Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menunda Pekerjaan Itu Ada Manfaatnya, Asal...

23 Juni 2019   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2019   15:27 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menunda pekerjaan (Sumber: Magazine Job-Like)

Kita sering mendengar bahwa menunda itu bukanlah hal yang baik dilakukan, karena menunda adalah tahap awal kehancuran karier. Itu memang tidak salah kalau kita terlalu banyak menunda. Akan tetapi tidak baik juga bagi kita, kalau terlalu cepat mengerjakan sesuatu, karena kita bisa dengan mudah terjebak pada kesalahan. 

Sepertinya, saya sendiri juga sering terburu-buru, saking ingin menyelesaikan pekerjaan dengan begitu cepat, tapi tidak memeriksanya kembali. Namun, saya sangat berterima kasih pada orang-orang yang bersedia memberikan saya masukkan berupa kritik, saran dan arahan, sehingga saya bisa mengetahui kesalahan saya, termasuk dalam kegiatan menulis ini. Dengan begitu, saya bisa belajar, dan memacu diri untuk menjadi lebih baik lagi dan jauh lebih teliti lagi.

 Mengingat kata menunda itu ada baiknya, saya tiba-tiba teringat film Kerajaan China, berjudul "Ru Yi's Royal Love in The Palace". 

Di sana ada permaisuri dan para selir yang saling berebut perhatian sang Kaisar Qian Lung. Bukan karena rasa cinta yang membuat mereka seperti itu, melainkan karena ada nyawa dan harga diri yang dipertaruhkan, baik itu dari diri mereka sendiri, keluarga dan suku asal mereka. 

Ternyata zaman dahulu, kaisar tidak asal menikah saja, melainkan berdasarkan banyak pertimbangan politik. Bila kaisar menikah dengan satu wanita, berarti ia sedang menggenggam dan mengontrol satu suku. Tidak semua wanita yang dinikahinya seperti itu, tapi sebagian besar wanitanya memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberadaan suatu suku.

Permaisuri dan para selir saling adu taktik, mereka terlihat seperti berteman, tapi belum tentu benar-benar berteman. Ada juga yang terlihat bermusuhan, tapi belum tentu saling membenci. Mereka masing-masing harus menjalankan taktik untuk mempertahankan kedudukan atau meningkatkan kedudukan mereka.

Sumber : Liputan6.com
Sumber : Liputan6.com
Semakin seorang istri disayang oleh kaisar, maka bukan saja kehormatan wanita tersebut yang terangkat, akan tetapi juga mengangkat derajat keluarga dan sukunya. Namun, kebalikannya, semakin kaisar tidak suka atau membenci salah satu dari para istrinya, maka bukan diri wanita tersebut saja yang terancam keberadaannya, akan tetapi keluarga dan sukunya bisa jadi dibasmi begitu saja. 

Dalam pernikahan dengan kaisar, mereka tidak mengenal kata cerai, akan tapi lebih mengenal kata dibuang. Jadi kalau kaisar tidak suka, maka wanita tersebut harus siap untuk dikucilkan dari pergaulan, tidak mendapatkan pelayanan yang baik, tidak boleh pulang ke rumahnya sendiri, bahkan diperlakukan tidak jauh seperti keset. Derajat keluarga dan sukunya pun akan diturunkan, dan bisa jadi mendapatkan hukuman sosial dari masyarakat karena adanya penurunan derajat.

Jadi mau tidak mau, mereka harus saling mengadu taktik. Mereka harus tahu dan mengerti kapan waktunya menampilkan diri, dan kapan waktunya mereka menunda untuk beraksi. 

Tidak boleh terlihat terlalu pintar dan terlalu emosional, karena bisa dengan mudah dituduh atau dimanfaatkan untuk berbuat suatu kejahatan, seperti menyingkirkan istri lainnya yang dianggap sebagai ancaman. Tidak boleh juga terlihat terlalu bodoh, karena akan gampang ditindas oleh para istri kaisar lainnya dan tidak disukai juga oleh sang kaisar.

Ketika mereka menjalankan taktiknya masing-masing, mereka harus benar-benar memikirkan segala segi rencananya dengan sangat matang dan menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan rencananya, agar tidak terjadi kesalahan yang akan merugikan diri mereka sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun