Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kupas Tuntas Pentingnya Swasensor Usia Penonton

9 September 2017   19:35 Diperbarui: 12 September 2017   16:16 1959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini, ada banyak cara untuk menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Salah satunya dengan menonton film, Moms. Selain menghibur, film juga dapat memberikan edukasi yang sangat penting bagi perkembangan anak baik lingkungan sosial, alam maupun budaya suatu negara. Karena sifatnya publik, tentunya tidak sembarangan dapat menayangkan suatu film, Moms. 

Sebuah film harus melalui proses sensor atau proses penilaian, penelitian dan penentuan kelayangan tayang dilihat dari segi judul, gambar, adegan, suara dan teks terjemahan untuk film dari luar negri yang dilakukan oleh Lembaga Sensor Film berdasarkan UU Perfilman No.3 tahun 2009 dan PP No.18 tahun 2014. Dilansir dari www.hukumonline.com, kriteria yang harus disensor di dunia perfilman Indonesia meliputi tindak kekerasan, perjudian dan narkotika baik terhadap manusia maupun hewan secara vulgar, pornografi, SARA, tindakan melawan hukum, pelanggaran harkat dan martabat manusia, serta usia penonton.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Momsyang sering menonton film layar lebar di televisi atau film seri dari US melalui saluran TV berlangganan seperti Star World, Fox, Sony HD, LiTv, dll bersama anak tentu akrab dengan istilah G, PG, PG-13, PG-16, R dan NC-17 beserta pernyataan singkat di awal tayangan film atau film seri. Tetapi tahukah Momsapa maksud dari kode-kode tersebut? Kode-kode tersebut merupakan singkatan dari sistem batasan usia yang digunakan oleh lembaga peringkat film MPAA (Motion Picture Association of America) di US yang ditetapkan oleh dewan Administrasi Peringkat dan Klasifikasi yang berkedudukan di Los Angeles.

Kode G untuk kategori General Audiences contohnya pada film kartun anak-anak seperti Sofia The First, Monster University dan Toy Story, kode PG dibagi menjadi dua bagian yaitu PG-13 contohnya pada film seri Once Upon A Time dan film Beauty and The Beast pada kasus pertama dan PG-16 contohnya pada film seri Castle dan Witches Of East Ends dengan disertai pernyataan 'Sebagian dari tayangan mungkin tidak cocok untuk anak usia dibawah 13 dan 16 tahun, mohon kebijakan dari penonton', sedangkan kode R berarti anak dibawah usia 17 tahun harus ditemani orangtua contohnya pada film Deadpool di kasus kedua dan kode NC-17 untuk penonton berusia 17 tahun ke atas contohnya film Casino dan The Gateaway yang populer di tahun 1994 dan 1995. 

Perlu Moms ketahui dan perhatikan, Indonesia juga memiliki sistem pemeringkatan dan kode yang sedikit berbeda dengan di Amerika Serikat yaitu semua umur (SU), anak usia 3-12 tahun (A), Bimbingan Orang tua dan anak (BO-A), Bimbingan Orang tua dan Semua Umur (BO-SU), 13 tahun keatas (R 13+), 17 tahun keatas (D17 dan D17+) dan 21 tahun keatas (D 21+).

Melalui kampanye terbukanya baru-baru ini bertajuk 'Masyarakat Sensor Mandiri', LSF mengajak semua masyarakat khususnya Momssekalian sebagai pintu utama yang bertugas mengarahkan kepada anak film mana yang layak ditonton dan tidak layak ditonton. 

Ketua Komisi I  Bidang Penyensoran dan Dialog LSF, Imam Suhardjo mengatakan hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat khususnya anak-anak dari film yang berbahaya. Monang Sinambela menepis pernyataan LSF enggan melakukan penyensoran. "Kita ingin penonton-penonton Indonesia memiliki pemahaman dalam menyensor film tersebut negatif atau tidak dengan menjunjung kearifan lokal yang tinggi", lanjutnya.    

Berdasarkan kasus pertama diatas, swasensor film sangat diperlukan mengingat banyaknya film luar yang masuk ke Indonesia dan tidak sempat disensor seluruhnya oleh LSF. Menurut Nessi Purnomo, psikolog dari Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, boleh tidaknya menonton film tergantung pada value masing-masing orang dan tingkat kematangan anak yang terpenting adalah keterbukaan Moms untuk berdiskusi dengan anak khususnya adegan-adegan dalam film yang belum dapat dimengerti oleh anak contohnya adegan gay.

Psikolog anak, Ine Indriani menambahkan Momsperlu memberikan edukasi mengenai apa itu gay, penyebab seseorang menjadi gay, apakah gay tegolong baik atau buruk dan alasan mengapa banyak agama melarang orang untuk menjadi gay serta bagaimana sikap kita seharusnya terhadap kaum gay kepada anak. Tentunya Moms sekalian tidak ingin anak terjerumus menjadi gay, bukan?

Sementara untuk kasus kedua, swasensor tetap bisa dilakukan oleh Momsyang terlanjur membawa serta anak menonton film yang sebenarnya tidak ditujukan untuk anak-anak yaitu dengan menutup mata anak ketika ada adegan pornografi dan agresivitas, kemudian jelaskanlah kepada mereka alasan anak tidak boleh menontonnya dan jika adegan terjadi berulang kali, segera alihkan perhatian anak dengan mengajak anak keluar dari ruangan bioskop menuju tempat makan atau tempat bermain yang dekat dengan lokasi bioskop.

Catatan penting yang harus diingat sebelum memutuskan akan menghabiskan akhir pekan dengan menonton film bersama anak, Momsharus memperhatikan dengan saksama dan teliti alur cerita film secara keseluruhan, rating film dan ilustrasi yang terpampang pada poster film apakah cocok untuk anak atau tidak agar tidak mempermalukan diri sendiri dan anak tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun