Mohon tunggu...
MH Kholis
MH Kholis Mohon Tunggu... Pegiat Sastra -

petualang, pegiat sastra, juga pencinta kopi. twitter: @mhkholis, Fb: MH Kholis. ig: @mhkholis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lewat Memo, Barangkali Presiden akan Mengerti

26 Maret 2015   14:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:58 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(foto dukumen pribadi)

“Apa yang bisa dilakukan oleh penyair bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan?” (W.S. Rendra)

Petikan puisi ini barangkali mewakili kegelisahan beberapa penyair dari berbagai daerah yang bersatu dalam sebuah komunitas, yaitu Komunitas Penyair Nusantara.  Berangkat dari sebuah kegelisahan akan bobroknya sebuah pemerintahan, timpangnya sebuah hukum dan keadilan, maka para penyair ini menumpahkan segala kegelisahannya melalui karya sastra, yaitu puisi. Bagaimana puisi dapat berbicara, bagaimana puisi dapat menumbuhkan sifat patriotisme bagi masyarakat sehingga masyarakat ikut andil dalam menegakkan keadilan atau menjadi medium yang menggiring roda keadilan di negeri ini.

Para penyair yang tergabung dalam komunitas ini bersama-sama menyuarakan suara hatinya lewat puisi yang dibukukan bersama. Buku tersebut berjudul dan bertema “Memo Untuk Presiden” (MUP). Buku tersebut berisi sekumpulan puisi dari berbagai kalangan. Tidak hanya penyair, tetapi masyarakat umum seperti pelajar, mahasiswa, bahkan guru juga ikut serta dalam menulis puisi di dalam buku tersebut. Puisi-puisi tersebut berisi tentang kegelisahannya terhadap kondisi negara saat ini. Buku tersebut dikoordinatori oleh sastrawan asal Solo, Jawa Tengah, Sosiawan Leak. Buku ini diluncurkan sekaligus dibedah dalam acara ”Road Show Puisi MUP Ke 5 Sekretariat Jakarta” yang diselenggarakan atas kerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI melalui “Sahabat PERPUSNAS”. Acara ini juga diadakan di aula Perpustakaan Nasional RI pada tanggal 25 Maret 2015 dan malamnya dilanjutkan di Warung Apresiasi Bulungan, Jakarta.

Acara peluncuran dan bedah buku kumpulan puisi “Memo Untuk Presiden” tersebut juga dihadiri oleh beberapa penulisnya yang datang langsung dari berbagai daerah dan membacakan puisinya di depan hadirin. Beberapa penyair yang datang langsung seperti Eka Prasetya dari Magelang, Jawa Tengah dengan puisinya yang berjudul Sumpah Sampah, Taufik Ikram Jamil dari Bengkalis, Riau dengan puisinya berjudul Catatan Kaki, Sulis Bambang dari Semarang, Jawa Tengah, dan beberapa penyair dari daerah lainnya.

Kemeriahan acara tersebut tidak lepas dari peran sebuah komunitas yang juga menjadi salah satu penggerak acara ini, yaitu Sastra Kalimalang, Bekasi. Sastra Kalimalang adalah sebuah komunitas yang sering menampilkan musikalisasi puisi di beberapa acara termasuk di acara peluncuran dan bedah buku saat itu. Komunitas ini juga inten mengisi sebuah rubrik di sebuah surat kabar di Bekasi dengan rubrik Sastra Kalimalang dengan tema Pemuda Pancasila. Pada acara tersebut beberapa puisi dinyanyikan dan ada satu puisi yang sangat menarik. Puisi tersebut berjudul Namaku Korupsi. Selain itu, ada penampilan paduan suara dari kelompok mahasiswa STIKES Jakarta. Acara tersebut turut dihadiri oleh salah satu anggota komisi X, DPR RI dan Wakil Ketua (PLT) Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi. Mereka turut memberi sambutan dan menyambut dengan hangat hadirnya buku kumpulan puisi “Memo Untuk Presiden” tersebut.

14273545861300348982
14273545861300348982
musikalisasi puisi sastra kalimalang (foto dokumen pribadi)

Acara bedah buku dipimpin oleh Fikar W. Eda, salah satu anggota Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Sosiawam Leak menjadi salah seorang pembicara yang juga koordinator penggerak buku tersebut. Tidak hanya itu, pembicara lainnya didatangkan tidak dari lembaga sastra atau yang berkaitan dengan kesenian, melainkan dari salah satu instansi penting dalam pemerintahan, yaitu Badan Narkotika Nasional (BNN) dan pembicara lainnya adalah salah satu pengurus Perpustakaan Nasional RI. Pada acara tersebut, Leak menyampaikan gagasan-gagasannya mengenai terbentuknya buku tersebut dan peran masyarakat dalam membantu penyair dalam menyampaikan gagasannya melalui puisi-puisi yang dibukukan. Tugas penyair tidak harus berada di depan melainkan berada langsung di tengah-tengah masyarakat dan bersama menyampaikan sebuah gagasan demi terciptanya sebuah keadilan yang dianggapnya sudah sangat bobrok. Leak juga menyampaikan bahwa “Memo Untuk Presideni” ini akan terus berlanjut dan akan terus menyampaikan gagasan-gagasannya demi terciptanya keadilan-keadilan yang sebenarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun