Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembalasan Paling Menyakitkan dari Marquez

26 Oktober 2015   11:14 Diperbarui: 27 Oktober 2015   15:29 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gelaran Motogp 2015 menyuguhkan persaingan yang panas sejak seri pertama di Losail Qatar. Kemenangan Rossi pada sesi pembuka tersebut memberikan harapan bagi the Doctor untuk menjuarai Motogp 10 kali. Hanya saja pada seri berikutnya di Circuit of The Americas Texas, sang juara bertahan Marquez tetap meneguhkan dominasinya sebagai salah satu kandidat juara terkuat melalui hattrick kemenangan di seri kedua. 

Suasana persaingan mulai benar-benar memanas pada gelaran Motogp seri Termas DeRio Hondo-Argentina saat terjadi insiden antara Rossi dan Marquez hingga yang mengakibatkan sang baby Alien gagal finis. Meski race director, tidak menilai insiden itu sebagai kesengajaan, tetapi di layar kaca tampak jelas betapa keduanya mulai terlibat dalam persaingan yang emosional. 

Persaingan keduanya tidak tampak ke permukaan selama Lorenzo mendominasi empat seri berikutnya. Memasuki seri keempat di Jerez di mana Lorenzo terlalu dominan setelah beberapa seri sebelumnya hampa podium. Sementara itu Marquez membukukan kemenangan di atas Rossi dengan meraih podium dua. Aura persaingan Rossi dan Marquez semakin meredup saat Lorenzo kembali mendominasi seri Lemans, sementara Marquez hanya mampu meraih posisi keempat. Apalagi dominasi Lorenzo terkesan semakin kuat di Mugello dan Cataluna, sementara Marquez sendiri justeru mengalami crash. 

Persaingan antara Rossi dan Marquez kembali memanas memasuki seri Assen. Di penghujung lap terakhir Marquez tampak berusaha menggiring Rossi ke gravel menjelang tikungan terakhir, tetapi manuver itu justeru dimanfaatkan Rossi untuk memotong tikungan dan secara dramatis menjadi juara. Keputusan race director yang menyatakan manuver Rossi sebagai tindakan sah begitu mengecewakan Marquez. Meski mengaku masih menganggap Rossi sebagai teman, tetapi Marquez tampak jelas kekecewaannya. Kemenangan Rossi bahkan sempat menimbulkan polemik di kalangan pembalap dan khususnya tim Honda.

Pada gelaran selanjutnya justeru suasana panas ditunjukkan oleh sesama tim Yamaha, di mana poin Lorenzo perlahan mendekati Rossi. Seringnya gagal podium membuat kemenangan Marquez pada seri Sachsenring belum secara signifikan mempengaruhi persaingan poin duo Yamaha. Sementara itu pada di arena balap Indianapolis justeru menampilkan persaingan antara Lorenzo dan Marquez yang membukukan kemenangan fenomenal.

Persaingan krusial justeru terjadi antara Rossi dan Lorenzo di mana pada seri Motogp Brno memiliki poin sama, bahkan Lorenzo ditempatkan di posisi pertama berdasarkan jumlah race yang dijuarai. Hanya saja, posisi tersebut tidak bertahan lama sebab pada seri Misano, Lorenzo gagal finis dan kembali menempatkan Marquez sebagai juara.

Marquez semula masih memiliki harapan mendulang poin, tetapi lagi-lagi mengalami kecelakaan di Aragon dan menempatkan Lorenzo sebagai juara. Harapan itu semakin kecil saat seri motegi hanya mampu meraih posisi keempat, sementara gelar juara diraih Pedrosa.

Hanya meraih podium keempat di Philip Island sepertinya memberi tekanan mental yang berat buat Rossi yang berambisi merebut gelar kesepuluh. Semula Rossi menyalahkan dirinya sendiri, tetapi tiiba-tiba kecurigaannya tertuju pada Marquez. Rossi semakin sensitif terhadap manuver Marquez sejak seri Philip Island. Ambisi sang legenda hidup untuk meraih gelar kesepuluh membuatnya curiga sedang dikerjai" Marquez hingga secara provokatif Rossi menuduh Marquez sengaja membantu Lorenzo merebut gelar juara yang begitu dekat untuk diraih. 

Meski marquez menyangkal, tetapi Rossi terlihat yakin dengan tuduhannya. Kecurigaan itu memang masuk akal, sebab selama gelaran Motogp 2015, keduanya beberapa kali terlibat insiden yang mengecewakan Marquez. Marquez dapat melakukan manuver apapun dengan tanpa beban setelah mustahil meraih gelar juara Motogp 2015. Satu-satunya cara membalas dendam pada Rossi adalah dengan menghambatnya dan membiarkan Lorenzo melaju di depan. 

Sepertinya kecurigaan seperti inilah yang membuat Rossi terganggu dan memuncak saat gelaran Motogp Sepang di mana dalam rentang beberapa lap harus beradu cepat dengan Marquez. Rossi menganggap Marquez sengaja berusaha menghambat lajunya, Rossipun terpancing emosi. Dengan gerakan yang kasat mata, Rossi "menghukum" Marquez hingga terjatuh.

Andai saja benar Marquez memang memiliki niat "menjegal" seperti tuduhan Rossi, Marquez benar-benar memenangkan ambisinya "membalas dendam" pada idolanya dengan sangat menyakitkan. Rossi memang meraih podium dan Marquez terjatuh, tetapi akibat insiden ini sebenarnya Rossilah yang lebih jatuh lagi. Sang legenda hidup itu berhasil meraih podium tetapi ketidakmampuannya mengendalikan emosi telah membuat raut muka Rossi tidak terlihat bahagia saat selebrasi pemberian tropi. Penalti 4 poin dan hukuman untuk start dari posisi paling belakang merupakan bukti kesalahan yang menodai kegemilangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun