Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suro Diro Jayaningrat-Pangruwating Diyu: Dialog Imanjinair dengan Duryudana (2)

29 Januari 2015   19:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:08 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Masjokomu: "Ya, sudah. Coba saja rapal ajian satunya lagi Kang Dur".
Duryudana : "Wah sparring partnernya siapa, ya?".
Masjokomu: "Ya, nggak usah pakai sparring partner to, Kang Dur, nanti malah salah kedaden."
Duryudana : "Memang kalau saya merapal ajian Sastra Jendra Pangruwating Diyu, bisa langsung menjadi manusia utama ?".
Masjokomu: "Ya, pasti nya bertahaplah. Seperti halnya iman, Islam, Ihsan dan insan kamil".
Duryudana : "Lho, apa masih ada kesempatan, bagi orang jahat sedunia, seperti saya, Duryudana ini, untuk melakukan hal itu ?"
Masjokomu: "Tergantung dengan niat panjenengan dan tentu laku yang harus panjenengan jalankan. Tentu harus melalui jalan yang mendaki lagi sulit. Itu pun masih harus ditambah lagi, tidak cepat puas dengan hal sudah didapatkan. Ada lagi, tetep Eling lan Waspodo. Kalau panjenengan mau, Insya Allah doa panjenengan bisa makbul".
Duryudana : "Boleh juga nih dicoba sarannya".
Masjokomu: "Nah begitu, Kang Dur. Nanti kalau Kang Dur, sudah merapal ajian Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, akan saya beritahukan suatu rahasia kepada Kang Dur".
Duryudana : "Sepakat. Walaupun rasanya saya sudah merasa menjadi manusia sejati, karena banyak harta benda yang sudah saya miliki. Saya pun sudah menjadi Raja Kerajaan Hastina, sesuatu yang memang saya dambakan. Rasanya untuk menjadi manusia utama dengan ajian Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, bukan suatu hal tidak mungkin".
Masjokomu: "Kang Dur mungkin sudah merasa bisa, tetapi Kang Dur perlu bisa merasa. Kang Dur sudah merasa bisa, menjadi manusia sejati. Kang Dur sudah banyak memiliki harta benda. Kang Dur juga sudah menduduki takhta kerajaan Hastina. Kang mempunyai kekuasaan yang sangat besar.
Tapi Kang Dur belum bisa merasa, kepentingan orang lain, sehingga Kang Dur masih ingin mempertahankan takhta kerajaan Hastina, yang seharusnya diserahkan kepada Pandawa. Nah Kang Dur sekarang merasakan akibatnya. Tiga Panglima Kang Dur, sudah gugur di meda perang Bharatayudha.
Kang Dur sekarang merasa posisi Kang Dur sangat terancam. Kalau Kang Dur merasa bisa menjadi manusia utama, dengan merapal ajian Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, bagus segera dilakukan".
Duryudana : "Memahami kekuatan hawa nafsu dengan rasa damai di hati untuk merubah kebutaan yang melingkupi mata hati sehingga menjadi terang antara baik dan buruk.  Inti Sari Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.  Waduh, ini sangat berlawanan dengan apa yang sudah saya lakukan selama ini. Apa ya kalau saya rapal ajian itu, saya bisa berhasil menjadi manusia utama ?".
Masjokomu: "Kang Dur ini bagaimana, belum dicoba kok sudah nggak yakin kalau bisa berhasil.Dicoba dulu Kang Dur".
Duryudana : "Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu. Sesungguhnya manusia itu hanyalah makhluk yang lemah. Ternyata harta benda yang banyak tidak dapat membantu mengatasi masalah yang saya hadapi sekarang. Begitu juga dengan takhta Kerajaan Hastina, Jabatan tinggi, yang saya diam-idamkan sejak dulu,  tidak juga dapat mengatasi masalah yang saya hadapi, saat ini. Semua yang saya miliki, justru menjadi sumber masalah yang terjadi saat ini. Sungguh manusia memang merupakan makhluk yang lemah. Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ... Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ... mBuh ah".
Prabu Duryudana lalu mblusuk ke dalam air.
Masjokomu: "Wah Kang Dur, ini bagaimana?"
Terpaksa dengan teriak-teriak:"Kesadaran Kang Dur itu sudah betul. Dengan kesadaran sebagai manusia yang lemah, namun manusia mempunyai tugas besar. Jangan hanya berendam di air. Oh, ya, karena Kang Dur, sudah mencoba merapal ajian itu. Saya akan memberitahukan suatu rahasia kepada Kang Dur, sesuai dengan janji saya".
Duryudana : "Wah, sampeyan ini". Sambil ke luar dari perairan.
Masjokomu: "Tadi saya dengan Patih Sengkuni pesan kepada Aswatama, untuk mencari Kang Dur. Konon, laku yang selama ini dijalani Ibunda Kang Dur, Dewi Gandari yang menutup mata sejak menikah dengan ongkang Romo, Prabu Destarata, untuk mengimbangi kebutaan beliau, dapat membantu Kang Dur dalam mengatasi masalah yang sedang Kang Dur, hadapi saat ini."
Duryudana : "Weleh, weleh apa itu ?".
Masjokomu: "Laku Ibunda Kang Dur dengan menutup mata beliau itu, akan diberikan anugerah. Kang Dur diminta menghadap Ibunda Dewi Gendari, kalau pembuka mata beliau dibuka, maka seluruh badan Kang Dur, akan sangat kuat dan seperti berlian (vajra), sehingga tubuh Kang Dur, tidak akan daoat ditembus oleh senjata apa pun".
Duryudana : "Wah betul nih. Kalau begitu saya akan segera mengahadap Ibunda Dewi Gendari". Dengan penuh keyakinan Prabu Duryudana membuka seluruh pakaian yang menutupi tubuhnya, sehingga Prabu Duryudana telanjang bulat berjalan menuju tempat Dewi Gendari, Ibundanya.
Masjokomu: "Kang Dur, tadi kan sudah merapal aji Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, dan pengin menjadi manusia utama, kok mau menghadap Ibunda Dewi Gendari,  telanjang bulat begitu. Kan nggak sopan!".
Duryudana : "Wah sampeyan ini". Sambil mencari dedaunan di sekitar untuk menutupi kemaluannya dan sebagian paha bagian atas.
Kalau saja Duryudana telanjang bulat menerima sinar dari pandangan mata Ibundanya Dewi Gendari. Bisa berabe. Siapa yang bisa mengalahkan Duryudana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun