Imam Mawardi dalam kitabnya Ahkam Sulthaniyah mengutip syair seorang sastrawan Jahiliyah. Dia bernama Afwah al Audi, yang bersenandung,
"Manusia akan senantiasa bertindak anarkis jika tidak ada orang yang mulia diantara mereka."
"Dan tidak ada orang yang mulia jika yang berkuasa adalah orang yang bodoh diantara mereka."
Kehadiran tokoh yang kuat lagi mulia, sebuah keharusan sejarah untuk membangun sebuah peradaban dan menjaga peradaban. Bukankah Rasulullah saw memberikan jabatan kepada Sahabat yang kuat saja ? Lalu tidak memberikan jabatan kepada Abu Dzar ?
Kesolehan bukan ukuran asasi dalam mengemban amanah, Â tetapi pribadi yang kuat dan mulia itulah syarat utamanya.
Kebangkitan masyarakat Barbar di pedalaman Afrika Utara menjadi sebuah daulah besar yang bernama Murabithun di Maroko menjadi bukti kaidah ini.
Masyarakat Barbar masuk Islam di Utsman bin Affab, namun mereka tetap  hidup dalam kemusyrikan yang kental.
Perjalanan haji beberapa tokoh Barbar menuju Mekkah, menimbulkan kesadaran akan ajaran Islam yang benar. Lalu berdirilah berbagai madrasah untuk menyadarkan. Dari aktifitas ini muncul seorang tokoh yang kuat dan mulia yang bernama Abdullah bin Yasin.
Dari gerakan penyadaran masyarakat menjadi gerakan membangun daulah Islam yang bernama Murabithun. Lalu membantu para sultan Islam di Andalusia yang terus dirongrong oleh raja Alfonso.
Mengapa Andalusia sering terancam?  Penyebabnya, mereka saling bertikai, berkhianat dan menjatuhkan. Padahal  kekhalifahan Murabithun selalu membantu Andalusia. Tetapi rongrongan terus saja berulang. Solusinya adalah mempersatukan Andalusia dengan Murabithun.
Maka aksi berikutnya adalah menundukkan sultan sultan Islam di Andalusia ke dalam Murabithun. Sejak itu Andalusia aman.