Mohon tunggu...
murdjani dada
murdjani dada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nonton Film G30S/PKI Kenapa Takut?

21 September 2017   17:01 Diperbarui: 21 September 2017   17:10 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika ada rencana pemutaran massal film G30S/PKI ada yang pro dan kontra, bagi saya, soal ini hal biasa muncul itu. Tapi, yang penting sekarang ini memang perlu memutar film jenis historis itu, sungguhpun dari beberapa ada yang melihat film itu direkayasa oleh pengusaha Orde Baru atau ada yang kurang bahkan muncul unsur kesadisan yang beberapa adegan seperti saat penyergapan para mereka yang yang ditawan. Atau penembakan anak Jenderal AH Nasution, Ayani yang kini bukti otentik ada di rumahnya sampai sekarnag.

Tapi harus bagaimana lagi, memang begitu kejadiannya. Justru dengan menggambarkan kejadian itu mengingatkan bagi siapapun tentang kesadisan yang terjadi pada saat para jenderal dan dan prajurit diculik, disiksa dan dibunuh yang kita kenal sekarang jasad mereka dimasukkan dalam sumur saat itu diistilahkan lubang buaya, kini dibuat Monumen Pancasila Sakti di daerah Pondok Gede, Jakarta Timur.

Lah, daripada film itu jadi benda antik disimpan begitu saja, sedangkan makna yang tersirat di dalam sangat bermanfaat bagi generasi muda yang belum lahir saat Tragedi 30 Septermber itu.

Ide dari Panglima TNI Gatot Nurmantyo soal perlu di lingkungan TNI memutar film sudah bagus. Sambil menunggu ada yang mau memeperbaiki film versi baru soal film itu. Emang enak membuat film historis? Kadang salah dihujani cacian, benar dicurigai...hmm...

Bagi yang mengusulkan perlu adegan sadis diperhalus, lah, bagaimana caranya, mengusulkan boleh saja, tapi perlu mencari jalan keluarnya.

Bagi yang hidup di Orde Baru, setiap menjelang  1 Oktober malam hari tidak asing dengan disuguhkan pemutaran film ini yang ditayangkan oleh TVRI, maklum  saat itu belum ada satu pun tv swasta yang sekarang sudah menjamur.

Soal adegan kesadiran, apakah sekarang kita tidak menyadari jika membuka web komik Manga produk komikus Jepang, banyak yang sadis. Film di bioskop online, lebih sadis dari gambaran tenang penyiksaan para jenderal dan prajurit yang diculik itu...

Anak-anak sekarang ini mungkin sudah lebih maju dalam mengetahui soal adegan kesadisan atau kekerasan dari yang berumur 55 tahun ke atas dengan jam terbang membuka website di android bisa dihitung dengan jari dibandingkan anak-anak dan remaja.

Bagi remaja justru harus  bagaimana kekejaman mereka yang bernaung di PKI, jangan-jangan anak kita juga tidak tahu kepanjangan PKI ini...Karena apa, mereka tidak diingatkan tentang sejarah pernah di Indonesia ini emmpunyai partai besar yang keberadaannya dari Sabang sampai Merauke. Namun, akhirnya mau merebut kekuasaan dengan menggunakan kekuatan yang sangat-sangat mengerikan caranya.

Kenapa saya katakan mengerikan karena di Kabupaten Kotawaringin Timur, Sampit, Kalimantan Tengah, saat malam terjadi penculikan para jenderal di Jakarta, di tempat ini di pedalaman, para gembong PKI, Gerwani siap-siap juga mau menghabisi lawan politik mereka.

Caranya membunuh lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun