Semakin panas, semakin laju. Iran masih ingin kematian Donald Trump
Sejak presiden Donald Trump menduduki kursi presiden Amerika Serikat (AS), ketegangan AS dan Iran kembali memanas. Bahkan, Donald Trump memilih keluar dari Perjanjian Nuklir yang dibuat pada era presiden AS sebelumnya Barack Obama. Lebih parahnya lagi, Donald Trump memberikan sanksi ekonomi kepada Iran.
Puncaknya pada awal tahun 2020, secara sepihak, Donald Trump menyerang Iran dengan menewaskan Qassem Soleimani, pemimpin pasukan khusus (Quds) di Iran. Iran mengecam tindakan AS dengan melakukan serangan balik ke markas AS di Irak.
Penyerangan Iran ditanggapi dingin oleh Donald Trump. Ia memilih menarik diri untuk menghindari potensi Perang Dunia III (World War III). Akan tetapi, meskipun ada indikasi penarikan diri dari Donald Trump untuk menghindari potensi perang dengan Iran, ketegangan ini belum reda. Rupanya, Iran tidak puas dengan kematian jenderal top mereka, Qassem Soleimani, apalagi balas dendam mereka tidak berhasil membunuh satu orang AS pun.
Tentunya, Iran tidak puas karena hanya menghabiskan rudalnya untuk sesuatu yang sia-sia dalam penyerangan ke markas AS di Irak. Penyerangan tersebut malah membunuh ratusan warga negara Ukraina dan beberapa dari negara lainnya yang tidak tahu konflik mereka dengan AS.
Oleh karena itu, kegeraman Iran kepada Donald Trump masih berapi-api, tak tanggung-tanggung, Iran menawarkan kepala Donald Trump seharga US$ 3 juta atau Rp 42 milyar. Bagi mereka yang berani dan berhasil menembak atau memenggal kepala Donal Trump maka ia akan dibayar sebesar itu.
"Kami akan memberikan US$ 3 juta pada siapapun yang membunuh Trump," kata Ahmad Hamzeh, anggota Parlemen Iran yang mewakili wilayah Kahnouj, sebagaimana dikutip Rabu (22/1/2020).
Akan tetapi, sebelum penawaran tersebut tersebut, ide menghargai kepala Trump dengan uang sudah pernah disebutkan dalam pidato pengantaran jenazah Qassem Soleimani. Ada tawaran hingga US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun bagi siapapun yang bisa mendapatkan kepala presiden AS, Donald Trump.
Artinya bahwa tawaran tersebut adalah wacana lama yang bangkit setelah mati suri beberapa hari.
Ada yang menganggapi pernyataan Iran sebagai sebuah lelucon dan ada juga yang menanggapi sebatas ancaman atau menakut-nakuti Amerika. Akan tetapi, saya coba menanggapi hal ini secara serius.
Bagi saya Iran serius dengan perencanaan ini. Saya akan mengemukakan sebuah alasan untuk kita pertimbangkan.