Persidangan Penistaaan Agama diperkirakan melabrak hukum yang ada. Dalam sejarah Penistaaan Agama, baru kali ini sang penista tidak dihukum kecuali bila mengulangi kembali.
Baru kali ini juga tuntutannya di belokan ke pasal yang bukan jadi fokus penistaan agama. Publik merasakan keanehan luar biasa.
Pembela hukum Ahok justru menganggap kasus hukum Ahok sebaiknya dihentikan karena Ahok sudah kalah dalam pilkada Jakarta.
Sepertinya logika Ahok tetap tidak berubah bahwa kasus Penistaaan Agama karena politik Pilkada bukan menuntaskan keadilan dan menjaga toleransi beragama. Sehingga mereka ingin menukar kekalahan dengan pembebasan Ahok.
Seluruh ulama dari NU, Muhammadiyah dan MUI sepakat di pengadilan bahwa kasus Ahok adalah Penistaaan Agama. Itu juga yang dirasakan oleh sebagai besar umat Islam sehingga terjadi gelombang demonstrasi terbesar dan berkelanjutan dalam sejarah Indonesia.
Jaksa yang menuntut tapi jaksa pula yang membelanya. Mungkin sang Jaksa juga berlogika seperti Ahok. Sinetron ini sebuah test case apakah umat Islam terus mengawal kasus ini pasca kekalahan Ahok ?
Bila melihat animo umat Islam sepertinya pengawalan kasus ini terus terjaga. Buktinya, disejumlah daerah mulai muncul demonstrasi atas sandiwara pengadilan Ahok.
Lambatnya penyidikan kasus Ahok oleh kepolisian, Pembelaan Jaksa hingga Jaksa Agung, hukuman berat pada Bun Yani, mungkin sebentar lagi sang Hakim akan bersandiwara lagi menjadi sebuah potret dukungan pemerintah Jokowi untuk menyelamatkan Ahok.
Bila Jokowi terus membela Ahok bisa dipastikan pemilih Jokowi akan berkurang atau mungkin juga bisa tergerus seperti Ahok dalam Pilkada.
Saya tidak tahu penyebab pemerintah Jokowi sepertinya membela Ahok sangat luar biasa. Namun dari sisi politik bebasnya Ahok dari tuntutan primer hukuman Penistaaan Agama bisa mengganggu kestabilan pemerintah Jokowi. Umat Islam akan terus menuntut keadilan atas sinetron pengadilan ini.
Umat Islam akan terus mengingat ketidakadilan ini dan melawannya saat Pilpres nanti. Isu Ahok akan menjadi gorengan yang bisa menghancurkan pencitraan Jokowi di 2019.