Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Hidup Unik Pak Bagyo, Dibantu atau Ditiru?

31 Maret 2015   15:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Lihat siaran TV nasional, wawancara langsung dengan Pak Bagyo, antara trenyuh, kagum bercampur menjadi satu. Trenyuh melihat Pak Bagyo yang duduk di bangku di depan rumah sederhananya. Kagum karena pada usia yang dilihat dari wajahnya dapat dipastikan Pak Bagyo pasti sudah sepuh, namun masih bisa menjalankan usaha. Ya, Pak Bagyo berwirausaha membuka Lapak Privat Les Matematika. Bapak Sepuh ini kelihatan masih segar. Pada layar nampak seorang anak gadis, barangkali siswi sekolah yang baru saja mendapat bantuan dari Pak Bagyo. Sepintas seperti kelihatan, pada saat siswi tersebut menerima sesuatu dari Pak Bagyo, dia juga memberikan sesuatu kepada Pak Bagyo, tanpa dilihat apa yang diberikan oleh siswi tersebut, oleh Pak Bagyo pemberian siswi tadi kemudian kelihatannya dimasukkan ke saku. Bisa jadi siswi tersebut memberikan uang kepada Pak Bagyo.

Setelah gambar makin fokus, ternyata memang Pak Bagyo membuka lapak di depan rumahnya. Bukan lapak sembarang lapak yang dibuka Pak Bagyo, tetapi menerima pekerjaan untuk menjawab soal Matematika, baik itu berupa PR atau apa saja dari tingkat SD, SMP sampai SMA. Rupanya lapak yang dibuka Pak Bagyo adalah lapak menerima les privat Matematika. Nampak Pak Bagyo begitu polos dan masih punya semangat besar memandang optimis kehidupannya, dari rona wajahnya yang nampak cerah. Walaupun kalau dilihat dari rumah Pak Bagyo, masih kelihatan merupakan rumah yang barangkali sangat sederhana, bahkan untuk ukuran hidup di desa sekalipun. Namun itu rupanya bukan halangan bagi Pak Bagyo untuk menjalankan lapaknya. Sepintas terlihat sewaktu Pak Bagyo berjalan, sepertinya kaki yang sebelah, kurang normal. Tetapi itu pun juga tidak mengurangi rasa pedenya dalam menjalani hidup dengan membuka lapak, menerima pekerjaan menjawab soal-soal Matematika. Sungguh pemandangan yang memilukan.

Mengapa ?

Matematika merupakan pelajaran yang paling masjokomu kuasai sewaktu belajar. Kecepatan berpikir, ketajaman melihat jenis soal, untuk kemudian selangkah demi selangkah melakukan operasi untuk mencari jawaban, menemukan langkah-langkah bagaimana soal tersebut agar dapat dipecahkan, merupakan kegiatan yang menjadi kebahagian kalau tidak boleh dikatakan kebanggaan bahkan keahlian waktu muda. Namun tidak semua soal bisa dicari jawabannya dengan mudah. Membaca buku soal dan jawaban matematika menjadi menjadi kegiatan khusus lain di beberapa toko buku, supaya bisa belajar tetapi tidak perlu membeli buku. Mencermati soal-soal yang sukar, kemudian menuliskannya kembali ke kertas “merang” yang biasa dibawa ke sekolah, untuk mengatakan tidak pernah membeli buku tulis. Maklum uang jajan sebulan sewaktu SMA, hanya 1.000 IDR/bulan, sementara SPP yang harus dibayar ke sekolah 900 IDR. Sisa 100 IDR adalah untuk membeli bakso di sekolah haha. So menjawab soal Matematika kemudian menjadi keahlian.

Kembali ke Pak Bagyo

Pak Bagyo yang sepuh itu, melakukan pekerjaan yang dulu sewaktu masjokomu muda, hampir setiap hari lakukan, terutama saat di kelas 3 SMA. Beberapa teman mengajak belajar bersama untuk menghadapi test SIPENMARU, UMPTN. Mereka rela belajar sampai tengah malam, untuk dapat mengerjakan soal-soal test masuk PTN, bukan lagi hanya soal Matematika, tetapi juga Fisika, Kimia tetapi tidak untuk Biologi. Untuk pelajaran yang satu itu, walaupun pernah mendapat poin 10 pada saat ulangan pertama kelas 3 SMA, sampai gurunya bingung, dan ada kawan yang dari kelas duanya lain, bertanya, si Joko ini yang mana sih ?mBak itu memang pintar Biologi dan akhirnya masuk di Fakultas Kedokteran UGM, masjokomu tetap tidak mampu menguasai dengan benar. Kejadian poin 10 itu, sebetulnya karena keberuntungan saja, hanya melihat kata-kata asing yang dicetak tebal atau miring lalu mencoba mengetahui mengenai hal apa itu, kok soal ulangan diambil dari sana semua, ya, siapa yang nggak bisa menjawab. Mengapa harus dibaca semua buku Biologi yang tebal itu hehe.

Kegiatan belajar bersama itu, sangat mengurangi kebiasaan membaca buku soal dan jawaban di toko Buku, karena teman-teman yang belajar bersama mampu dan mau membeli bukunya. So di samping bisa belajar gratis, tanpa sembunyi-sembunyi dengan penjaga Toko Buku, juga meningkatkan gizi. Pada saat belajar bersama, tuan rumah menyediakan konsumsi yang tentunya gratis pula haha. Keahlian menyelesaikan soal matematika yang tadinya seperti yang dilakukan Pak Bagyo di Jogja sekarang itu, hanya karena ingin belajar untuk diri sendiri, menjadi kegiatan belajar mengajar dengan kawan kawan. Kepercayaan kawan-kawan tadi dalam tanda petik merupakan symbol dari keahlian bagi seseorang. Seperti halnya keahlian yang dimiliki oleh Pak Bagyo. Keahlian menguasai pelajaran matematika. Keahlian menjawab soal-soal PR matematika. Keahlian yang dimiliki oleh Pak Bagyo, dengan santai dipergunakan oleh Pak Bagyo yang sudah sepuh untuk membuka Lapak menerima Les Privat Matematika. Lalu mengapa harus trenyuh ?

Sepintas lalu adalah suatu hal yang luar biasa, melihat keteguhan, serta optimisme hidup yang terpancar dari kesegaran wajah Pak Bagyo berwirausaha, membuka Lapak menerima Les Privat Matematika. Melihat seorang pemuda duduk di sisi meja lain di Lapak Pak Bagyo, ada jangka alat untuk membuat lingkaran, bentuk geometri lainnya atau sudut tertentu yang ditaruh dekat buku, ada gambar segitiga, ada buku mengenai ilmu ukur ruang, ada Pak Bagyo duduk di sisi lain dekat Lapaknya. Fenomena yang menunjukan kompetensi seseorang diusia sepuh, yang masih dipercaya orang lain, dan menjadi mata pencaharian (utama) ?Namun kalau kemudian keahlian matematika yang dimiliki seseorang yang dipercaya merupakan salah satu indikator kompetensi seseorang, mengapa harus hidup sesederhana itu. Mengapa keahlian matematika Pak Bagyo, tidak dapat mengantarkannya menjadi manusia makmur dan sentosa. Ini karena Pak Bagyo memang orang yang sederhana atau memang keahlian matematikanya tidak mampu memakmurkan hidup Pak Bagyo. Ada missing link di sini.

Saat ini, bagi para siswa dan siswi yang membutuhkan keahlian matematika, terutama dari Pak Bagyo, akan merasa sangat terbantu, mengatasi persoalan dirinya. Tetapi kalau sampai ada yang berpikir, mengapa harus pusing-pusing belajar matematika, kalau nanti hanya akan seperti Pak Bagyo ? Bagus menjadi ahli lain lagi dari pada ahli matematika. Abang kandung masjokomu bahkan membuktikan hal itu, beliau lebih ahli berbahasa asing dan sekarang hidupnya sukses, menjadi sudahlah bergelar Profesor, Doktor, MA karena mendapat beasiswa ke luar negeri, seperti halnya Kang Muhammad Khoiri. Profesor itu sekarang menjadi Rektor di Jogja pula. Rektor salah satu PTS ternama di Jateng dan DIY, keren bukan. Sementara masjokomu seperti Pak Bagyo lebih suka Matematika, tidak menguasai bahasa asing, jadi kalau ke LN hanya bawa map dan cari stempel. Untuk ituharus ada yang membantu Pak Bagyo, apakah dari institusi kursus, bimbel atau apa saja, untuk menawarkan jasa, kepada Pak Bagyo. Supaya kehidupan Pak Bagyo yang walaupun unik, bisa lebih makmur. Namun akan menjadi lain halnya kalau memang Pak Bagyo lebih memilih hidup sederhana, nyaman tenteram dan penuh optimistis, memberikan uluran tangan membantu tetangga sebelah dengan keahlian matematikanya. Barangkali kalau kehidupan unik Pak Bagyo, bahkan patut ditiru.

Yah. Itu suatu pilihan hidup unik Pak Bagyo, yang harus dihormati. Walaupun sudah sepuh, karena keahliannya bisa berwirausaha, masih mampu membuka Lapak Les Privat Matematika. Kalau memang tidak berhasil menjadi penulis, ya, banting stir, back to basic. Nanti kalau sudah Pangsiun jadi tentir atau paling tidak jadi supir hehe. Hidup unik Pak Bagyo itu, perlu Dibantu atau Ditiru ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun