Mohon tunggu...
Ika Rahma
Ika Rahma Mohon Tunggu... Wiraswasta - guru yang masih terus belajar

http://mbakyul.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hentikan Pemberitaan yang Provokatif

23 Juni 2014   06:24 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1403454114177715927

Malam ini saya sempatkan untuk menyaksikan debat capres edisi ke-3. Sebagai orang awam yang tidak begitu mendalami dunia perpolitikan, menurut saya debat capres yang berlangsung tadi dan sebelumnya tak ubahnya seperti ajang pemilihan putra atau putri dimana peserta akan ditanyai mengenai visi misi pada suatu bidang yang tidak sepenuhnya mereka kuasai. Jadi rasanya kurang bijaksana jika kita menentukan pilihan hanya berdasarkan kelihaian para capres-cawapres dalam berdebat.

Orang yang jago debat belum tentu jago dalam praktek nyata dan orang yang kurang lancar dalam berdebat juga belum tentu lamban dalam bekerja secara nyata. kalau yang saya lihat dalam debat tadi capres 1 memang sepertinya lebih ahli dalam berargumen, sementara capres 2 sedikit agak kurang lancar dalam menyampaikan pendapatnya. Namun hal tersebut tidak bisa menjadi tolok ukur untuk menentukan mana yang terbaik.

Yang sangat disayangkan adalah bagaimana getolnya 2 media yang cukup besar di Indonesia dalam menjelekkan masing-masing capres-cawapres dari kubu yang berlawanan. Saya sampai "muak" dg pola pemberitaan mereka yang sangat provokatif. Menurut saya, pemberitaan pada media-media tersebut sudah sangat overdosis. Setiap debat selesai, mereka dengan cekatan mencari celah-celah kesalahan dari capres-cawapres yang tidak sekubu dan memberitakannya secara berlebihan dengan menghadirkan narasumber yang subjektif.

Kalau iklim kampanye seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin negara kita akan terpecah belah justru disaat kita membutuhkan seorang pemimpin yang diharapkan mampu mensejahterakan rakyat. Pola debat dengan cara mengorek kesalahan lawan juga sebaiknya dihindari agar tidak memicu perdebatan juga dikalangan para pendukung. Sebagai pendukung sebaiknya kita juga jangan berlebihan. Siapapun nanti yang jadi presiden, kalau kerjanya bagus ya harus diberi apresiasi. Sebaliknya kalau mereka melakukan kesalahan ataupun melupakan janji-janjinya ya harus kita ingatkan.

Untuk tanggal 9 juli nanti InsyaAllah saya sudah menentukan pilihan. Dan pilihan saya ini berbeda dg mayoritas keluarga saya. Tapi kita tidak harus terpecah belah bukan? Mari kita bersatu untuk Indonesia yang lebih baik. Apapaun pilihannya mari kita saling menghormati. Cukup mereka saja yang berdebat. Jangan berharap adanya perubahan yang lebih baik jika hanya mengandalkan seorang presiden. Perubahan yang lebih baik bisa terjadi jika kita juga mau berubah.

Salam damai alias salam 2 jari.............................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun