Mohon tunggu...
Nancy Duma
Nancy Duma Mohon Tunggu... karyawan swasta -

born in north sumatra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Ah, Tertib di Supermarket!

7 November 2014   12:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:24 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

24 Oktober. Yes! Gajian! Orang-orang yang biasanya gajian tanggal 25, bergembira. Berhubung tanggal 25 Oktober libur, tanggal gajian dimajukan.

Brrrt, brrrt. Bip, bip. Beragam pesan masuk ke kotak pesan para pengguna telepon genggam. Yang, belanja bulanan ya nanti. Atau, Yang, pulang kantor ke .... (*isi nama-nama supermarket yang Anda kenal). Kita belanja. Lagi ada promo tuh.

Alhasil, parkiran mobil di supermarket-supermarket penuh malam hari itu. Calon pembeli berdatangan. Ada yang berdua dengan pasangan. Ada juga yang boyongan keluarga: dengan 1-4 anak atau dengan orangtua yang rambutnya sudah memutih bak Elsa Frozen.

Tertib Memakai Troli Barang

Grek, grek, grek, grek, roda-roda troli beradu dengan jalan. Para pengunjung supermarket yang telah selesai bertransaksi, memasukkan belanjaan ke dalam bagasi mobil. setelah itu, mereka pergi. Troli-troli yang kosong, didiamkan begitu saja.

Yup, mungkin hampir semua dari kita punya kebiasaan itu. Jarang sekali kita mengembalikan troli ke tempat semula, ke tempat troli-troli tersebut tertata rapi. Bahkan, kita sering membiarkan troli yang bekas kita pakai, menghalangi mobil; yakin, petugas parkir, petugas supermarket atau pemilik mobil yang terhalang, pasti akan menggesernya.

Di Jerman, semua ada aturan. Bahkan untuk hal yang kelihatannya sepele. Termasuk penggunaan troli di supermarket. Saya tidak tahu persis keadaan sekarang. Tapi, setidaknya 11 tahun yang lalu, saya memperoleh pengetahuan tentang hal itu. Kala itu, saya berada di salah satu negara Eropa yang terkenal teratur tersebut.

Di Jerman, tiap calon pembeli harus menyediakan logam senilai 1 Deutsche Mark. Waktu itu, Euro belum keluar. 1 Mark setara dengan kurang lebih 8.000 rupiah. Begitu uang tersebut dimasukkan ke dalam lubang di dekat gagang troli, kunci troli otomatis terbuka. Troli baru bisa dibawa pergi.

Selesai berbelanja, pembeli harus membawa kembali troli ke tempat penyimpanan. Tentu saja kalau ingin uangnya kembali. Kegiatan yang awalnya karena terpaksa, lama-lama jadi kebiasaan baik. Tertib selesai memakai. Sama seperti kita, orang dewasa, menuntut anak-anak, untuk tertib merapikan mainan selesai mereka bermain.

Sebetulnya, kita punya aturan yang mirip dengan itu. Sayangnya, hanya berlaku untuk troli yang ada mobil-mobilannya. Mungkin karena troli sering hilang, pemakai troli jenis itu harus menukar troli dengan KTP. *Bingung juga. Ada ya yang sebegitu niat mencuri benda sebesar itu.

Tertib Memakai Plastik

Dulu, saya sempat terheran-heran, ketika induk semang saya membawa kotak kosong jika hendak ke supermarket. Di supermarket, kotak dimasukkan ke dalam troli.

Begitu selesai di-scan kasir, barang-barang belanjaan langsung dimasukkan ke dalam kotak. Di halaman parkir, kotak tinggal dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

Apa sebab pembeli harus membawa kotak atau tas belanja sendiri? Pasalnya, supermarket tidak menyediakan plastik dengan cuma-cuma demi menjaga lingkungan. Makin banyak plastik, makin banyak polutan tanah.

Di negara kita, ada satu supermarket yang biasa menjual barang-barang grosiran, yang juga menerapkan kebijakan serupa. Supermarket tersebut tidak menyediakan kantong plastik. Sayangnya, kebiasaan baik tersebut belum diikuti supermarket lainnya.

Di salah satu supermarket lainnya, yang lebih sering saya datangi, untuk tiap pembelian yang tidak menggunakan plastik, pembeli mendapat potongan Rp200! Saya tahu itu karena saya selalu meminta barang belanjaan saya dikemas dalam kotak kardus. Entah atas dasar apa harga serendah itu diberikan. Supermarket harus berani memberi lebih. Sebab, makin banyak belanjaan, makin banyak pula plastik yang digunakan. Apalagi kalau sabun dan detergen harus dibungkus terpisah. Belum lagi, sayuran,  buah, daging, ikan, dan telur.

Alhasil, orang lebih suka memakai plastik daripada memakai kardus. Sebab, banyak orang masih menghitung nilai uang daripada manfaat jangka panjangnya terhadap lingkungan.

Yuk, ah, kita tertib di supermarket! :)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun