Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ragam Becak di Indonesia, Riwayatmu Kini

3 Maret 2017   16:44 Diperbarui: 4 Maret 2017   20:00 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Entah sejak kapan becak mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Di Surabaya sendiri sebagai kota asal kami, becak sudah lama ada bahkan mungkin di masa kecil kakek-nenek kami, becak sudah ada. Saat saya masih duduk di bangku SMP, ya sekitar tiga puluhan tahun yang lalu, sebuah partai politik tertentu mengerahkan simpatisannya yang terdiri dari para tukang becak. Sambil membawa becak masing-masing mereka berpawai keliling jalan-jalan utama di Kota Surabaya. Becak-becak milik para simpatisan partai itu dicat berwarna-warni hingga terlihat begitu menarik.

Sambil mengendarai becak, para simpatisan partai tadi meneriakkan yel-yel tertentu yang intinya agar orang tertarik untuk mendukung partai itu. Sebagian simpatisan beratraksi memperlihatkan keahliannya memainkan becak. Ada yang jumping (ngetril) dengan becaknya, berjalan miring dengan hanya menggunakan dua roda dan beberapa atraksi menarik lainnya. Tentu saja atraksi berbecak-ria yang diperagakan para simpatisan partai itu mengundang decak kagum semua orang yang melihatnya dan semakin memacetkan arus lalu-lintas.

Duluuu… ketika kedua orang tua kami masih ada, ketika kami semua masih berkumpul bersama di rumah kami yang ada di kawasan Banyu Urip Surabaya, kalau kami ingin pergi ke mana-mana, tak jarang kami menggunakan becak sebagai alat transportasi satu-satunya. Waktu itu para tukang becak mulai pagi hingga malam bahkan dini hari terlihat stand by (ngetem) di depan jalan masuk (gapura) menuju gang rumah kami.

Tak sulit untuk mencari alat transportasi beroda tiga yang dikayuh itu. Namun kini ketika zaman sudah berubah, becak mulai jarang kita temukan. Alat tranportasi umum wilayah perkotaan (angkot) atau angkutan pedesaan (angdes) sekarang didominasi kendaraan roda empat, taksi atau bus kota. Malahan kini lagi marak alat transportasi berbasis internet, apakah itu ojek atau taksi online yang semakin menggeser keberadaan becak.

Setahu saya nih, saat tinggal di Surabaya dulu, jenis becak ada beberapa. Ada becak siang, becak malam dan becak khusus barang. Becak siang biasanya bercat biru, becak malam bercat putih dan becak barang tidak dilengkapi tempat duduk penumpang. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, tiap daerah di Indonesia memiliki budaya dan adat-istiadat yang berbeda-beda. Begitu pula dengan becak, becak di Kota Jogyakarta bentuknya mungkin tidak sama dengan becak Surabaya, becak Malang, becak Makasar atau becak di daerah lainnya.

Mulai jarang ditemukan bukan berarti tidak ada sama sekali lho. Di tempat-tempat tertentu di Kota Surabaya atau kota-kota lainnya di berbagai penjuru tanah air, becak masih tetap eksis di sana. Sebagai contoh, di kawasan Jembatan Merah Surabaya juga masih kita temukan becak. Di depan Stasiun Gubeng Lama juga masih terlihat becak. Mungkin karena adanya penertiban dari pemkot atau pemda setempat sehingga tukang becak tidak bisa mengoperasikan becaknya secara maksimal. Becak sudah tidak boleh mangkal di sembarang tempat. Hanya jalan-jalan tertentu saja yang boleh dilewati becak.

Sebagian tukang becak mulai menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Dengan daya kreasi mereka, becak yang tadinya hanya dikayuh dengan menggunakan tenaga manusia, kini dimodifikasi sedemikian rupa dengan menambahkan mesin sepeda motor. Jadilah alat transportasi berupa becak bermotor. Di Kota Makasar, becak yang dilengkapi mesin sepeda motor itu dinamakan Bentor (bendi bermotor). Becak biasa, mungkin cocok untuk jarak yang tak seberapa jauh namun dengan becak bermotor jarak tempuhnya lebih jauh, kapasitas muatannya lebih besar dan tarifnya bisa lebih mahal.

Mengemudikan becak biasanya dilakukan oleh orang tua tapi bukan orang tua yang renta dan nggak kuat lho. Jarang anak muda mbecak mungkin merasa malu lagipula saat ini sudah tersedia cukup banyak lapangan kerja yang lebih menjanjikan mengingat taraf pendidikan dan keahlian kaum muda dewasa ini sudah lebih baik.

Meski mungkin sudah nggak jamannya, namun naik becak tetap punya tempat tersendiri di hati penikmatnya. Naik becak terasa asyik, santai, ongkosnya juga terjangkau dan pastinya ngangenin. Bisa menikmati suasana sekitar, apalagi kalau naiknya ketika hari masih pagi atau sore dimana udara terasa segar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun