Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pegiat Pendidikan

Seorang yang mempunyai kepeduliandalan dalam dunia pendidikan. Setelah bekerja selama 5 tahuan di Sampoerna Foundation, bersama teman2 mendirikan Sinambung Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adakah Nasionalisme di Terminal Condong Catur?

18 Agustus 2017   23:23 Diperbarui: 19 Agustus 2017   01:16 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Ironis! Terminal nampak sepi di hari kemerdekaan ini. Mungkin karena hari itu hari libur sehingga tidak banyak orang keluar memanfaatkan moda transportasi umum. Waktu baru menunjukan pukul 07.30. Satu-satunya bendera Merah Putih berkibar walau warnanya sudah mulai pudar. Tidak ada umbul-umbul dan spanduk berisi kata-kata  semangat menyambut hari bersejarah negeri ini. Lampu-lampu sejak malam hari terus menyala. Puntung rokok berserakan di dekat tulisan "Dilarang Merokok". Sampah nampak berceceran walaupun di beberapa tempat tersedia tempat sampah organik dan non organik.  Deretan warung-warung kecil yang berjejer di sepanjang terminal juga sepi dari kemeriahan pernak pernik perayaan kemerdekaan.

Adakah nasionalisme di Terminal Condong Catur? Tidak adakah keinginan pihak pengelola dan kelurahan setempat untuk memaksimalkan perayaan kemerdekaan dengan memeriahkan suasana, sekaligus mengajak para pemilik warung, operator angkutan umum untuk berpartisipasi aktif? Kesunyian yang menggigit pagi itu, meninggalkan rasa miris di hati kami. Seolah-olah tidak ada kepedulian sebagai bentuk kehadiran penguasa/pemerintah dalam momen di hari yang istimewa ini.

Penjual  koran asal Kediri yang lama menjajakan koran di Terminal Condong Catur mengatakan bahwa  tidak pernah dilakukan kegiatan perayaan kemerdekaan di situ.  Seingatnya, setiap tanggal 17 Agustus suasana terminal selalu seperti pagi ini, sepi. Padahal terminal yang tidak terlalu luas ini, jika malam hari wajahnya berubah menjadi meriah dengan pedagang kuliner bergaya lesehan yang menyediakan berbagai menu makanan Nusantara. Malam hari terminal Condong Catur menjadi ikon pertemuan para pecinta kuliner yang ingin menikmati suasana kerakyatan yang menyenangkan.  

Perayaan kemerdekaan banyak dilakukan oleh penduduk setempat di kampung-kampung sekitar terminal atas inisiatif rakyat sendiri tanpa difasilitasi oleh pemerintah. Pengelola Terminal Condong Catur seharusnya tetap mengadakan kegiatan perayaan hari ulang tahun ke 72 kemerdekaan Indonesia dengan berbagai kemeriahan dan atraksi. Ada nilai nasionalisme yang tetap harus dibangun di tempat- tempat strategis seperti Terminal Condong Catur. Apalagi terminal ini selalu berhasil menarik banyak pecinta kuliner datang ke sana. Suasana ini mampu menciptakan nilai kebersamaan di antara penjual dan pembeli. Perayaan hari kemerdekaan harus menjadi momentum berharga yang mengingatkan setiap warga negara akan perjuangan besar mencapai kemenangan bersama. Sejarah yang terus mengikat ini akan menumbuhkan rasa nasionalisme di dalam jiwa semua warga negara.

Penulis: GSM/DRP/Dplato

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun