Beberapa waktu lalu sempat membaca suatu judul artikel "Lucunya Semakin Tua" dari mas Adhie:Â
http://www.kompasiana.com/adhieyasa2014/lucunya-semakin-tua_5591246393fdfd7e088b456d, entah karena sudah tua, entah karena judulnya mendorong untuk dibaca, namun satu hal yang sangat menyentak muncul dari ending artikel itu,
Ketika tua menunggu mati,
Adalah sebuah kepastian
Tak bisa dihindariÂ
Hanya bisa ditungguÂ
Sambil merenungi masa lalu
Yang tak bisa terulang
Â
Ya. Mati adalah sebuah kepastian yang tak bisa dihindari. Rahasia Illahi yang siapapun, di mana pun, tak dapat diketahui kapan datangnya, bagaimana caranya, kepada siapa terlebih dulu menghampiri, namun diyakini pasti adanya, bahkan tak bisa dihindari. Mati hanya bisa ditunggu, lebih lanjut mas Adhie melukiskannya dalam artikel itu, sambil merenungi masa lalu masa yang tak bisa diulang. Merenung itu yang memang pekerjaan yang kadang sering terlupakan oleh kebanyakan kita-kita. Merenung sering dikonotasikan dengan melamun. Sesuatu hal yang sering dijumpai pada orang-orang yang sedang bingung, atau mendapatkan masalah, atau bahkan membayangkan sesuatu yang sulit dicapai, sehingga sering mendapat teguran dari teman sejati. Jangan melamun, kata teman sejati. Teman bukan hanya di kala suka tetapi juga teman di kala duka. Teman yang bukan hanya dapat memuji tetapi juga teman yang dapat memberi, namun kadang bahkan memperingati.
Â