"Mo Salah, la, la, la, la, la, la, la, la, la. If he's good enough for you. He's good enough for me. If he scores another few then i'll be Muslim too. If he's good enough for you. He's good enough for me. Then sitting in a mosque is where i wanna be.
Siapa sih yang tak mengenal Mo Salah ? saya rasa mulai dari Decul family (sebutan bagi fans Barcelona di Indonesia) hingga Dedemit squad (sebutan fans Real Madrid di Indonesia) pun pasti mengenali Salah, bahkan kalau boleh jujur juga diantara Decul dan Dedemit mania pasti ada yang suka dengan sosok pesepakbola asal Mesir tersebut entah karena gaya permaianannya, parasnya, atau karena keimanannya.
Pemain yang didatangkan dari Ibu Kota Italia, AS Roma tersebut kini menjadi idola baru di Anfield. Bukan tanpa alasan Liverpool mania mengelu-elukannya karena sejak bergabung dengan The Reds awal musim 2017, sampai saat ini Salah telah mengoleksi 44 gol dari seluruh kompetisi.
Torehan gol yang tak henti dia buat menjadikan pesepak bola berbulu dada tersebut dianggap sebagai salah satu pemain depan terbaik Premier League musim ini. Terbukti dengan suksesnya Mo Salah dengan menyabet penghargaan PFA sebagai Player of the Year. Ditambah pasca Liverpool lolos ke putaran final Liga Champions UEFA (UCL) menjadikan Salah sebagai idola baru tidak hanya bagi Liverpool mania tetapi juga publik secara keseluruhan yang sebelumnya merasa bosan, dengan dominasi dua 'robot' yaitu Ronaldo dan Messi.
Mo Salah dan Pengaruhnya
Puncaknya terjadi ketika partai final yang mempertemukan Real Madrid dengan Liverpool. Ada drama menarik yang dipertontonkan dalam partai final tersebut. Salah diharapkan mampu memberikan permainan terbaiknya sepanjang jalannya pertandingan. Namun tepat menit ke-25 Salah harus dijatuhkan oleh Kapten Madrid, Sergio Ramos. Impian Salah untuk bermain secara maksimal pun pupus. Salah harus menerima cedera bahu dan gagal melanjutkan permainan. Sontak banyak pihak yang mengecam tindakan Sergio Ramos tersebut, selang beberapa menit setelah Salah keluar dari pertandingan, akun instagram Ramos menjadi bulan-bulanan emosi publik.
Tak berhenti dari situ, dari beberapa sumber menyebutkan bahwa selang beberapa hari setelah parta final tersebut muncul pengacara kondang asal Mesir yang ingin melayangkan gugatan terhadap Ramos. Tidak tanggung-tanggung, gugatan ganti rugi tersebut senilai 1 miliar pound sterling atau setara Rp. 16.5 Triliun. Banyak sekali akhi.
Kehebohan pasca cideranya Salah pun tidak hanya di negerinya sendiri, Mesir. Tetapi juga sampai ke Indonesia. Hal tersebut terlihat dengan adanya sejumlah orang yang ingin mengadakan aksi bela Salah di depan kedutaan Spanyol. Mereka berpendapat bahwa dalam sepak bola tersebut ada saudara kami sesama muslim yang sedang teraniaya. Mereka  pun mengajukan dua tuntutan. Pertama seruan untuk mengadili Sergio Ramos. Kedua cabut gelar Piala Liga Champions dari Real Madrid. Sekilas dari kedua tuntutan tersebut membuat kita tertawa menggelitik.Â
Bagaimana tidak, apa hubungannya antara Kedutaan Besar Spanyol dengan Piala Liga Champions. Ibarat orang mau menikah tetapi pergi ke kantor Kelurahan. Untungnya hingga tulisan ini ditulis, berita mengenai aksi bela Salah tersebut urung untuk dilakukan. Andakata jika dilaksanakan, tentu betapa malunya publik Indonesia di mata Internasional atas tindakan lucu dari orang-orang lucu ini.
Law of the game dalam sebuah olahraga
Dalam dunia olahraga itu terdapat hukumnya masing-masing. Secara luas, hukum olahraga atau yang lebih dikenal dengan Lex Sportiva dapat dirumuskan sebagai hukum yang khusus untuk mengatur tentang olahraga yang dibentuk oleh institusi komunitas olahraga itu sendiri dan berlaku serta ditegakkan oleh lembaga olahraga itu sendiri tanpa adanya intervensi dari hukum positif suatu negara dan tanpa intervensi dari hukum internasional. Secara sederhana, Lex Sportiva adalah peraturan yang dibuat oleh Induk Organisasi Olahraga (FIFA, FIBA, dll) berupa AD/ART organisai atau Statuta Organisasi dimana setiap anggota harus tunduk terhadap AD/ART atau statutanya tersebut.