Roma betul-betul menjadi Serigala di Liga Champions musim lalu. Tanpa diduga banyak orang Roma mengaum dan melemparkan Barcelona di perempat final Liga Champions. Kekalahan Barca atas Roma itu mungkin akan menjadikan kesedihan Barca, karena tidak mengantisipasi kekuatan auman Serigala Roma di kandang.
Barca tidak mau belajar bagaimana Chelsea kesulitan menghadapi Serigala Roma di kandangnya. Seharusnya Barcelona merasa beruntung di babak 16 besar mampu mengatasi Chelsea yang ditangani Conte. Namun Barca sudah begitu merasa nyaman ketika mampu menggebrak AS Roma di laga kandang. Barca lupa diri jika AS Roma tidak boleh dipandang remeh oleh klub  mana pun.
Serigala Roma dapat membuat klub klub besar mabuk kepayang menang di laga kandangnya sendiri dengan AS Roma, namun harus tertunduk lesu ketika masuk ke kandang Serigala Roma. Â
Momen momen itulah yang membuat Roma bertekad besar akan kalahkan Madrid. Â Roma pernah dapat mengatasi Chelsea di babak penyisihan group Liga Champions musim lalu. Roma sanggup memaksa Chelsea bermain seri dengan banyak gol di Stamford Bridge. Kedudukan seri 3-3 dengan Chelsea, diperoleh Roma di leg 1 babak penyisihan group. Namun kemudian di leg 2 Roma mampu menggulung Chelsea 3-0 di kandang Serigala Roma, Olimpico.
Begitu juga sewaktu Roma berhasil menggulung Barca di Olimpico, stadion kandang Serigala Roma, 3-0. Posisi Srgala Roma menjadi lebih unggul dalam gol tandang, walaupun posisi Barca unggul 4-1 lawan Roma pada saat leg 1 di Camp Nou. Barca merasa sudah di atas angin ketika pada leg 1 di Camp Nou unggul besar 4-1.
Begitu Serigala 'ngamuk' di kandang, maka Barca, Messi dan kawan-kawan hanya dapat tertegun, tertunduk lesu. Serangan serangan Messi dan kawan kawan tidak mampu menembus pertahanan solid Serigala Roma, justru serangan balik Serigala Roma, yang membuat Barca seolah tak berdaya.
Padahal Valverde sudah mengadopsi pola pertahanan Itali, namun kombinasi Tiki Taka Barca dengan disiplin pertahanan Itali yang berhasil membawa Barca gilang gemilang di La Liga, remuk oleh ketangguhan Serigala Roma di Olimpico.
Tekad itulah yang akan dibawa Serigala Roma menuju Santiago Bernabeu kandang Madrid pada leg 1 babak penyisihan group Liga Champions. Madrid telah kehilangan Ronaldo, penyerang Madrid yang paling berbahaya di Liga Champions. Madrid juga telah kehilangan Zidane, roh Madrid ketika para pemain bintang Ramos, Ronaldo, Bale, Benzema dalam jangak lama tidak mampu mengangkat Madrid ke jenjang bergengsi, bahkan dengan Mou sekali pun.
Memang Madrid belum pupus begitu saja dengan hilangnya Ronaldo dan Zidane. Lopetegui telah mengantar Madrid dengan mengeksplore kemampuan Bale dan Benzema. Namun Lopetegui pernah kalah dengan Atletico ketika sebagai Juara Liga Champions, Madrid harus berhadapan dengan Atletico sebagai Juara Piala Eropa dalam perebutan Piala Super Eropa.
Kehilangan gelar untuk yang pertama, setelah menerima warisan 3 (tiga) gelar Liga Champions dari Zidane, merupakan tamparan keras untuk Lopetegui. Zidane baru-baru ini bahkan sempat memberi peringatan bahwa memimpin Madrid harus mampu memberikan gelar.
Situasi dan kondisi seperti itulah yang dapat dimanfaatkan oleh Serigala Roma, jika ingin aumannya terdengar keras di Santiago Barnebeu. Pilihan Roma memnag harus taktis di samping strategis.
