Mohon tunggu...
Nissaull Khusna
Nissaull Khusna Mohon Tunggu... Freelancer - DREAMER
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

dreamer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kiat Mencetak Anak Jenius

24 September 2017   11:58 Diperbarui: 24 September 2017   12:28 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah tahapan tahapan yang berkesinambungan. Oleh sebab itu ,pembentukan kejeniusan anak membutuhkan pengembangan secara terus-menerus sampai anak mampu mengembangkan sendiri kreativitasnya, kesuksesan, dan kemandirian yang dimilikinya. Dengan tujuan untuk mempersiapkan anak menjadi generasi Genius di masa mendatang. Agar kejeniusan yang dibangun mampu bertahan dan tetap kokoh menghadapi ancaman badai kehidupan maka pondasinya harus kuat. Pondasi tersebut terbentuk dari unsur-unsur berikut ini.

1. Pembentukan fisik

Saat ini Anda memasuki usia taman kanak-kanak, para pendidik dan orang tua harus memperhatikan perkembangan fisik dan ketangkasan gerakan anak. Jika ada beberapa ketangkasan yang belum dikuasai, ulangi latihan sampai benar-benar yakin anak telah mampu melakukannya dengan baik.Proses latihan ini harus benar-benar diperhatikan saat anak berusia 6 sampai 9 tahun. Setelah itu, anak harus mengikuti program untuk meningkatkan kekuatan fisik dan ketangkasan agar dapat melanjutkan tahapan selanjutnya dalam program pembentukan anak jenius.

2. Pendidikan intelektual dan pengetahuan

Orang tua yang hendak mencetak anak jenius perlu melanjutkan proses pengembangan kemampuan anak. Pengembangan tersebut meliputi keahlian berbahasa, wawasan keilmuan, kemampuan mengamati, kemampuan menghafal, kemampuan berpikir dan berimajinasi. Tujuannya, agar anak mampu berinteraksi dengannya sesuai dengan tingkatan umurnya dan tidak merasa rendah. Dengan demikian pendidikan intelektual pada periode ini termasuk sesuatu yang urgent dalam membentuk anak jenius.

3. Pendidikan agama dan budi pekerti 

Periode usia anak antara 7 sampai 10 tahun dianggap sebagai periode terpenting dalam proses pertumbuhan kepribadiannya. Karena itulah, pada periode ini pendidikan agama memiliki peranan yang signifikan dalam membentuk kepribadian anak. Yang kita ketahui bersama bahwa semua nilai dan ajaran agama mulai diperintahkan pada usia 7 tahun. 

Kemudian, perintah itu dipertegas lagi dan ditambah pula menggunakan sanksi anak menginjak usia 10 tahun. Dengan catatan bahwa anak umur 10 tahun masih belum terbebani hukum syariat sampai ia baligh. Dari sini jelas, bahwa pendidikan agama dan akhlak pada periode ini memerlukan tahapan, pendampingan yang baik dan kesabaran yang tinggi. Semua ini diperlukan, khususnya untuk mendidik anak yang memiliki kecerdasan tinggi. Kita dapat mengarahkan kecerdasan anak untuk mencintai agama. Bukan untuk memusuhi agama dan masyarakat.

4. Membangun karakter emosional

Sesuatu yang menarik pada periode ini adalah bahwa ekspresi emosi bahagia terlihat ketika anak sedang tertawa terbahak-bahak, berteriak, meloncat kesana kemari, berputar-putar, merangkak, serta berguling-guling seperti hewan yang baru saja di lepas dari ikatannya. Ekspresi emosi seperti ini masih dianggap kurang matang jika dibandingkan dengan orang dewasa, namun sudah cukup untuk menunjukkan bahwa anak sedang merasa gembira dan nyaman. 

Meski demikian emosi anak pada periode ini tidak selalu bahagia. Ada banyak pula Gejolak kemarahan, perasaan gelisah, dan terkadang rasa frustasi. Biasanya anak perempuan mengekspresikan emosi mereka dengan tetesan air mata dan terkadang di saat yang bersamaan kemarahannya pun ikut meledak. Sementara itu, anak laki-laki cenderung lebih banyak mengekspresikan kesusahan serta kemarahan mereka dengan mengerutkan dahi dan cemberut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun