Mohon tunggu...
KANG NASIR
KANG NASIR Mohon Tunggu... Administrasi - petualang

Orang kampung, tinggal di kampung, ingin seperti orang kota, Yakin bisa...!

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Surat Emas Untuk Mas Anis, Biarkan Anjing Menggonggong, Kafilah tetap Berlalu

23 April 2017   12:48 Diperbarui: 23 April 2017   22:00 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilkada DKI memang tidak ada duanya, pertarungan bukan hanya dalam ranah praksis, tetapi terjadi juga pertarungan ide, gagasan, pandangan terhadap/dari masing masing pendukung atau minimal supporter masing masing paslon. Di Kompasiana ini, berjibun tulisan yang saling serang, apalagi di kolom komentar, cacian,umpatan, makian juga hadir mewarnai hingar bingar Pilgub DKI baik sebelum hari pencoblosan maupun setelah pencoblosan yang hasilnya sudah kita ketahui bersama yakni Ahok-Jarot dikalahkan oleh suara rakyat yang rame rame datang ke TPS.

Di Kompasiana ini saya menemukan sebuah artikel yang menarik dari kandidat doctor universitas ternama di negeri kanguru, (calon) doctor ini menurut saya paling prokem dalam menggunakan bahasa disetiap tulisannya, saya tidak menyebutnya tidak ngilmiah, tetapi itulah gaya bahasa yang dipaikainya, ia lepaskan kaidah kaidah ilmiah dalam penulisan sebuah artikel. Saya memaklumi juga lantaran artikelnya itu ia sebut sebagai “Surat”, jadi  embat sana embat sini juga ngga ada kaidah ilmiah yang ia langgar, elu gua sebagai   primadona bahasa yang ia gunakan juga ngga ada yang melarangnya, toh hanya sebuah “Surat”.

Atas dasar itu, saya menyebutnya si Calon doctor Prokem (CDP). Adapun isi suratnya sangat satir dan selalu mengandung makna menjunjung setinggi tingginya orang yang bernama Ahok lantas merendahkan harkat dan martabat manusia manusia yang berseberangan dengan Ahok utamanya ummat/organisasi Islam yang tidak sehaluan dengan Ahok. Salah satunya Lihat ini http://www.kompasiana.com/meilaniebuitenzorgy/surat-ungu-untuk-ahok-akhir-sebuah-trilogi_58f55babd47a6143081

Jika si CDP yang punya nama Meilanie Buitenzorgy itu selalu menulis surat buat Ahok dengan label “Surat Ungu”, maka saya menulis surat ini dengan label “Surat Emas”, artinya ada perbedaan warna surat. Saya tidak berani dan tidak suka dengan label ungu, sebab menurut telepati, warna ungu mengandung arti arogan dan ternyata surat ungu yang ditulis si CDP ini telah mendekati pemaknaan dari warna ungu itu yakni Arogan.

Oleh karenanya saya lebih sreg dengan label warna emas, sebab warna emas melambangkan sebuah prestis dan kegembiraan. Nah sesuai dengan pemaknaan itulah saya membuat “Surat Emas” yang saya tujukan kepada Mas Anis-Sandi yang nanti akan dinobatkan menjadi Gubernur DKI setelah rakyat memilihnya.

Ya rakyat DKI memang tidak semuanya milih Anis-Sandi, banyak juga yang memilih Ahok-Jarot, namun sayang seribu sayang, rakyat yang milih Ahok kalah banyak dengan yang milih Anis-Sandi, makanya menurut aturan main, Anis-Sandi-lah yang bakal dinobatkan oleh Bapak Presiden Joki Widodo sebagai pemenang dengan gelar resmi Gubernur DKI. Oleh karenanya saya mengatakan bahwa doa yang dipanjatkan si CDP dalam ahir suratnya itu, tidak di ijabah oleh Allah SWT.

Mas Anis Mas Sandi, rasanya saya ngga tega kalau saya memanggilnya dengan kata kata ‘’lo’’,lo, sebab saya masih orang timur yang masih punya sopan santun, makanya saya panggil “Mas” saja, rasanya terasa akrab, lagi pula saya juga menghormati orang tua Mas Anis yakni Bapak Rasyid Baswedan yang  pernah juga saya ikut dalam beberapa kegiatan saat saya masih kuliah di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Mas Anis dan Mas Sandi, Surat Emas saya ini hanya ingin menyampaikan dua hal;

Yang pertama, saya hanya ingin mengucapkan selamat atas jabatan baru yang bakal di sandang Mas Anis sebagai Gubernur DKI dan Mas Sandi yang bakal dinobatkan sebagai Wakil Mas Anis dalam memimpin Jakarta kedepan, saya tidak perlu menggurui atau menasihati Mas Anis dan Mas Sandi tentang arti sebuah jabatan, toh Mas Anis sudah berkali kali mengatakan bahwa jabatan adalagh AMANAH. Satu yang saya harapkan sebagai sesama muslim, Mas Anis dan Mas Sandi semoga kalian berdua tidak lantas menjadi orang yang sombong. Jangan seperti Pak Ahok, ia mengatakan bahwa jabatan Tuhan yang kasih, tapi diujungnya ia bilang “Sama ketika saya gagal di Bangka-Belitung, tapi kemudian berhasil di Jakarta, kan lumayan”.

Kedua, Mas Anis Mas Sandi focus saja dengan Amanah itu, banyak orang orang dari seberangkali sana yang masih mengolok olok kemenangan Mas Anis-Sandi dalam berbagai bentuknya, ada yang seolah olah menagih janji Mas Anis, ada juga yang mencibir soal penggunaan APBD yang katanya Mas Anis tidak berkutik lantaran ada SANDI yang terkoneksi dengan BPK dan KPK, ya biarkan saja, toh itu juga yang akan dilakukan Mas Anis nanti kedepan.

Sebaliknya Mas Anis tidak perlulah menagih janjinya Ruhut Sitompul yang katanya berani potong telinga kalau Ahok Jarot kalah, tidak perlu juga mencari si perempuan binal yang katanya akan potong payudara kalau mas Anis mas Sandi menang, biarlah semua itu dianggap sebagai manusia gombal menghadapi Pilkada, biarkan saja si Ruhut dan si  perempuan binal itu menjadi bahan olok olok di Media Sosia biar nanti kemaluannya eh rasa malunya jadi tontonan public.

Sekali lagi Selamat Mas Anis-Sandi, biarkan Anjing Menggonggong, Kafilah Tetap Berlalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun