Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Oase, Jangan Terlambat Memfosilkan Energi Fosil!

15 Agustus 2017   14:42 Diperbarui: 15 Agustus 2017   18:17 8421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abad terdahulu , ketika zaman baru saja dimulai manusia, batu melawan batu untuk membuat percikan api.  Lompatan zaman berikutnya, adalah saat diperlukan ranting kering dan kayu untuk saling bertumbuk menyalakan api.  Kepesatan teknologi akhirnya melahirkan energi panas untuk menghasilkan api.  Saat inilah era bahan bakar minyak sebagai sumber energi  dimulai.

Semua manusia bergembira mendapatkan segala hal menjadi serba mudah.  Kendaraan, kompor dan mesin mesin pembangkit dianggap sebagai uluran tangan malaikat  untuk mempermudah hidup.  Kegembiraan yang melupakan satu hal penting.  Sumber energi fosil bukanlah hasil sihir! bahan bakar ini dihasilkan selama proses jutaan tahun. 

Belum lagi, populasi manusia bukan hanya bertambah, namun meledak!  Kebutuhan akan bahan bakar fosil ikut meningkat secara super signifikan.  Cadangan di dalam bumi terbatas, sementara kebutuhan akan energi tidak bisa dibatasi.  Semua pemikir kemudian memutar kepala, memeras otak habis habisan.  Adakah sumber energi alternatif yang kelak tidak lagi menjadi alternatif lagi.  Namun bisa dan sanggup menjadi substitusi utama energi fosil?

Jawabannya memang belum tuntas.  Tapi jalan menuju ke arah itu sudah semakin cerdas.  Biofuel mulai menampakkan muka manisnya.  Energi terbaharui tampil secara sederhana di awalnya, namun yakin akan menjadi primadona pada saatnya.  Perdu jarak yang semenjana ternyata bisa menjawab kebutuhan akan minyak solar.  Minyak sawit yang di negeri ini adalah penguasa lahan, cukup sahih untuk dijadikan biosolar.  Singkong yang selama ini dianggap sebagai barang ndeso, sungguh meyakinkan ditransformasi menjadi bioethanol.

Pergulatan yang terjadi kini bukan lagi tersedia atau tidak tersedia.  Bukan lagi bisa atau tidak bisa.  Namun lebih pada perdagangan bahan bakar minyak yang dikuasai kartel minyak fosil, merasa sangat terganggu kans dominansinya.  Lalu timbullah operasi tidak senyap dengan cara melakukan kampanye kampanye terselubung atas nama jargon kelestarian.  Termasuk juga berusaha keras agar harga bahan mentah biodiesel terlalu tinggi untuk bisa diproduksi secara masif dan massal.  Ulah kartel minyak fosil ini tentu saja sulit untuk dibuktikan.  Namanya juga terselubung. 

Lalu selanjutnya bagaimana?  Apakah hanya cukup sampai di sini?  Ada alternatif namun dibiarkan saja.  Tidak tentu saja!  perjuangan belum selesai.  Proses mendaki masih harus dilalui.  Tapi dengan satu syarat.  Jangan semuanya terlambat!  Sampai ketika mesin mesin berhenti bersuara karena kehabisan daya.  Lalu kita semua hanya bisa terbelalak dan merintih putus asa.  Kemudian separuh dunia padam dengan populasi berkurang secara dahsyat seketika.  itu malapetaka!

Semarang, 15 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun