Mohon tunggu...
Sosbud

Cara Mengelola Persampahan Perkotaan Secara Cerdas

16 Mei 2015   17:32 Diperbarui: 4 April 2017   16:18 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Permasalahan sampah perkotaan

Salah satu masalah yang dihadapi oleh perkotaan di Indonesia adalah masalah persampahan. Sampah merupakan salah satu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan masyarakat perkotaan, karena segala aktivitas masyarakat perkotaan menghasilkan sampah. Produksi sampah perkotaan di Indonesia adalah sebesar 38,5 juta ton/tahun atau bila dirata-rata per-hari adalah sebesar 200.000 ton/hari. Jika dilihat dari segi pengelolaan sampah, maka diketahui bahwa 68 % sampah diangkut dan ditimbun, 9 % dikubur, 6 % diolah menjadi kompos dan daur ulang, 5 % dibakar, dan 7 % sampah tak terkelola (sumber : http://rumahpengetahuan.web.id/pengelolaan-sampahantara-berkah-dan-musibah/). Jakarta sebagai kota metropolitan juga memiliki permasalahan persampahan yang diantaranya adalah meningkatnya jumlah produksi sampah tiap tahunnya dan buruknya manajemen pengelolaan sampah. Produksi sampah di DKI Jakarta pada tahun 2015 ini adalah sebesar 6000-7500 ton per hari. Jumlah ini sangat besar mengingat dalam kontrak kerjasama pengelolaan sampah dengan TPA Bantar Gebang, pada tahun 2015 Jakarta ditargetkan hanya akan membuang sampah di TPA Bantar Gebang sebesar 3000 ton/hari karena sisa sampah akan diolah dengan incinerator. Jika terus dibiarkan, maka tumpukan sampah akan terus menggunung di TPA Bantar Gebang melebihi kapasitasnya sehingga dikhawatirkan akan mengalami permasalahan yang sama dengan TPA Leuwi Gajah, dimana sampah yang menumpuk tinggi menyebabkan korban jiwa.

Kondisi TPA Bantar Gebang (Sumber : www.tempo.co.id)

Apa yang bisa dilakukan?

Permasalahan persampahan di Kota Jakarta, juga kota-kota lain di Indonesia tidak lagi bisa ditangani secara konvensional, perlu pendekatan yang inovatif dan kreatif dalam rangka pengelolaan dan pengolahan persampahan perkotaan. Selain inovatif, pengelolaan sampah juga harus dilakukan secara efektif dan efisien. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka selayaknya kota-kota Indonesia harus bisa menggunakan cara-cara yang cerdas dalam mengelola setiap permasalahan perkotaan. Berdasarkan definisi, Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang berada didalamnya mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan keiatannya ataupun mengantisipasi kejadian yang tidak terduga sebelumnya (Idwebdata dalam Supangkat 2015). Seiring dengan meningkatnya penggunaan smartphone ataupun penggunaan internet oleh masyarakat, maka seharusnya teknologi tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal untuk menangani permasalahan perkotaan khususnya permasalahan persampahan. Teknologi informasi dapat digunakan untuk menyediakan informasi pengelolaan sampah ataupun informasi mengenai pengelolaan persampahan rumah tangga ataupun informasi mengenai gaya hidup ramah lingkungan dan hemat sampah. Penyedia layanan persampahan tidak hanya bisa disediakan oleh pemerintah. Individu ataupun swasta juga bisa saling berkompetisi untuk memberikan layanan pengelolaan persampahan yang terbaik bagi masyarakat. Gaya hidup kaum perkotaan yang ramah lingkungan dan hemat sampah juga bisa disosialisasikan untuk mengurangi produksi sampah secara individu, rumah tangga, maupun industri.

Best Practice : Pengelolaan Persampahan di Bengaluru, India

Salah satu kota yang memiliki inisiatif pengelolaan sampah yang baik adalah di Bengaluru, India. Bengaluru adalah ibu kota dan kota terbesar di negara bagian India Karnataka. Kota ini juga disebut "Kota Taman" karena taman-taman, bunga, dan pepohonannya yang indah. Bengaluru merupakan kota terbesar ketiga dan metropolitan terbesar kelima, dengan populasi pada 2001 sebesar 6,5 juta. Sebelum 1 November 2014, nama kota ini adalah Bangalore. Perubahan nama diajukan sejak 1 November 2006, bersama-sama dengan 10 kota lain di Karnataka. Inisiasi pengelolaan persampahan ini dilakukan oleh organisasi independent yang tanggap terhadap permasalahan persampahan di Kota Bengaluru. Pengelolaan sampah ini tidak hanya membantu pengelolaan sampah oleh pemerintah, tetapi juga bisa memberikan nilai edukasi terhadap masyarakat dalam pemilahan sampah, serta memberikan lapangan pekerjaan yang layak kepada para pemulung dengan menjadi pengambil sampah resmi atau disini disebut sebagai “Ragpicker”. Organisasi ini membuat platform IT berupa website bernama “I Got Garbage” yang berfungsi untuk menjembatani komunikasi antara pengelola persampahan dengan masyarakat.

Awalnya I got garbage dibentuk untuk meningkatkan kualitas hidup para pemulung dengan menciptakan lapangan kerja yang lebih layak dan sekaligus membantu menangani permasalahan sampah perkotaan dengan mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA). Dari awal berdiri sampai sekarang, I got garbage telah melibatkan sekitar 5251 ragpicker (pemulung) dan 2350 tons sampah yang telah diolah. Website ini dibuat secara interaktif dengan tujuan agar masyarakat Bengaluru dapat berperan aktif dalam pengelolaan sampah, maupun usaha pengurangan sampah di lingkungannya.

1431768782602885064
1431768782602885064
Tampilan website I Got Garbage (sumber : www.igotgarbage.com)

Dalam website ‘I Got Garbage”, organisasi penyedia jasa pengelolaan persampahan ini menawarkan jasa pengangkutan sampah bagi perumahan, apartement, ataupun perkantoran. Jika seseorang ingin sampahnya dikelola oleh I got Garbage, maka I Got Garbage menyediakan sarana edukasi pemilahan sampah di rumah, jadi masyarakat diajarkan secara mandiri memilahkan sampahnya di rumah sebelum diangkut oleh I got garbage. I got Garbage juga menyediakan jasa mempekerjakan seorang pemulung sebagai pengangkut sampah di lingkungan apartemen maupun perkantoran yang menginginkan I got garbage untuk mengelola sampah mereka. Untuk tergabung dalam I got garbage, masyarakat perlu untuk registrasi dalam website I Got garbage terlebih dahulu, dan setelah itu mereka dapat memilih pilihan sesuai kebutuhan. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dengan terlibat aktif sebagai waste auditor, pengangkut truk sampah, atau mengikuti proses pengolahan sampah selama sehari di I got Garbage centre. Selain itu, masyarakat juga dapat menghitung produksi sampah harian mereka dan mengetahui upaya-upaya untuk mengurangi produksi sampah harian.

1431769037367064969
1431769037367064969
Skema Kerja I Got Garbage (sumber : www.igotgarbage.com)

Best Practice : Penerapan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Masyarakat perkotaan juga harusnya mengadopsi gaya hidup ramah lingkungan dan hemat sampah dalam kehidupan sehari-hari mereka untuk mengurangi produksi harian sampah di perkotaan. Mengingat 48 % sampah perkotaan berasal dari sampah rumah tangga, maka seharusnya masyarakat perkotaan sudah mulai untuk mengubah gaya hidupnya menjadi ramah lingkungan. Hidup ramah lingkungan pada dasarnya merupakan penerapan dari keberlanjutan atas keputusan dan pilihan gaya hidup (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Hidup_ramah_lingkungan). Oleh karena itu diperlukan kesadaran individu dan juga contoh keberhasilan dari orang lain untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan tanpa sampah. Sebagai masyarakat cerdas yang tinggal perkotaan, informasi mengenai gaya hidup ramah lingkungan dapat didapatkan secara mudah dengan mengetik keywords gaya hidup ramah lingkungan di internet atau mencari tips mengenai gaya hidup ramah lingkungan dari orang yang telah berhasil menerapkannya dan kemudian mereka membagi tips dan triksnya dari website atau blog.

Salah satu orang yang berhasil menerapkan gaya hidup ramah lingkungan adalah Bea Johnson. Bea Johnson sudah menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dan bebas sampah di keluarganya dari tahun 2008 dan menulis buku mengenai Zero Waste Lifestyle yang telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Gaya hidup bebas sampah yang telah dia terapkan telah mengubah kehidupannya dan keluarganya menjadi lebih baik dimana dalam sebulan dia dan keluarganya hanya menghasilkan sampah sebanyak 1 toples dalam 1 tahun. Dalam websitenya www.zerowastehome.com dia membagikan 100 tips gaya hidup bebas sampah yang dapat dimulai dari keluarga. Selain website, Bea Johnson juga membagian pengalaman gaya hidup bebas sampahnya juga lewat instagram dan juga buku yang Ia tulis. Dia membagikan tips gaya hidup bebas sampah yang bisa dimulai dari dapur, kamar mandi, laundry dan cleaning, tempat makan, kantor, dan lain sebagainya.

1431769101479981240
1431769101479981240
Sampah yang Dihasilkan oleh Keluarga Bea Johnson pada Tahun 2014 (sumber : www.zerowastehome.com)

Prinsip yang diajarkan oleh Bea Johnson dalam memulai gaya hidup bebas sampah adalah sebagai berikut (disadur dari majalah Martha Stewart Living edisi Indonesia) :

1.Mulai Dari yang Kecil

Transformasi tidak akan terjadi begitu saja, jika kita tidak mulai sedikit demi sedikit. Biasakan untuk membawa kantong belanja yang bisa dipakai berulang jika berbelanja untuk meminimalisir pemakaian kantong plastik, dan membawa tempat toples sendiri ketika ingin membeli daging, ayam, atau ikan.

2.Kalau ada dua, buang atau donasikan

Jika ada barang dirumah yang sama dan tidak terpakai lebih baik barang tersebut dibuang atau didonasikan kepada orang yang membutuhkan,

3.Tidak Perlu ikut Tren

Tidak perlu terus membeli pakaian setiap waktu, setiap anggota keluarga hanya perlu memiliki pakaian dasar yang bisa dipadu padankan untuk pemakaian sehari-hari, dan jika membeli satu pakaian baru, maka satu pakaian lama bisa di donasikan kepada yanng membutuhkan.

Bea Johnson mengungkapkan bahwa ketika kita tidak memiliki banyak barang, sangat mudah untuk hidup lebih teratur karena waktu tidak terbuang percuma untuk merapikan atau membersihkan barang-barang tersebut. Gaya hidup bebas sampah sekaligus juga dapat membantu masyarakat perkotaan untuk keluar jerat konsumerisme yang menyebabkan orang membeli barang-barang yang kurang berguna untuk hidupnya.

Lesson Learned

Permasalahan persampahan perkotaan di Indonesia atau khususnya Jakarta merupakan permasalahan yang membutuhkan penanganan yang tepat karena produksi sampah yang terus meningkat setiap tahunnya, sedangkan luasan land fill atau tempat pembuangan sampah sangat terbatas. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan permasalahan mutlak diperlukan karena permasalahan persampahan merupakan masalah bersama antaa pemerintah dan masyarakat. Dalam kaitannya dengan Smart City, pemerintah perlu membuka informasi tentang permasalahan persampahan melalui media internet, dan membuka peluang yang luas bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam permasalahan persampahan.

Berdasarkan best practice yang telah dikemukakan, maka peran masyarakat disini dapat berperan sebagai jasa pengelola persampahan perkotaan dengan mengikuti konsep pengelolaan persampahan ataupun mengubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup ramah lingkungan dan bebas sampah di lingkungan keluarganya. Tugas pemerintah adalah sebagai pemberi informasi dan sosialisasi terhadap usaha-usaha pengelolaan sampah perkotaan dan menjadi mitra kerja bagi masyarakat yang ingin mengelola dan mengolah persampahan. Keunggulan teknologi yang berupa jaringan internet, smartphone, website, aplikasi smartphone, bisa dimanfaatkan secara optimal untuk membantu pengelolaan persampahan di perkotaan.

Sumber :

www.igotgarbage.com

www.zerowastehome.com

http://id.wikipedia.org/wiki/Hidup_ramah_lingkungan

Materi Nangkring Kota Cerdas Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun