Orang Finlandia menerapkan konsep pendidikan yang ditanamkan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Bangsa kita malah memuja muka Finlandia dan tak mempedulikan apa yang sudah menjadi pemikiran anak negeri sendiri.
Gagal paham juga sudah biasa.
Misalnya saja mengenai budi pekerti. Â Saat ini, budi pekerti sudah disempitkan hanya menjadi akhlak. Â Lebih mengerikan lagi, budi pekerti hanya dimaknai pemahaman keagamaan belaka.
Ki Hajar memahami budi pekerti bukan hanya sesempit itu. Â
Ki Hajar memahami budi pekerti sebagai olah pikir, olah rasa, olah raga, dan olah karsa.
Olah pikir masuk dalam budi pekerti. Dalam matematika ada kejujuran. Â Dalam ekonomi ada kerja sama. Kesadaran atau olah pikir masuk dalam ranah budi pekerti. Kemampuan berpikir akan membuat orang beretika.
Olah rasa sudah pasti. Â Kesenian dan kesastraan bukan sekedar mapel tempelan. Kesenian dan kesastraan harus mampu mengolah jiwa. Â Hingga menembus spritualitas. Kesenian dan kesastraan di sekolah sekolah Taman Siswa menjadi mapel utama.
Olah raga masuk juga budi pekerti. Olahraga akan membuat insan lebih berbudi.
Begitu juga dengan olah karsa. Kemampuan mencipta harus dilakukan RI sebagai budi pekerti. Â Jangan berpikir kalau olah karsa merujuk pada keterampilan jadul. Pemrograman bisa masuk olah karsa.
Pemahaman yang begitu luas dari Ki Hajar Dewantara sekarang dikerdilkan hanya berarti akhlak belaka.
Seolah olah dalam olah pikir kita sudah maju, dalam olah raga kita sudah berada di puncak, dan dalam olah karsa kita sudah bisa banyak.