Mohon tunggu...
Menhard Manangkot
Menhard Manangkot Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Bersyukur selalu dalam segala hal adalah cara terbaik agar merasa cukup dalam kehidupan. Karena hidup hanya anugerah saja dari Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilgub DKI Dua Putaran, Masyarakat Diuntungkan

17 Februari 2017   13:45 Diperbarui: 17 Februari 2017   15:26 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setelah perhitungan cepat (quick count)  Pilkada serentak di Indonesia tahun 2017 selesai, terlihat jelas jika memang Pilkada DKI yang paling menyorot banyak perhatian. Tak hanya warga DKI Jakarta saja yang menunggu hasil quick count, tapi masyarakat dari daerah lain pun dengan perasaan tegang menanti hasil perhitungan cepat tersebut. Meskipun bukan keputusan mutlak karena bukan dikeluarkan oleh KPUD Jakarta, namun setidaknya masyarakat sudah bisa melihat bagaimana hasil Pilkada DKI Jakarta 2017.  

Pasangan Calon (Paslon) Gubernur nomor urut dua Basuki Tjahya Purnama-Djarot Saiful Hidayat  atau yang lebih dikenal Ahok-Djarot, berhasil keluar sebagai pemenang walaupun belum bisa menghantar mereka untuk bisa ke kursi Gubernur dan Wakil Gubernur 2017-2022.

Meskipun 5 lembaga survey berbeda telah menyelesaikan hitungannya dengan menempatkan pasangan Ahok-Djarot sebagai pemenang, yakni ; (1) Litbang Kompas  Agus-Sylviana 17,37 %, Ahok-Djarot 42,87 %, Anies-Sandiaga 39,76 % (2) Cyrus Network Agus-Sylviana  17,13 %,  Ahok-Djarot 42,92 %, Anies-Sandiaga 39,94 % (3) PolMark Indonesia  Agus-Sylviana17,96 %, Ahok-Djarot  42,27 %, Anies-Sandiaga 39,77 % (4) LSI Agus-Sylviana 16,87 %, Ahok-Djarot 43,22 %, Anies-Sandiaga 39,91 %, (5) SMRC  Agus-Sylviana 16,69 %, Ahok-Djarot 43,19 %, Anies-Sandiaga 40,12 %. 

Namun  jumlah suara pasangan Ahok-Djarot  tidak mencapai ketentuan yang ditetapkan oleh UU. Provinsi DKI Jakarta menggunakan ketentuan Pasal 11 UU No 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dimana Pasal 11 ayat (1) UU 29/2007 itu menyebutkan, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih.

Para pendukung Ahok-Djarot tentunya berharap bisa menang satu putaran, Sah-sah saja jika pendukung Ahok ingin menang satu putaran, dengan alasan sekaligus juga harapan agar suasana kancah politik di Indonesia menjadi normal ataupun adem ayem dan aktivitas warga bisa kembali berjalan dengan lancar. Namun hasil Pilgub putaran pertama ini bukanlah sesuatu yang buruk bagi pendukung Ahok-Djarot, tapi  hasil ini patut disyukuri tim Ahok dan pendukungnya, mengingat serangan kepada Ahok yang luar biasa banyaknya jelang berlangsungnya Pilkada. 

Memang jika Pilkada DKI berlangsung dua putaran, para pendukung Ahok-Djarot pasti merasa was-was jika jagoannya akan susah memenangkan Pilkada mengingat pilihan pemimpin meruncing menjadi 2 Paslon saja, tetapi masyrakat sekarang sudah pintar dan dewasa dalam menentukan hak politiknya, jadi perasaan was-was itu harusnya dihilangkan dan diganti dengan perasaan optimis tapi juga diikuti dengan langkah konkrit dilapangan untuk menjadikan jagoannya menjadi pemimpin di DKI Jakarta.

Nah, jika memang Pilgub DKI Jakarta dilangsungkan dua putaran, hal baik apakah yang bisa dipetik masyarakat? Bukan hanya warga Jakarta tapi juga warga daerah lain? Pilkada DKI Jakarta tak bisa dipungkiri telah menyedot perhatian publik nasional, dan tanpa disadari proses Ahok meraih kursi gubernur DKI Jakarta menjadi penting bagi Indonesia.

Mengapa? karena sepak terjang Ahok-Djarot saat ini telah menjadi panutan dalam penentuan pemilihan pemimpin di masing-masing daerah. Secara tidak sadar, masyarakat di daerah pun telah menginginkan pemimpin dengan standart yang dilakukan Ahok-Djarot. Hal inilah yang menyebabkan Pilgub DKI  bukan hanya menjadi milik warga DKI, tapi juga seluruh Indonesia. 

Memang untuk menjadi pejabat seperti yang dilakukan Ahok tidaklah mudah, masih belum matangnya masyarakat dalam berpolitik jadi permasalahannya. Padahal berpikir matang dalam politik merupakani kunci kesuksesan demokrasi. Hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa isu primordial dan SARA masih menjadi penentu keberhasilan seseorang untuk terpilih sebagai pemimpin. Memilih berdasarkan agama masih menjadi pertimbangan memilih, termasuk di DKI  Jakarta pun hal ini masih terjadi.  

Kehadiran Ahok sangat penting untuk masa depan demokrasi Indonesia, dengan terobosan politik yang dilakukan Ahok dengan latar belakangnya yang sangat minoritas, justru jadi peristiwa penting dalam sejarah perpolitikan Indonesia.

Kemenangan Ahok diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan isu primordial dan SARA, karena sekalipun diserang dengan kasus dugaan penistaan agama yang membuat kemarahan publik (terlebih umat muslim), namun Ahok dengan kegigihannya berusaha membuktikan jika dia tidak pernah berniat melakukan penistaan agama, sehingga menempatkan dirinya pada posisi puncak saat PIlkada DKI Jakarta putaran pertama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun