Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Mesir dan Syria: Contoh Upaya Menjadikan Negara Khilafah

16 Agustus 2013   15:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:14 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratusan orang tewas di Mesir. Ribuan terluka. Di Syria hampir 100,000 orang tewas dan 1,5 juta pengungsi terusir dari Syria. Apa sebenarnya akar permasalahan di kedua negera sehingga timbul tragedi kemanusiaan yang menyesakkan dada? Mari kita telaah dengan kepala panas dan hati dingin agar dihasilkan pencerahan.

Cita-cita upaya mengkhilafahkan negara-bangsa menjadi negara teokrasi absolut dengan meminjam dan menumpang demokrasi seperti yang terjadi di Mesir telah menimbulkan tragedi kemanusiaan. Ratusan orang tewas dan ribuan orang terluka. Di Syria pun terjadi hal yang demikian mirip ketika kelompok radikal Al Qaeda menyusupi gerakan pemberontak yang akan menggulingkan pemerintahan Basyar Al-Assad. Kedua peristiwa di Mesir dan Syria memiliki kesamaan dan perbedaan namun benang merahnya adalah perang antara kelompok teokrasi - yang membonceng pejuang demokrasi dan demokrasi sendiri.

Tragedi Mesir yang diawali penggulingan Mubarak telah dimanfaatkan dan ditunggangi oleh kelompok bawah tanah paling kuat dan militant Ikhwanul Muslimin. Sebagai kelompok paling siap dan solid, dengan mudah IM memenangi setiap tahapan pemilu dari pemilu legislatif, pemilihan presiden dengan Mursi sebagai pemenang, dan bahkan Referendum Konstitusi.

Namun, dalam benak mayoritas rakyat Mesir dan Militer - yang telah berkuasa selama beberapa dekade terakhir - kehadiran IM adalah menjadi masalah. Ekonomi memburuk, korupsi marak, kolusi menjadi pemandangan umum di bawah Mursi. Kondisi ini disadari oleh rakyat Mesir. Maka rakyat Mesir dengan didukung oleh militer mendepak Mursi yang merupakan kader IM dari kursi presiden karena dia dianggap menunggangi Revolusi yang merupakan bagian dari Arab Spring dan membajaknya untuk kepentingan kekuasaan teokratif sesuai ajaran IM.

Keadaan yang sama terjadi di Syria. Kelompok pemberontak yang didukung oleh jaringan Al Qaeda Afrika Utara melakukan upaya mendongkel pemerintahan sah Presiden Basyar Al -Assad. Namun rakyat Syria segera menyadari dan tidak serta merta mendukung pemberontak - yang belakangan terbukti didukung oleh kelompok jihadist yang mirip dengan militansi IM di Mesir.

Basyar Al-Assad dengan jelas menyebut pemerintahan Mursi yang akan membawa teokrasi dalam nama demokrasi atau teokrasi dengan kedok demkrasi akan gagal. Terbukti pernyataan Assad. Mursi jatuh dan gagal menjadikan Mesir sebagai negara teokrasi yang dibungkus dalam koridor demokrasi - suatu upaya pengelabuhan oleh IM dengan cara menempatkan seluruh kekuasaan dan hukum sesuai keyakinan IM.

Benar. Assad benar. Syria yang akan dijatuhkan oleh kelompok pemberontak yang didukung oleh anasir Al Qaeda berhasil dibendung dengan keterlibatan Hezbollah yang membantu Assad. Laju kemenangan pemberontak - yang negara Barat menjadi ragu mendukung - menjadi terhambat dan kemenangan berpihak kepada Assad. Sementara di Mesir, rakyat Mesir yang melihat gelagat tidak beres Mursi yang membawa negara menuju negara teokrasi berkedok demokrasi dijatuhkan oleh rakyat Mesir dengan dukungan militer.

Bukti dukungan rakyat Mesir terhadap jatuhnya Mursi pada 3 Juli 2013 adalah sejak saat itu taka da demonstrasi menentang militer Mesir kecuali dari kelompok Ikhwanul Muslimin (IM). Mesir saat ini tengah mengalami transisi dan rakyat Mesir - seperti juga Syria - tengah menuju kepada arah pemerintahan yang benar dan bukan negara teokrasi yang terbukti berbahaya bagi kemanusiaan.

Hari-hari belakangan ini di Mesir tengah terjadi penegakan hukum dan ketertiban - dan yang sangat disayangkan adalah jatuhnya korban baik di pihak keamanan polisi dan militer serta pendukung Ikhwanul Muslimin. Semua itu adalah harga yang harus dibayar oleh sebuah perjuangan untuk menegakkan keadilan, kebebasan, kemajemukan, pluralism dalam negara domokrasi yang sesungguhnya - bukan demokrasi yang ditunggangi oleh teokrasi. Demikian pula Syria tengah berusaha memertahankan martabat sebagai negara demokrasi sebenarnya seperti yang tengah diperjuangkan oleh rakyat Mesir dengan dukungan militer.

Jadi, Mesir dan Syria adalah dua contoh anasir kekhilafiahan tengah direm dan ditangkal karena pembentukan negara teokrasi berkedok demokrasi - dengan IM membonceng demokrasi dan militant teroris Al Qaeda membonceng pemberontak Syria - akan sangat berbahaya. Inilah yang menjadi kesadaran rakyat Mesir dan Syria yang tak mau jatuh ke kelompok radikal dan militan yang mencampuradukkan agama dan negara.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun