Mohon tunggu...
Gus Candra Kunjorowesi
Gus Candra Kunjorowesi Mohon Tunggu... -

"Pondok Pesantren adalah Syurga Duniaku" yang Artinya adalah "Selama Aku Masih Hidup Akan Selalu Mencari Ilmu dan Diamalkan".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buka Bersama dan Penguatan Perilaku Modernisasi Rayon Al-hambra Majapahit

18 Juni 2017   22:35 Diperbarui: 18 Juni 2017   23:04 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Muhammad Wahyu Candra

Fenomena yang sangat umum dan unik di ujung hari di Bulan Ramadan adalah buka puasa bersama. Beberapa kegiatan lainnya yang menjadi paket di bulan ramadan adalah baksos, kuliah subuh, kultum, pesantren kilat, zakat fitrah, dan yang paling umum adalah menyerbu mall atau pasar dalam pemenuhan kebutuhan lebaran, dari pakaian sampai makanan dan kali ini PMII Rayon Al-Hambra setelah mengadakan "Safari Ramadhan"pada hari yang pertama dilanjutkan bukber di rumahnya salah satu kader rayon Al-Hambra yakni "Iphooooo" Haha. Buka bersama adalah makan dan minum bersama pada waktu magrib sebagai pemutus amalan puasa (menahan haus dan lapar) dalam satu hari .

Dalam kaca mata saya, ada beberapa catatan menarik dalam buka bersama yang sudah menjadi tradisi masyarakat yang lebih banyaknya hidup di perkotaan. Analisis saya lebih condong kepada fenomena sosial-ekonomi yang sangat menarik untuk dipahami terkait dengan prilaku baru dalam masyarakat kita. Sejak Islam hadir di Indonesia, sepertinya buka bersama dan dilaksanakan di rumah makan yang menjamur di pusat kota telah menjadi tradisi atau kekhususan tersendiri bagi Islam kita.

Analisis yang saya lakukan adalah dengan menggunakan pendekatan fenomena sosial-ekonomi. Pertama, buka bersama menjadi identitas masyarakat perkotaan. Bukber bukanlah tradisi masyarakat pedalaman, namun lebih banyak dilakukan oleh masyarakat kota. Mereka memiliki cara tersendiri dalam merayakan buka puasa. Mereka adalah masyarakat yang sudah masuk ke dunia modernisasi yang didefinisikan sebagai hidup cepat, instant dan diuangkan. Hanya berbekal uang mereka merayakan bukber tanpa melihat sisi proses bagaimana makanan itu diproses.

Kedua, bukber adalah penguatan dalam Organisasi. Organisasi adalah sebuah wadah bagi orang-orang yang berproses dalam menggali ilmu, Siswa/Mahasiswa dan seterusnya. Karena mereka memiliki kesamaan (walaupun tidak mutlak sama) maka mereka memperkuat rasa samanya dengan bangunan bukber dalam Organisasi. Semakin mereka bukber, semakin erat pula Organisasinya.

Ketiga, bukber adalah aktualisasi diri organisasi dalam meraih eksistensi dalam perannya. Bukber bisa menjadi instrumen baru dalam berorganisasi sebagai bagian dari sosialisasi organisasi melalui integrasi nilai-nilai reliji di dalamnya. Semisal buka bersama yang dilakukan dengan anak yatim dan memberikan santunan kepada fakir miskin, adalah aktualisasi organiasai dalam meraih eksistensinya. Dengan menunggangi momentum puasa yang "relijius" maka aktor organisasi dapat berinteraksi satu sama lainnya dan berharap eksistensinya diakui oleh publik.

Keempat, bukber menjadi tanda sebagai menguatnya status ekonomi menengah kita. Sejak puluhan tahun terakhir, bangsa Indonesia tumbuh secara ekonomi. Golongan yang tumbuh secara signifikan adalah golongan ekonomi menengah. Indikator membuncahnya kredit rumah dan kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan di setiap kota menunjukan kemampuan ekonomi kita meningkat. Dalam konteks bulan Ramadan, indikator bukber di restoran-restoran dapat menjustifikasi bahwa memang ekonomi menengah Indonesia sedang berada pada tingkat yang tinggi.

Dari empat analisa saya, semuanya bermuara pada perubahan prilaku dari konservatif ke modern. Dulu, ketika arah komunikasi sosial tidak terbantukan dengan media sosial dan sangat sempit, maka prilaku makan adalah prilaku keluarga dan kalaupun ada sebatas lingkungannya. kendurian dengan parasmanan, tahlilan dengan "berkat", atau ulang tahun yang sederhana menjadi salah satu acara makan-minum bersama pada masa lalu. Namun dalam konteks bulan Ramadan, sepertinya makan bersama di rumah salah satu kader adalah segala-galanya bagi keluarga PMII Rayon Al-Hambra.

Saat ini, ketika modernisasi telah merasuk kepada kehidupan kita secara meluas, maka bukber telah merubah sedikit sikap kita. Ketika modernisasi merubah cara bekerja kita, maka kita berubah pula cara komunikasi dengan tetangga. Kita jadi memiliki organisasi yang luas melebihi lingkungan. Bahkan kekuatan komunikasi dengan organisasi bisa lebih kuat dari komunikasi dengan tetangga selingkungan kita. Perubahan komunikasi ini adalah fakta yang sulit kita tolak dalam era modernisasi kita.

Ketika modern memaksa kita untuk memiliki kehidupan yang lebih ketat dan tidak setenang dulu, maka bukber adalah salah satu relaksasi dari ketatnya hidup di era modern. Dalam dunia modern yang serba harus maju, cepat, progressif dan fokus adalah antitesa kehidupan konservatif yang tenang, santai, kekeluargaan, rileks dan tidak tergesa-gesa. Dulu kehidupan kita sangat menyenangkan dengan segala kedinamisan hidup, namun saat ini hidup kita seperti robot yang patuh pada modernisasi. Bukber dengan segala keakrabannya adalah salah satu obat rileksasi yang membaikan hidup di alam modern yang kurang memanusiakan.

Itulah nilai baik dalam bukber. Ia bagai instrumen yang baik dalam keganasan modernisasi. Ia juga lebih memanusiakan manusia yang dibuat robot pada fabrik modernisasi. Ia juga mampu mengisi relung kekeringan spiritual yang tidak hadir atas paksaan habitat modernisasi. Ia juga mampu merileksasi kepenatan gaya modernisasi yang sangat binal. Bukber bisa hadir sebagai morfin atas penyakit modernisasi yang kita jangkit.

Sumber Artikel

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun