Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ubah Guru, Maka Keberhasilan Pendidikan akan Tercapai

3 Mei 2013   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:12 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum baru pasti akan hadir di tengah-tengah kita.  Kurikulum baru memang diperlukan karena perubahan konteks pendidikan.  Sehingga, perubahan kurikulum memang sebuah keniscayaan yang tak mungkin dihindarkan.  Terlepas dari persoalan, bagus atau tidaknya kurikulum baru juga penerimaan dan penolakan terhadap kehadiran kurikulum baru.

Kurikulum penting.  Kurikulum akan menjadi penunjuk arah ke mana pendidikan nasional akan diarahkan.  Tanpa kurikulum maka pendidikan akan terjebak pada kebuntuan atau ketakjelasan arah tujuan.  Pentingnya sebuah kurikulum berdampak pada pentingnya perubahan kurikulum sebagai penerjemah akan penajaman arah tujuan pendidikan nasional di saat terjadi perubahan.  Bagaimana pun juga, tak ada yang tak berubah di dunia ini kecuali perubahan itu sendiri.

Hanya saja, kurikulum hanyalah sebuah dokumen.  Sebuah benda mati.  Padahal pendidikan nasional jelas sebuah praktik.  Praktik yang dimaksud dalam tulisan ini juga bukan praktik di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.  Praktik pendidikan nasional yang dimaksud adalah kegiatan belajar mengajar (KBM) di ruang-ruang kelas.

Mengukur sebuah kurikulum, jangan memeloti Kementerian yang saat ini sedang didera berbagai kesemrawutan itu.  Karena, di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan lebih terlihat aspek-aspek politis pendidikan nasional.  Lihatlah, ukurlah kurikulum dengan melihat ruang-ruang kelas.  Sehingga, dengan demikian, guru akan menjadi makhluk penentu sebuah kurikulum.

Bagaiamana kondisi guru-guru di negeri ini?  Dilihat dari aspek mana pun dan oleh siapa pun, kondisi guru-guru masih memprihatinkan.  Walau mereka sudah memiliki sertifikasi guru dan sudah mendapatkan uang tunjangan profesi.

Kesalahan pemerintah selama ini, jelas pada kurangnya pengembangan kompetensi guru.  Guru sudah cukup lama dibiarkan dan sering dianggap sebagai penghuni kasta kedua.  Peminat untuk menjadi guru pun adalah mereka yang sudah mentok di mana-mana.

Momentum kurikulum baru seharusnya menjadi momentum untuk melakukan pengembangan kompetensi guru. Kompetensi apa yang perlu dikembangkan?  Pertama, kompetensi profesional.  Guru seharusnya tahu betul isi dan arah, bahkan dasar-dasar filosofis sebuah kurikulum.  Selama ini, banyak guru yang tak peduli terhadap kurikulum.  Guru lebih memilih membaca buku pelajaran daripada memahami kurikulumnya.  Sehingga, sering terjadi pengajaran yang dilakukan menjadi kering karena terfokus pada buku pegangan.

Kreativitas seorang guru akan terpicu dan terpacu jika guru memahami dasar filosofi dan arah tujuan pengjaran sebuah materi.  Guru akan menggunakan banyak cara dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.  Bhkan dengan jalan yang di luar kebiasaan.  Bahkan, guru-guru "mbeling"lah yang menjadi pemicu kemajuan pembelajaran sebagaimana telah dilakuakn oleh Romo Mangun melalui SD Mangunan (maaf, lupa nama jelasnya).  Juga oleh Sabarudin (maaf juga kalau kurang tepat), yang telah mendirikan SMP Qoryah Toyibah.  Mereka adalah pemaham filosofi dan arah dasar kurikulum tanpa terjebak pada buku-buku pegangan.

Ajak guru untuk selalu membuka dan mengkritisi setiap kalimat, bahkan setiap kata yang ada dalam kurikulum.  Bukan malah membuatkan buku pegangan yang akan memperkosanya dan mengkerdilkannya.  Pelatihan yang selama ini dilakukan lebih sering terjebak pada pembuatan RPP.  Padahal, taka akan ada artinya RPP jika dibuat dalam ketidaktahuan dasar dan tujuan sebuah kurikulum.

Kupas tuntas kurikulum.  Itulah yang seharusnya dilakukan guru.  Biasakan guru untuk berpikir mendalam.  Mereka bisa kok jika diberi kesempatan dan diajak untuk itu semua.

Kedua, kompetansi pedagogik.  Kompetensi ini juga sangat terlihat jelas kurang dipahami guru.  Kalau diperhatikan di ruang-ruang kelas, guru ceramah seakan menjadi fenomena yang tak lekang oleh waktu.  Pengembangan kompetensi ini harus dilakukan.  Kurikulum akan berhasil jika guru mampu menjabarkannya dalam metode dan pendekatan yang pas.  Oleh karena itu, pelatihan guru harusnya fokus pada pengembangan metode pembelajaran di kelas.  Jangan selalu dan selalu diceramahi.  Jangan ambil alih hak siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuannya dan keunikannya dengan ceramah-ceramah membosankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun