Mohon tunggu...
Mukhamad Kurniawan
Mukhamad Kurniawan Mohon Tunggu... Buruh -

Buruh. Seluruh tulisan mewakili diri. Mari menyalakan lilin. Bukan mengutuk kegelapan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Ahok, Marbot, dan Haji

3 April 2015   13:18 Diperbarui: 8 Februari 2016   10:00 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1428042612428023024

 

[caption id="attachment_376476" align="alignnone" width="700" caption="Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok foto bersama sebagian marbot yang akan berangkat umrah"][/caption]

Istilahnya marbot. Asing bagi telinga saya. Di Balai Agung di Kompleks Balai Kota Jakarta, Selasa (16/12/2014), saya mencari tahu. Apa itu marbot? Beberapa orang yang hadir tak tahu persis asal usul kata itu. Namun, semua merujuk pada satu arti, yakni penjaga masjid.

Siang itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melepas 30 marbot dari penjuru Ibu Kota Jakarta berangkat umrah ke Mekkah-Madinah, Arab Saudi. Mereka hasil seleksi dari 3.140 marbot di 300 masjid di Jakarta. Kata Asisten Sekretaris Daerah Bidang Kesejahteraan Masyarakat, Bambang Sugiyono, mereka yang diprioritaskan berangkat adalah yang rajin, sepuh, dan tidak punya penghasilan tetap sebagai sebagai marbot.

Perjalanan ibadah selama sembilan hari hingga 27 Desember 2014 itu dibiayai Pemerintah DKI Jakarta. Kenapa marbot? Ahok mengungkap keprihatinannya soal panjangnya antrean calon jamaah haji Indonesia. Setidaknya butuh waktu lima tahun bagi warga Indonesia untuk berangkat haji. Dia juga melihat sebagian marbot tak punya duit cukup untuk berangkat haji. Umrah jadi ”obat” bagi mereka yang rindu berangkat haji

”Marbot menjalankan tugas yang mulia,” ujarnya. Marbot tak hanya menjaga kebersihan masjid, tetapi memikirkan kegiatan masjid, bagaimana memakmurkan masjid. Dia ingin masjid menjadi ruang bagi warga untuk memenuhi kebutuhan rohani, menjalankan ibadah, sekaligus tempat berkumpul untuk membangun kesadaran beragama.

Ahok ingin marbot jadi ”agen” yang menarik warga untuk datang ke masjid. Oleh karena itu, selain memupuk semangat lewat hadiah umrah, dia minta para marbot membantu pemerintah daerah mencari tanah untuk memperluas area masjid. Setidaknya untuk menambah halaman atau membangun taman. Harapannya, masjid menjadi oase di tengah permukiman.

Suweha (68), seorang peserta dari Tanjung Priok, Jakarta Utara, setengah terharu, mengungkapkan terima kasihnya. Umrah memang bukan tujuannya. Bertahun-tahun mengidamkan bisa berdoa di depan ka’bah sebagai jamaah haji. Haji belum terwujud, tetapi tawaran umrah datang. ”Sungguh satu hal yang tak saya bayangkan sebelumnya kecuali mimpi bisa ibadah di tanah suci,” ujarnya.

Di depan para peserta, Ahok mengkritik orang-orang kaya yang berulang haji, karena berlebih harta dan kebijakan yang tak tegas. Pada saat yang sama, jutaan orang mengantre bertahun-tahun untuk berangkat, sebagian tak bisa mendaftar karena ketiadaan biaya.

Ahok menolak anggapan program itu sekadar untuk menarik simpati warga. Sebab, program serupa pernah dia jalankan saat menjabat Bupati Belitung Timur. Berulang dia sampaikan kegiatan itu tidak membebani keuangan daerah.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menganggarkan Rp 10,1 miliar per tahun dana untuk Dewan Masjid Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar Rp 7 miliar di antaranya untuk membayar gaji marbot, sebagian untuk keberangkatan umroh ke Mekkah.

Beberapa bulan sejak itu, tepatnya Kamis (13/8/2015), Ahok berkesempatan mengukuhkan petugas yang akan menyertai jamaah haji asal DKI Jakarta. Saat memberi sambutan, dia kembali menyampampaikan soal lamanya menunggu berangkat haji. Dia mencontohkan calon jamaah haji asal DKI Jakarta yang bisa mencapai 17 tahun.

Basuki usul kepada Kementerian Agama untuk membatasi jamaah yang pernah menunaikan ibadah haji. Prioritas seharusnya diberikan kepada mereka yang belum pernah memunaikan haji. Dengan cara itu antrean diharapkan berkurang. Bagi dia, jamaah haji yang berangkat untuk kedua atau ketiga kalinya mengambil jatah kuota bagi mereka yang belum pernah pergi haji.

Pemerintah DKI Jakarta menerapkan usulan itu. Para petugas yang dikirim untuk mendampingi jamaah haji adalah yang belum pernah memunaikan ibadah haji. Dia berharap perluasan Masjidil Haram segera rampung sehingga bisa menampung lebih banyak jamaah.

Beberapa bulan sejak itu, tepatnya Kamis (13/8/2015), Ahok berkesempatan mengukuhkan petugas yang akan menyertai jamaah haji asal DKI Jakarta. Saat memberi sambutan, dia kembali menyampampaikan soal lamanya menunggu berangkat haji. Dia mencontohkan calon jamaah haji asal DKI Jakarta yang bisa mencapai 17 tahun.

Basuki usul kepada Kementerian Agama untuk membatasi jamaah yang pernah menunaikan ibadah haji. Prioritas seharusnya diberikan kepada mereka yang belum pernah memunaikan haji. Dengan cara itu antrean diharapkan berkurang. Bagi dia, jamaah haji yang berangkat untuk kedua atau ketiga kalinya mengambil jatah kuota bagi mereka yang belum pernah pergi haji.

Pemerintah DKI Jakarta menerapkan usulan itu. Para petugas yang dikirim untuk mendampingi jamaah haji adalah yang belum pernah memunaikan ibadah haji. Dia berharap perluasan Masjidil Haram segera rampung sehingga bisa menampung lebih banyak jamaah.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun