Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... Freelancer - sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu, - IG@sriita1997 - https://berbagigagasan.blogspot.com, - YouTube @massrieNostalgiaDanLainnya (mas srie)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berburu Kompasiana, di Kompas Kampus Bandung 2015, Kompas TV

26 Mei 2015   15:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara Kompas Kampus  yang berlangsung seru di Gedung Sabuga ITB ,   tikungan jalan Tamansari-Silihwangi Bandung utara. Sabtu pagi cerah 23 Mei 2015.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Jembatan Jalan Silihwangi Bandung. Foto tanggal 23 Mei 2015. Saat akan memasuki gerbang utara/belakang Sabuga. Kompas Kampus 2015"][/caption]

Sempat  memotret  jalan nostalgia masa kecil (Jembatan Silihwangi) akhirnya saya memasuki gerbang menuju Gedung Sabuga.  Lewat jalan belakang, karena minta diturunkan angkot di jalan Silihwangi.

Tadinya mengajak anak bungsu  saya hadir, tapi tidak jadi, bentrok dengan jadwal  UAS di kampusnya Sabtu itu. Ya sudah,  akhirnya  sendiri saja ke acara  langka ini  . Tapi tidak apa biar sudah terlalu tua,  bukan mahasiswa, saya perlu tahu dunia anak muda sekarang. Semoga menjadi orang tua yang bisa  memahami dunia anak muda.

Saat menunggu saya  dapat SMS dari Neng Efi, akhirnya  dengan sedikit  kikuk (karena  sudah sepuh)  saya masuk bareng Dik Aswi, kompasianer yang  blogger Bandung dan bersepeda itu.

Wah meriah sekali. Bingung, banyak meja yang bikin penasaran untuk disinggahi. Menyesal juga putri bungsu saya harus ke kampusnya di Ciumbuleuit, padahal  cocoknya  untuk dia acara sebagus ini.

Menjelang masuk, saya sempatkan  memborong kopi creamer ,  Torabika ala café. Harganya kenapa murah ya? Ternyata  sedang promosi.

[caption id="" align="aligncenter" width="558" caption="Serambi depan Sabuga, acara Kompas TV, KOMPAS KAMPUS , 2015. Sales Promotion Girl Kopi Torabika Ala Cafe, Krimi, lembut, dengan taburan Granul... Gratis minum kopinya, borong kopi scahetnya, murah karena lagi promo"]

[/caption]

Kami masuk,   akhirnya dapat tempat duduk. Tiba-tiba ada anak gadis entah siapa duduk di sebelah saya.  Ikut senyum dan berfoto.Erry , ala Korea, datangnya agak terlambat. Tapi acara belum  mulai.

Terus terang, saya memang  menunggu acara  yang bakal di sampaikan oleh Wardah Fajri.  Berburu ilmu  ,tentang media, blogger, dan Kompasiana.

KEKUATAN , CITIZEN NEWS,     AKHIRNYA SAYA MENGERTI……

Nah, ketika acara  dibuka oleh  Michael dan Febi  , menghantar  Wardah Fajri (Wawa).Moderator, Seorang mantan wartawati kesehatan dan gaya hidup, Kompas.com  dan pernah mendapat beberapa kali penghargaan atas tulisannya. Ibu muda enerjik  ini adalah Content Community Officerdi Kompasiana, kerap menjadi  moderator dan pemateri di berbagai acara Kompasiana. Mbak Wawa ini  sangat getol memotivasi dan menginspirasi blogger , tidak peduli usianya, tua dan muda, blogger K Bandung. Selalu memberi semangat ,  ramah dan  banyak berbagi pengetahuan dan informasi. Saya mengenalnya  di K Bandung.

Sering dipanggil dengan sebutan Mbak Wawa,  dengan gaya komunikasinya yang  khas, sistematis dan mudah  dipahami, bertutur tentang Power alias kekuatan  CITIZEN JOURNALIST, CITIZEN NEWS.

Kalau dulu berita-berita konvensional kita dapatkan di media cetak, dan media layar kaca atau radio, HANYA DIWARTAKAN oleh jurnalis yang memang bekerja di media tersebut. Kini kecepatan berita bisa lebih dahsyat , lewat pewarta warga , alias CITIZEN JOURNALIST.

Karena pewarta  warga adalah orang  yang dekat dan memang kebetulan ada di TKP. Apalagi sekarang ini teknologi sangat memungkinkan. Dengan hanya  ponsel pintar di genggaman,  sebuah berita, video dan foto bisa diolah dalam hitungan detik dan menit , dan terkirim sesaat dari TKP.

Kalau cara lama, jika ada bahan berita, sang wartawan butuh waktu ,  menempuh dulu jarak menuju TKP. Kini tradisi itu sudah bergeser. Lebih cepat dan aktual.  Berbagai media membuka pintu bagi  para pewarta warga.Siapapun bisa menjadi pewarta warga.

Menyebar luaskan  berita cepat ini bisa melalui media sosial , blog pribadi,  blog keroyokan , email dan lain sebagainya.  Atau dititipkan ke televisi misalnya. Karenanya berita mereka bisa aktual dan  dan cepat.

Wikipedia , itu hanya salah satu dari banyak contoh. Wikipedia sebagai sumber informasi berasal dari banyak sumber termasuk  warga.

Jangan remehkan pewarta warga ini.  Kasus rasial di Amerika yang memiliki rekaman peristiwa  adalah pewarta warga. Impactnya bisa  sangat besar,  malah kerap dijadikan referensi  bahan media mainstream.

Maksud Media Mainstream: media resmi semisal Kompas.com, Kompas TV.  Media ini memiliki wartawan profesional tetap,  atau jurnalis resmi yang meliput berita untuk diterbitkan di media cetak atau di media onilne, atau ditayangkan di media cetak. Wartawan diundang ke satu  even, atau dikirim ke tempoat terjadinya satu  peristiwa untuk meliput.

Kalau Social Media sebenarnya berita datang dari masyarakat . sebagai bagian dari community. Lalu berita atau tulisan itu disampaikan ke sosial media, seperti KOMPASIANA.COM   misalnya.

Nanti tulisan itu akan digawangi juga oleh para admin, untuk menjaga tulisan-tulisan yang berbau SARA atau terlalu vulgar. Kalau sudah muncul, berarti  pewarta warga itu sudah  memberu kepada community.

[caption id="" align="aligncenter" width="486" caption="Acara Kompas Kampus Sabuga ITB Bandung 23 Mei 2015. Wardah Fajri mengupas bedanya Mainstream vs Social Media. "]

[/caption]

Seorang blogger perlu  cukup peka dengan sekeliling kita. Blogging memang kebanyakan adalah orang-orang yang peduli  dan tanggap terhadap dunia sekelilig . Lalu apa yang diamati itu dituang dalam reprotase atau opini,  disampaikan lewat Medsos (Social Media) , akan memberikan manfaat , informasi bagi para pembaca khususnya, warga sekeliling umumnya.

Penulis blog yang menulis KAA yang asli warga Bandung, ada experience istimewa di dalamnya, karena mereka  warga asli Bandung, yang lebih tahu persis  gambaran dan fakta di lapangan. Dinadingkan mereka yang didatangkan untuk meliput dari luar Bandung.

[caption id="" align="aligncenter" width="443" caption="Dalam Kompas Kampus , acara Kompas TV, Wardah Fajri menuturkan tentang daya tarik tulisan blogger, dibandingkan wartawan profesional. Karena ada nyawa dan gaya bertutur khas, lebih mengenal bahan tulisannya karena tinggal di Bandung. tentang Liputan KAA April 2015,Bandung"]

[/caption]

Blogger itu gaya  menulisnya berbeda  . Kerap memiliki karakteristik khas, dengan persepsi kita dan cara kita. Cara menulisnya juga lebih naratif, tidak seperti  konsep jurnalistik  yang 5 w 1 H. Hasilnya akan lebih menarik untuk dibaca. Tidak terikat misi media,  bebas beropini,  tidak tendensius.

Kanada, tren Media Sosial dan Pewarta Warga ini sudah berlangsung sejak 2005. Di Korea , Singapura, juga sudah berkembang.

Nah, Indonesia punya Kompasiana. Tidak kalah dengan negara-negara lain yang trennya sudah ke Medsos dan digital. Tepuk tangan riuh menggema di  gedung yang dipadati pengunjung itu.

[caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="Banyak kesempatan dan peluang , di balik kebahagiaan memposting karya di Kompasiana. Ada Blog Competition, ada Blog Trip, Review, Tokoh Bicara. Banyak pula komunitas seperti K Bandung, Fiksiana Community . Bisa juga karya Kompasianer diterbitkan menjadi buku. Banyak lomba dan hadiah menarik. Serta teman-teman sesama Blogger dalam dan luar negeri"]

[/caption]

SAYA BARU MENGERTI  KOMPASIANA  ITU?

Kompasiana adalah media sosial . Lahir 2008  . Awalnya para wartawan Kompas memiliki  koleksi tulisan yang tidak bisa diterbitkan di mainstream Kompas . Tapi banyak manfaat dan saya tariknya. Maka  mereka tergagas untuk membuat Kompasiana.com ini.

Ada komunitas One Day One Posting. Apapun ditulis,  setiap hari selalu ada. Ada saja yang menarik untuk dituliskan, kalau niatnya untuk berbagi atau sharing, akan bermanfaat bagi pembaca. Walau informasinya hanya sekedar berita kemacetan .

Tulisan blogger  biasanya  lebih detail, jujur apa adanya dan fair. Mbak Wawa merasa  lebih nyaman  membaca  tulisan mereka jika butuh  referensi.  Misalkan  tentang kuliner , hotel, potensi wisata, di Bandung, para blogger Bandung  lebih tahu persis apa yang mereka tuliskan. Dan manfaatnya, ternyata  menjadi acuan penting bagi wisatawan luar Bandung dan  mancanegara.

[caption id="" align="aligncenter" width="499" caption="Penjelasan Wardah Fajri, tentang Blogging, Kompasiana, dan impact hebat dari sharingnya seorang blogger. Tentang Pewarta Warga yang bisa memberikan manfaat luas dengan info dan berita yang disampaikannya. Kompas Kampus, Sabuga, Kompas TV , Bandung utara 23 Mei 2015. "]

[/caption]

Jangan disamakan ya tulisan mainsteram dengan tulisan di medsos. Karya tulis para blogger  cenderung   ke pengalaman dan pengamatan pribadi, tapi disampaikan dalam berita, reportase, boleh juga dalam bentuk opini.

KOMPASIANA TV

Kini ada kerja sama Kompasiana dengan Kompas TV pukul 7 malam Senin sampai Jum’at. Yang anda tulis di Kompasiana nanti bisa tampil juga lho di Kompas TV.Yang tulisan atau tayangan menarik ditampilkan di sini. Bahkan Kompasianer bisa ikut memberikan pendapat, tampil di layar kaca. Karena Cindy , host Kompasiana TV akan mewawancarai pendapat para  tokoh terkemuka dalam diskusi ini.

Tulisan menarik Kompasiana, di Cerita Indonesia misalnya, bisa muncul dari tulisan para Kompasiana. Keren bukan?

PROSES DAN BERBAGAI PELUANG

Register dulu. Kalau sudah punya akun. Tulisan bisa langsung publish, tidak ada  intervensi sama sekali. Hanya ingat, jangan copas tulisan  orang lain, atau terlalu vulgar, atau mengandung isyu SARA.  Karena ada admin yang 24 jam menjaga gawang. Jangan sampai ada konten yang terlarang tadi muncul di Kompasiana.

[caption id="" align="aligncenter" width="419" caption="Laman Seneng Utami, kompasianer hebat dengan pengalamannya yang unik. Produktif dengan tulisannya. Cantik. Mbak Wawa menjelaskan , saat memperkenalkan KOMPASIANA kepada aiudience. Kompas Kampus, Kompas TV, Sabuga ITB, 23 Mei 2015."]

[/caption]

Sifat tulisan di Kompasiana merupakan referensi  yang tidak dibayar. Berbeda dengan wartawan yang memang digaji. Sifatnya dishare dan mudah menyebar cepat. Tapi bisa berpengaruh  besar dalam kehidupan. Anggito Abimanyu sampai mundur menjadi dosen karena tulisan dari Kompasiana yang menemukan  bahwa salah satu karya tulis beliau  plagiat. Hebat ya, seorang blogger bisa menjadi detektif jeli dalam hal plagiat memplagiat.

Namun dengan aktif menulis di sini, suatu saat bukan tidak mungkin karya dan nama kita mulai dikenal, dan berujung pada penerbitan buku. Dan  mungkin menjadi tokoh berpengaruh.

Untuk saya, Kompasiana  tempat membagi pengalaman dan tulisan yang nyaman. Banyak komunitas di sini, seperti Fiksiana, K Bandung,  KPK (penyuka kuliner), dan banyak lagi.

Belum lagi kompetisi kompetisi berhadiah yang menantang. Ada juga Blog review  yang menarik, acara  nangkring, sehingga bisa berkomunikasi dengan para blogger lainnya dengan suasana yang bikin kangen. Terus lagi,  bisa banyak tanya dan belajar dari sesama Kompasianer yang mapan dan bagus. Yang sudah sering HL, TA dan sebagainya. Bahkan mereka ada di mancanegara, berbagai profesi dan usia,  berbagai  lapisan masyarakat.

Luar biasa. Dari opini dan reportase   A zampai Z bisa ditemukan di sini. Banyak yang tulisannya diterbitkan buku. Ada Komunitasnya pula. Bisa  saling berkenalan dan berbagi sekalian mencari pengalaman. Yang buku-bukunya sudah terbit juga banyak, baik penerbit  bernama atau yang Indie.

Menurut hemat saya, para ibu rumah tangga perlu menjadi Kompasianer. Ternyata banyak manfaat . Mulai dari membaca karya kompasianer lain , belajar dari ragam gaya menulis , versi ribuan pemilik akun. Asyiknya sharing  pengalaman.

Tidak usah takut umur terlalu tua, kita kan bisa berbagi  ‘ketempoduluan’ bagi anak muda yang suka ‘kekinian’. Sekalian belajar kekinian dari  Kompasianer muda yang enerjik dan bikin semangat, contoh soal Neng Effi dan Neng Erry,  dan ribuan lainnya.

Siang  itu barulah saya memahami apa Kompasiana. Yang muasalnya ketika ada tulisan-tulisan  bagus  wartawan Kompas,  , yang tidak mungkin tayang alias terbit di media cetak Kompas. Untung saya sempatkan mendengar  Dik Wawa, eh Mbak Wardah, di pagi cerah itu.  Jadi terbuka wawasan.

Tidak menyangka, tahun 2014 ,  media sosial kesayangan kita ini  menduduki Page Rank Google peringkat 6 ini   memiliki koleksi lebih dari 2 juta  tulisan., 270.000 akun, Page View bulanannya sampai 30 juta (berdecak kagum).

[caption id="" align="aligncenter" width="449" caption="tidak menyangka, tahun 2014 , KOMPASIANA.COM  media sosial kesayangan kita ini menduduki Page Rank Google peringkat 6 ini memiliki koleksi lebih dari 2 juta tulisan., 270.000 akun, Page View bulanannya sampai 30 juta (berdecak kagum)."]

[/caption]

[caption id="" align="aligncenter" width="553" caption="KOMPAS KAMPUS, KOMPAS TV, di Sabuga ITB , jalan Tamansari-Silihwangi bandung. 23 Mei 2015. "]

[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun