Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sariawan, Tipping Point Perubahan

27 April 2014   14:05 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Diawali dari Perubahan

Kata ‘perubahan’ sepintas terlihat sederhana.Siapapun pernah mengalami perubahan.Sekecil apapun, perubahan pasti membawa dampak tertentu.Tak terkecuali saat mengalami sariawan.Karena pernah dan sempat sering mengalami sariawan, saya akhirnya memahami bahwa perubahan kecil tak jarang membawa efek luar biasa.

Jauh sebelum mengalami sariawan, perkenalan saya dengan produk Deltomed dimulai saat mengalami perubahan pola bekerja.Sejak awal tahun ini, saya lebih sering bepergian dan bekerja di luar ruangan sebagai penulis lepas.Tidak jarang, saya harus pergi dini hari dan pulang malam untuk meliput kegiatan atau studi pustaka untuk suatu tulisan.

Mau tak mau, saat di kendaraan umum seperti bus dan kereta, jaket atau pashmina tebal selalu setia menemani.Jika tidak, maka saya akan menggigil kedinginan selama perjalanan karena AC.Namun, turun dari angkutan umum, hawa panas segera menyergap.Tak ayal, perubahan ekstrim suhu dari dingin ke panas membuat kondisi kesehatan tubuh saya limbung.

Perlahan tapi pasti, perubahan suhu membuat kepala pusing, pandangan berkunang-kunang, bibir kering, perut kembung, dan panas dingin dalam waktu bersamaan.Inginnya bisa lama-lama beristirahat, namun kegiatan harus tetap berjalan.

Setelah sadar saya sering mengalami masuk angin saat di perjalanan, saya segera mencari solusinya.Saya menghindari penggunaan obat konvensional karena tubuh saya rentan dengan dosis obat kimia yang tinggi maupun rendah.Sejak kecil, saya terbiasa dengan jamu tradisional seperti beras kencur dan kunyit asam yang biasanya dijual penjual jamu gendongan.

Sayangnya, saya kesulitan mendapati mereka seperti dulu.Saya juga kerap mendapati kualitas jamu gendongan yang tidak terstandardisasi.Ada jamu yang terlalu cair atau malah terlalu kental.Kalau bukan penjual jamu langganan, lebih baik tidak jadi membeli jamu saja.

Pilihan saya akhirnya jatuh pada Antangin dari Deltomed.Lucunya, alasan saya memilih Antangin karena jawaban humoris dari sang apoteker saat saya bingung memilih beberapa produk yang ditawarkannya.Saat menyodorkan Antangin, apoteker tersebut mengatakan “wes ewes-ewes bablas angine”.Spontan saya teringat iklan Antangin yang pernah dipopulerkan almarhum pelawak Basuki.Saat itu juga, saya langsung memilih Antangin!

Bagi saya, selain obat, rasa humor juga mutlak hadir jika seseorang ingin sembuh dari penyakitnya.Orang tua saya memiliki cara yang unik dalam membujuk kami saat masih kecil dulu untuk meminum obat dan jamu yang pahit.‘Mantra’ mereka adalah “Tombo teko, loro lungo.Wes ewes-ewes bablas penyakite”.Artinya “Obat datang, penyakit pergi.”

Belakangan saya malah baru tahu Antangin juga berbentuk kaplet.Padahal, itulah bentuk pertama Antangin.Saya memang hanya mengonsumsi Antangin cair karena mudah didapatkan, praktis diminum (tidak memerlukan air lagi), dan bisa dibawa ke mana-mana.Saya teratur menyelipkannya ke dalam tas sebelum pergi.Rasa ginger mint Antangin terasa nikmat di lidah dan tenggorokan.Badan menjadi hangat namun tetap nyaman saat perjalanan.Antangin telah menjadi tameng kokoh saya menghadapi perubahan suhu yang ekstrem.

Namun, masalah lain kemudian menghadang.Perubahan dari ruangan bersih menjadi suasana jalan raya yang berdebu dan penuh polusi membuat saya mudah terserang batuk.Tak mau terganggu dengan batuk, saya memilih OB Herbal cair dalam kemasan sachet produksi Deltomed sebagai pilihan terpercaya setelah Antangin.Kandungan non-alkohol OB Herbal juga membuat saya semakin mantap untuk tetap aktif tanpa mengantuk setelah meminumnya.

Sariawan sebagai Tipping Point

Perubahan suhu berhasil diatasi Antangin.Perubahan kondisi kebersihan tempat bekerja juga dapat ditaklukkan OB Herbal.Selanjutnya, saya ditantang dengan perubahan pola makan.

Saya lebih sering menikmati gorengan semenjak aktif di luar ruangan.Daripada perut kelaparan sehingga konsentrasi menurun, gorengan menjadi solusi instan yang praktis dan menggiurkan bagi mayoritas pekerja yang diburu waktu. Meskipun kualitas kebersihan gorengan kadang meragukan, terutama minyak yang dipakai, apa boleh buat.

Saat itulah, sariawan mulai rajin menghampiri saya.Terlebih jika sedang stress menghadapi deadline.Setelah membaca beberapa literatur, barulah saya mengetahui bahwa wanita lebih rentan terkena sariawan daripada pria karena perubahan hormonal menjelang datangnya siklus bulanan untuk wanita. Pantas saja!

Perubahan cara menyikat gigi juga turut berpengaruh.Karena terbatasnya waktu, saya asal sikat gigi saja.Pokoknya secepat dan sekeras mungkin agar nafas tetap segar.Bukan hanya gigi yang disikat, tapi bagian dalam mulut ikut tergosok.Sekali dua kali tak masalah.Tapi, bagian dalam mulut yang pastinya lebih lunak dibandingkan gigi-geligi protes juga akhirnya.

Mudah ditebak, sariawan lalu menjadi tipping point kondisi kesehatan saya karena mengundang masuknya penyakit lain.Persis seperti gambaran Tipping Point yang ditulis oleh Malcolm Gladwell dalam buku berjudul sama.Gladwell memaparkan berbagai contoh nyata di masyarakat ketika hal-hal kecil berhasil membuat perubahan besar.Salah satu contoh di bidang kesehatan adalah ketika dengan hanya menambahkan peta kampus dengan sejumlah balai kesehatan yang dilingkari beserta jadwal penyuntikan vaksin anti tetanus di sana, persentase mahasiswa yang datang ke balai tersebut untuk menjalani vaksinasi meningkat hingga 28 persen.

Selera makan saya turun drastis karena sariawan.Radang dan nyeri sariawan membuat saya sulit mengunyah makanan lezat.Saat sariawan menyerang, saya harus rela puasa makan gado-gado, rujak, dan pempek yang menjadi favorit saya saat makan siang.Akibatnya, penyakit maag pun muncul.Bubur ataupun makanan lunak lainnya seperti pudding dan agar-agar menjadi menu darurat.Sariawan juga berdampak pada menurunnya semangat saya menyikat gigi.Saat pasta gigi mengenai permukaan sariawan, rasanya luar biasa perih.Tak pelak, sakit gigi juga kemudian menyusul karena saya jadi malas menyikat gigi ketika sariawan hadir.Siapa sangka, mulanya hanya sariawan, ternyata berlanjut dengan maag dan sakit gigi.Sariawan tak ubahnya seperti cabe rawit.Biar kecil namun sangat menggigit.

Banyak saran yang saya terima untuk mengatasi sariawan.Satu hal yang saya hindari yaitu mengoleskan obat sariawan langsung ke permukaannya.Jangankan obat, terkena makanan dan minuman saja rasanya menyiksa sekali.Konsumsi vitamin C dengan dosis tinggi menjadi pilihan terbaik dan teraman bagi saya.Tapi, ternyata tidak sesederhana yang saya duga.

Agar sariawan hilang tanpa memperparah maag, saya tak bisa menelan suplemen vitamin C.Tingginya asam bisa memperburuk kondisi lambung.Konsumsi jus seperti jeruk, tomat, dan jambu biji menjadi alternatifnya.Sayangnya, jus itu wajib diminum tanpa es.Air es yang nikmat saat sehat berubah menjadi duri-duri tajam saat sariawan merajam. Duh sedihnya!

Selama didera sariawan, setiap hari saya rutin membawa dua botol minuman ukuran sedang berisi campuran jahe, kencur, dan kunyit hasil racikan mbak jamu langganan.Khasiat pengobatan herbal memang tidak instan seperti obat kimia.Pengalaman saya, perlu seminggu hingga sepuluh hari sampai sariawan sembuh benar dengan jamu tradisional.Saya juga harus hati-hati membawanya agar tidak sampai tumpah.Jelas tidak praktis, tapi mau bagaimana lagi?

Deltomed dan Perkembangan Zaman

Setelah mengetahui adanya obat herbal yaitu Kuldon Sariawan yang diluncurkan Deltomed pada pertengahan April 2014, hati saya langsung lega.Saat sariawan, saya tidak perlu lagi repot-repot membawa botol jamu seperti yang sudah-sudah.

Pengalaman manis saya dengan Antangin dan OB Herbal membuat saya tak ragu mencoba  suatu saat nanti.Meskipun saya berharap jangan lagi terserang sariawan.Kesehatan itu mirip dengan waktu.Baru sangat terasa manfaatnya saat sudah tiada.

Saya melihat, Deltomed merespon perubahan pola hidup masyarakat modern dengan inovatif dan proaktif.Contohnya dengan membuat obat herbal berbentuk kaplet saat mayoritas masih berbentuk bubuk atau perlu pengolahan lebih lanjut.Produksi obat herbal untuk anak-anak atau junior juga membuktikan kejelian Deltomed membaca peluang pasar berupa bonus demografi di Indonesia yang sebagian besar berusia muda dan produktif.

Bisa disimpulkan, sariawan kini bukan sekedar penyakit.Sariawan telah menjadi salah satu indikator perubahan masyarakat modern. Kesibukan bekerja acapkali membuat masyarakat mengabaikan kondisi kesehatan dan pola makan sehari-hari.Kuldon Sariawan dari Deltomed bisa menjadi solusi jitu untuk pengobatan sariawan yang modern dan praktis dengan mengandalkan melimpahnya ketersediaan herbal di alam Indonesia sebagai modal utama penyembuhan.Seperti motto Deltomed “Believe in the Nature of Healing Power.”

Masyarakat dan zaman jelas selalu bersifat dinamis.Satu hal yang pasti, alam beserta isinya selalu menyediakan banyak manfaat untuk manusia dalam menghadapi perubahan.Tak terkecuali obat herbal.Seiring dengan perubahan zaman, pastinya masyarakat berharap industri obat herbal di Indonesia semakin maju dan berkembang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun