nya, dia sendiri sering mengeluh karena jenuh dan bosan jadi anak SMA.Dari sejumlah pembicaraan di beberapa grup atau komunitas sosial baik yang maya (on line) maupun yang real (offline) tentang masa SMA ini, ternyata di ketahui ada beberapa faktor kenapa masa-masa SMA di sebut masa-masa paling indah di kalangan semua orang :

1. Sesuatu yang kita dapatkan sewaktu SMA, tidak didapatkan pada saat kuliah apalagi setelahnya

Banyak pengalaman positif (juga negatif) berasal atau di mulai saat usia SMA. Usia ini berbeda dengan usia SMP, di mana saat usia SMP, yang dilakukan seseorang ketika itu lebih pada solidaritas teman atau akibat dari tekanan sosial lingkungan pergaulan. Masa SMA, pilihan yang dilakukan seseorang sudah mulai lebih independen dan mulai dipenuhi unsur-unsur rasional. Keinginan untuk diakui sebagai orang dewasa juga mulai menggoda. Maka wajar di usia SMA, kebutuhan untuk memiliki “teman spesial” demikian besar. Apalagi ini dirasakan secara mayoritas, sehingga usia SMA ini usia di mana secara massal terjadi “perlombaan” mendapatkan teman khusus tadi. Dan tentu saja, “pertemanan” ini sendiri lebih pada pemenuhan kebutuhan sosial daripada yang lainnya.

Dengan mudah sekali orang berganti teman khusus dan sebaliknya tak terlalu punya banyak beban bila pada akhirnya ditinggalkan atau meninggalkan teman mereka. Wajar saja rasa bosan, jenuh dan ingin mencoba sebanyak mungkin teman lainnya demikian besar, saat yang sama ini juga dialami oleh lawan jenis mereka, jadilah kondisi ini seakan menjadi budaya yang melingkupi usia anak-anak SMA. Terlepas dari baik dan buruknya, jelas budaya ini tidak bisa lagi dilakukan di luar masa SMA. Karena pergaulan pasca SMA lebih berorientasi pada pergaulan yang bukan bersifat sosial semata. Saat kuliah (bila dia kuliah) atau kerja, orang lebih hati-hati dalam bergaul, karena sudah menyangkut tanggungjawab dan sejumlah prasyarat lain yang lebih serius yang akan membarengi hubungan yang terjalin.

2. Kebersamaan

Ikatan komunal usia SMA juga termasuk yang paling kuat di banding sebelum atau setelah usia SMA. Usia ini lagi-lagi adalah usia penemuan jatidiri yang mulai ditapaki, orang sudah mulai meninggalkan masa anak-anak dan remaja. Saat yang sama, ia sesungguhnya cukup cemas dengan masa depannya. Jadilah di usia ini sifat komunal tumbuh kuat sebagai sebuah jalan mengurangi rasa cemas. Maka dari itu, acara-acara jalan-jalan bareng, nongkrong bareng,  bolos bareng sampai di setrap (di hukum) bareng merupakan sesuatu yang dinikmati anak usia SMA. Tokh mereka sadar, sudah mulai ada konsekuensi yang harus di terima yang berbeda dengan usia sebelumnya. Misalnya saat memilih jurusan, ketika ia memilih eksakta (fisika dan biologi pada jaman dahulu) tentu saja ia menyadari akan seperti apa masa depan mereka kelak dengan pilihan ini. Dan begitu mereka merasa berkomunitas (sesuaijurusan-nya masng-masing), maka dengan sendirinya mereka harus beraktualisasi dalam peer group mereka ini. Perasaan satu nasib, satu pilihan (walaupun bisa jadi awalnya terpaksa) atau satu entitas menyatukan dan membuat kohesivitas pertemanan menjadi demikian erat. Kadang secara ekstrem, bila menyangkut kelompok atau komunitas mereka, persoalan salah dan benar bisa terabaikan. Karena dibalik kesiapannya menuju proses kedewasaan, ia masih diliputi rasa cemas secara personal. Ia membutuhkan teman dan juga komunitas yang sedikit banyak bisa memberikan rasa aman.

3. Cinta Monyet yang menyesatkan tapi biasanya tak terlupakan

Secara umum remaja laki-laki menyadari dirinya butuh teman dari lawan jenis memang agak terlambat. Ya, laki-laki rata-rata mulai berani menjalin komunikasi dengan lawan jenis pada usia SMA. Lain dengan wanita, mereka secara umum justeru merasakan kebutuhan ini kala usia SMP. Tapi karena umumnya wanita tak pernah berani mengungkapkan rasa ini, jadilah seakan masa SMA tetap merupakan masa pertama menjalin komunikasi.

Orang bule biasanya bilang first love, sedang orang Indonesia sendiri banyak mengistilahkan kondisi ini dengan sebutan cinta monyet.Entah kenapa di sebut cinta monyet, padahal monyet-nya sendiri tidak pernah sekolah apalagi melakukan hal ini di sekolah. Di mana-mana tidak ada yang namanya monyet bisa sekolah, apalagi sampai tingkat SMA. Tapi entahlah, siapa yang memulai menggunakan istilah ini. Sebetulnya perasaan kuat untuk berteman secara khusus (yang orang umumnya bilang pacaran) lebih dilatarbelakangi karena adanya perasaan cemas yang melingkupi mereka. Semakin kecemasan ini muncul, semakin perasaan ingin berbagi dan bercerita secara khusus dengan orang tertentu semakin kuat. Di saat yang sama, ini juga sekaligus ajang mereka menunjukkan bahwa mereka bisa diterima secara sosial oleh orang lain. Kedua perasaan ini (kecemasan akan masa depan dan kuatnya diakui secara sosial) kadang melahirkan sikap yang membabi buta. Seakan-akan bahwa pacaran di usia SMA adalah sebuah keharusan. Anehnya, walau hubungan ini tak bermakna apa-apa, hampir semua orang sepakat bahwa justeru moment seperti itu yang tidak pernah bisa mereka lupakan seumur hidup mereka.

Bukti bahwa masa ini masa paling rawan sekaligus indah adalah, betapa banyak pasangan yang telah bertahun-tahun menikah justeru mengalami kegoncangan setelah suami atau isteri mereka mengadakan reuni (tanpa pasangan masing-masing ikut serta) tingkat SMA. Banyak kejadian-kejadian masa lalu seseorang yang kemudian meng-obsesi kembali mereka dan menggoda mereka untuk melanjutkan atau meneruskan masa lalu yang telah terlewati, padahal fase sebenarnya sudah berbeda. Inilah penyakit sebuah reuni bila para pesertanya punya obsesi masa lalu yang tak kesampaian.

4. Guru

Nah, kalau yang satu ini, biasanya yang paling diingat dengan baik oleh kita adalah guru yang menempati posisi ter (paling). Umumnya ada pada nominasi guru yang paling galak (hobby memberi hukuman dan mungkin juga pukulan (bila ada)), guru yang paling baik, paling lucu (dengan segala definisinya seperti ; kocak, culun, dan paling “mengibakan” (membuat kita iba ; misalnya sering tidak match ketika berpakaian, atau kelewat menor, kelewat atraktif atau malah kelewat lebay). Adapun guru lainnya yang juga tak akan bisa dilupakan siswa adalah guru yang berwibawa, terlihat dan terbukti cerdas dan guru yang sering membantu kegiatan siswa di sekolah, baik di intra maupun ekstra kurikuler. Sedangkan untuk guru yang biasa-biasa saja, jangankan prestasinya atau kelebihannya, namanya saja barangkali sudah tidak ada lagi dalam memori otak para siswa.

Itulah beberapa hal yangkata penyanyi Obbie Messakh kenapa orang-orang banyak berkata bahwa masa-masa SMA itu adalah masa-masa yang terindah.Kenapa disebut terindah, karena masa-masa itu masa tidak bisa kita temukandi masa yang lainnya, bahkan di dunia kuliah sekalipun, apalagi di dunia kerja.

(Nana Sudiana dari eksplorasi mengenang masa-masa di SMA N Ciledug (yang kini berubah menjadi SMA N Babakan).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun