Sudah banyak membaca buku, tapi tak tahu apa-apa. Â Hal ini sering terjadi. Â Sehingga, orang yang membaca banyak buku itu tak ada beda dengan temannya yang tak biasa membaca buku. Â Kenapa begitu?
Karena selama ini masih banyak orang yang menganggap bahwa membaca buku itu merupakan kegiatan pasif. Â Kegiatan menerima apa yang ada dalam buku. Â Membaca adalah membuka diri untuk menerima apa pun dari siapa dan apa yang dibacanya. Â Selesai.
Akibatnya, akan terjadi kekosongan otak karena tak ada satu pun yang tertinggal setelah membaca buku. Â Paling banter, pembaca hanya mengingat hal yang terakhir di baca. Â Otak manusia memang memiliki kapsitas mengingat sehingga akan berganti pengingatan.
Lalu bagaimana?
Jadilah pembaca aktif. Â Bukan hanya membaca huruf demi huruf dalam buku saja. Â Pembaca aktif akan membangkitkan segala potensi dalam otaknya. Â Apa yang ada di otaknya akan dikonfrontir dengan isi buku yang dibacanya. Â Bisa sama dengan hasil persetujuan. Â Bisa beda sedikit sehingga kemungkinan ada sedikit perubahan. Â Bisa beda sama sekali sehingga mengubah total apa yang selam ini diyakini.
Dalam membaca, saya selalu bergulat dan bergelut dengan setiap pemikiran yang ada dan ditawarkan dalam buku yang saya baca. Kadang saya setuju, kadang setuju sebagian, kadang menolak. Â Bukan sebuah pesrsoalan. Â Kita tak harus membaca buku yang sejalan dengan apa yang sudah ada dalam otak kita. Â Kita juga perlu dan sangat perlu membaca buku yang tidak sejalan. Â Karena pemikiran kita juga perlu pengimbang.
Pembaca aktif biasanya akan menjadi penulis yang baik. Â Atau bisa juga dibalik, penulis lahir dari mereka yang menjadikan dirinya pembaca aktif. Â Dengan menulis, otak kita akan semakin cepat mennagkap dan menyimpan apa yang kita baca.
Menulis adalah membaca aktif sebagai pengingat apa yang kita peroleh dari meluangkan waktu mengeja huruf huruf dalam buku.
Selamat membaca, eh, juga menulis!