Mohon tunggu...
Muslikhul Hadi
Muslikhul Hadi Mohon Tunggu... -

ketika semua orang tertawa aku terkadang diam diam jadi bahan tertawaan diam melawan tanpa kekuatan diam tidak selamannya tenggelam diam itu emas diam itu mencoba bersabar

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Digital dan Tipe Manusia

16 Februari 2017   15:54 Diperbarui: 16 Februari 2017   15:59 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Abad dua puluh menjadi sebuah abad serba teknologi. Semenjak teknologi ditemukan, penyebarannya sangat cepat sampai diseluruh dunia. Fenomena tersebut membawa perubahan pada perjalanan peradaban manusia, membawa dampak positif dan negatif. Dua sisi ini memang selalu hadir disetiap fenomena kehidupan. Dan seorang manusia harus selektif, supaya tidak terbawa seperti kerbau yang dikeluh. Sebuah pendirian berupa ideologi bisa runtuh dikarenakan pengaruh-pengaruh yang datang. Era informatika dengan dunia maya sebagai dunia baru, membawa daya candu. Sebagaimana tergambar pada kebiasaan remaja yang hampir tak bisa lagi terpisah dari alat-alat canggih dan pintar.

Bagaimana nenyikapi era dijaman dengan penuh ketidakjelasan ini? Telah kita sadari bahwasannya abad dengan alat-alat kecanggihan ini bisa membuat seseorang tersesat tanpa arah. Ketika semua bidang telah masuk dalam dunia mays, semua akan tampak kabur. Agama yang berhubungan dengan kepercayaan menjadi titik puncak yang perlu diperhatikan. Manusia dalam nenjalani kehidupan perlu sebuah tuntunan. Kepercayaan selalu berkenaan dengan pengalaman pribadi, Namun tanpa adannya pembimbing atau Guru semua menjadi buta, apalagi patokan adalah dalil hasil searching dengan tafsir bebas, bagi seseorang yang paham akan ilmu bahasa mungkin akan sedikit memahami dan bisa membuat seleksi apakah patut diambil apa tidak. Lantas bagaimana untuk orang awam?

Seseorang mengenal dirinya dari semua pemahaman yang dia bawa dari luar dirinnya. Selama perjalanan mengarungi kehidupan, ditemukannya kesimpulan makna. Hasilnya adalah melihat kaca benggala akan dirinnya sendiri (tajali). Namun tidak jarang, bisa dikatakn malah lebih banyak yang terbawa dalam kekaburan. Dia tidak melihat dirinnya, namub melihat orang lain dan diukur dengan keberadaanya, dinamakan keangkuhan. Rasa rumangsa dalam bahasa ki Ageng Suryomentaram ini bakal membawa cilaka bagi dirinnya. Bentukny macam-macam, bisa berupa fisik maupun prasangka yang dijatuhkan ora diluar dirinnya.

Kembali pada era teknologi yang telah nampak ikut mempengarui jiwa psikologi remaja saat ini, terutama remaja di Indonesia. Terbukannya dunia maya tanpa batas yang menyediakan berbagai informasi bisa membuat jiwa satria pemuda bangsa rusak. Dengan sangat tegas saya katakan rusak, karena memang telah nyata dijumpai. Seperti halnya satu contoh dibidang akademisi, mahasiswa sudah tidak banyak lagi yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat mencaru sumber referensi primer. 

Internet dirasa sudah cukup dijadikan acuan dalam sumber penelitian maupun makalah ilmiyah. Dan dengan sangat bangga dia akan mempresentasikan hasil yang sebenarnya tidak seratus persen hasil risetnya tersebut. Bahkan ada kalannya, secara utuh memindah karya orang lain yang sebenarnya belum tentu orisinil pula. Alasannya sederhana, karena tidak terlalu dipentingkan. Kelulusan hanya sebuah syarat status. Dengam dalih semua bakal kembali kemasyarakat dan ilmu tidak berguna dimasyarakat menajadi tameng tetap mengulangi lagi dan lagi, sekali lagi untuk mengejar ketuntasan studi yang berujung pada status ijasah.

Tipe sifat manusia yang digambarkan Imam Besar sekaligus filosof muslim Imam alghozali akan sering ditemui dan mudah dibaca. "Seorang yang tidak tau kalau dirinya tidak tau," merupakan gambaran yang diberikan menyangkut runtuhnya watak satria tersebur. Bahkan mungkin telah meningkat pada lefel yang lebih memprihatinkan. Seperti yang digambarkan sang Imam sebagai bentuk manusia yang sangat buruk, yaitu "orang yang tidak tau dan tidak mau tau kalau dirinnya tidak tau". 

Dalam tetembungan Jawa tipe sifat ini disebut wong rumangsa isa atau orang yang merasa bisa. Rasa rumangsa hanya akan membawa pada rasa angkuh, dan tidak sedap disawang. Sebuah keinginan mendapat tempat luhur dimata orang meleset menjadi kehinaan orang lain yang didapat, celakannya orang tersebut bila tidak rumangsa. Karena itu muncul kelanjutannya melengkapi aja rumangsa isa, isaa rumangsa.

Kemajuan informasi sebenarnya banyak membawa efek positif. Terutama dalam hal penyebaran informasi bila terjadi sesuatu. Pengetahuan dunia dengan mengenal sisi-sisi wilayah lain, dapat diketahui dengan mudah. Namun harus dengan kesadaran yang penuh, agar keberadaan dunia maya tidak melahirkan karakter seperti seperti yang diatas. Melainkan sebagai referensi melahirkan inovasi-inovasi baru. Ataupun sebagai daya acu melahirkan sesuatu yang baru (orisinil).
Tempat-tempat di Indonesia yang kerap digolongkan sebagai daerah tertinggal sebenarnya mempunyai kealamian yang masih terjaga. Suasana tersebut sangat salah bila dikatakan area yang dihuni orang bodoh. 

Malah daerah tersebut perlu ditanam jati diri dengan memantapkan kesadaran nasionalis. Dengan memperkenalkan dunia modern secara bertahap, akan membawa pada kemajuan berpikir global diiring rsa nasiobalis mendarah daging. Menyebut aku dengan bangga sebagai manusia dari tempatnya lahir. Dengan berani kita ditakdirkan berada pada jaman ini, berlari bukanlah jalan keluar, beberapa point agar kita dapat bersahabat dengan era penuh informatika adalah dengan:

1. Mempertemukan pemikiran seluruh dunia, merupakan perang kreatifitas
Saya tidak berharap istilah perang disini mengarah pada perang dalam arti mentah. Perang kreatifitas mengacu pada daya pikir dan mencari temuan temuan baru atau memodifikasi yang sudah ada dengan menerapkan kekhasan dari diri kita. Seperti halnya dalam hal kesenian. Sebuah paradigma kesenian daerah merupakan kesenian kuna adalag salah. Justru malah menjadi kekhasan yang perlu dijadikan kebanggakan. Untuk dapat lebihelebur kita dapat mengolaborasi keaebiab musik dari negara lain.

2. Dunia maya adalah lahan
Diera informatika kita dapat mempublikasikan karya-karya kita dengan lebih mudah. Namun tetap dengan menjunjung etika yang tertanam dalam setiap bidangnya. Menerbitkan hasil riset misalnya, haruslah dengan menyantumkan sumber-sumber acuan selain riset yang kita lakukan benar- benar asli pengamatan sendiri.
Dalam dunia pasar atau perdagangan, dunia maya menjadi sebuah lahan yang sangat efisien. Banyak orang telah memanfaatkan media ini. Kerajinan lokal yang lahir dari sekitar yang merupalan warisan leluhur dapat kita kenalkan dan memberi kesempatan orang lain ikut merasakan manfaatnya merupakan salah satu g.erakan yang tidak kalah penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun