Ide Cerita Pendek ‘Mbah Simbad Si Pawang Hujan’ muncul dari cerita anak-anak di rumah soal kehebatan seorang pawang hujan di Tanah Kusir. Pawang ini begitu hebatnya hingga bisa menahan atau mengalihkan hujan demi kelancaran proyek revitalisasi Sungai Pesanggrahan. Tak aneh jika kami di Tanah Kusir, ikut kena imbasnya. Tak pernah turun hujan dan sumur-sumur tetangga mulai kering.
Cerpen ini saya selesaikan pada 2012 dan kemudian saya kirimkan ke harian Jawa Pos pada 22 Oktober 2012, lalu saya kirim ulang pada 25 Oktober.
Setelah menanti 3 bulan (25 Januari 2013) tak ada kabar apapun dari Jawa Pos, maka Cerpen ini saya coba peruntungannya di Harian KOMPAS dengan mengirimkannya pada 29 Januari 2013.
Lama saya tunggu, di KOMPAS pun tak kunjung berkabar hingga kemudian saya kirimkan Cerpen kedua pada Maret 2013. Biasanya, setelah melebihi 3 bulan, KOMPAS mengembalikan naskah melalui email. Namun, hingga Juni 2013. kabar ‘Mbah Simbad’ tak ada rimbanya.
Dengan keyakinan email yang saya kirimkan tertumpuk dengan email-email lain, maka saya lakukan langkah terakhir. ‘Mbah Simbad’ coba saya kirimkan kembali ke KOMPAS pada 2 Juli 2013. Untuk pengiriman ini, date line di akhir naskah saya delete supaya tak terkesan Cerpen jadul. Setelah itu, saya pasrah. Jika hingga Oktober tak juga ada kabar soal ‘Mbah Simbad’, langkah berikutnya bisa saya kirimkan ke media lain, atau memostingnya di KOMPASIANA. Gratis.
Begitulah sahabat KOMPASIANA kisah di balik Cerpen Mbah Simbad.
Salam...