Bodoh bener mereka ya. Â Masa iya, gara-gara Ahok memiliki nomor 2, maka dalam segala urusan masjid pun dianjurkan untuk menghilangkan angka 2 saat mengetes pengeras suara. Â Pokoknya, seluruh masjid di Jabodetabek diharpakan untuk tidak menyebut angka 2 saat mengetes pengeras suara. Â Kata pengumuman di facebook salah satu masjid yang kebetulan saya dimasukkan ke dalamnya.
Karena jengah, terus aku komentari, "Lebay banget, masa masjid ikut politik politikan."
Eh, malah dibuat setatus baru,"Orang Islam yang tak peduli politik maka akan dipimpin oleh orang yang peduli Islam". Â Terus ditambahi, "Yang bilang lebay, harus dicek keimanannya."
Gila banget, kan? Â Masa dia mau ngecek keimanan saya gara-gara saya komentari lebay pada pengumumananya yang alergi dengan angka 2 hanya karena angka 2 menjadi no mor pemilihan Ahok di pilkada DKI.
Terlalau banyak orang Islam yang selama ini tak pernah belajar Islam tahu-tahu nongol menjadi seolah-olah paling Islam. Â Lebih parah lagi, dia akan babat kiri kanan terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengannya.
Gus Mus bilang, "Terlalu banyak aktor ustad."
Benar. Â Benar sekali yang beliau katakan. Â Karena banyak ustad dan ulama bentukan. Â Orang yang tak tahu apa-apa lalu diberi sorban dan jubah, lalu ramai-ramai dipanggil ustad bahkan kyai. Â Bahkan ada yang sangat lebih, meminjam gelar Habib palsu.
Terlalu lama, ulama-ulama yang benar benar ulama diam. Â Akibatnya, negeri ini terlalu dipenuhi oleh ulama aktor. Â Ulama yang keras bersuara. Â Penuh caci maki dimulutnya. Â Seolah-olah, agama Islam akan hancur kalau tanpa mengibliskan pihak lain.
Sudah saatnya para ulama beneran turun gunung. Â Ajari para pencari keuntungan melalui agama itu akhlak Islam yang sebenarnya. Â Jangan sampai negeri ini dikuasai oleh penggemar ISIS. Â Dan jangan biarkan negeri ini hancur.