Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ironis Pada Malam Ulang Tahun Polri, Anggotanya Diserang

1 Juli 2017   10:57 Diperbarui: 1 Juli 2017   11:23 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selang 6 hari  dengan penyerangan anggota Polri di Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara di Medan,pada Jum'at 30 Juni 2017malam anggota Polri kembali diserang di sebuah masjid di Jalan Falatehan Jakarta yang terletak diseberang Lapangan Bhayangkara, Markas Besar Polri di Jakarta.
Korban penyerangan ini adalah dua orang anggota Brimob, Ajun Komisaris Polisi Dede Suhatmi dan Brigadir Satu Syaiful.

Selanjutnya Harian Kompas, Sabtu 1 Juli 2017 memberitakan, pelaku penyerangan bernama Mulyadi warga Kabupaten Bekasi tewas ditembak.
Kemudian Kompas juga mewartakan Tim Gegana Polri yang melakukan penyisiran didalam masjid menemukan tas berwarna hitam milik pelaku penyerangan yang diduga berisi bom.Sekitar pukul 23.48 terdengar suara ledakan yang diduga bom yang diledakkan Tim Gegana.

Belum dapat dipastikan apakah pelaku menyerang dua anggota Polri itu disengaja pada " timing" malam ulang tahun Polri ke 71 atau tidak tetapi tidak salah juga kalau kita artikan penyerangan itu memberi pesan kepada korps bhayangkara negara bahwa " kami akan terus mengincar anda".
Penyerangan tersebut sekaligus memberi peringatan pada polri bahwa perang melawan teroris adalah salah satu tugas utama polri sekarang ini.
Dalam perjalanan usianya yang sudah memasuki umur 71 tahun, Kepolisian R I  telah hadir ditengah tengah masyarakat dengan tugas utamanya menegakkan hukum ,menjaga ketertiban ,melindungi serta memberi rasa aman kepada warga republik ini.

Sepanjang sejarahnya selama 71 tahun ini, Polri telah menghadapi berbagai tantangan tugas dan setiap jaman yang dilaluinya juga memberi tantangan yang berbeda. Merujuk kepada sejarahnya sebagaimana dikutip dari polri.go.id,sejak masa Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan kerajaan.

Karena nama pasukan pengamanan yang dibentuk Gajah Mada itulah maka sekarang ini kita juga menyebut polri sebagai bhayangkara negara.
Pada masa Hindia Belanda sudah ada juga badan yang berfungsi melaksanakan keamanan yang antara lain pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan mereka.

Dalam perkembangannya pada masa Hindia Belanda terdapat macam macam bentuk  kepolisian seperti veld politie atau polisi lapangan, stands politie atau polisi kota, cultur politie atau polisi pertanian dan bestuur politie atau polisi pamong praja.
Istilah polisi pamong praja sampai dengan sekarang masih kita kenal karena di tingkat provinsi maupun kabupaten kota selalu ada Satuan Polisi Pamong Praja yang disingkat Satpol PP.

Sesudah proklamasi kemerdekaan maka oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI) pada 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara ( BKN). Pada 29 September 1945 Presiden Sukarno melantik R.S.Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara ( KKN).
Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kemudian mulai 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No.11 /S.D.Djawatan Kepolisian Negara bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri.

Tanggal 1 Juli yaitu tanggal terbitnya Penetapan Pemerintah itu lah yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara.
Sepanjang sejarah republik, polri telah melaksanakan  berbagai penugasan dan telah memberi kontribusi besar untuk tetap eksis nya NKRI.
Dalam usianya yang 71 tahun polri terus berbenah diri untuk menjadi polisi yang profesional yang mampu memberi rasa aman untuk masyarakat.

Semboyannya " to serve and to protect" memberi gambaran kesadaran bahwa jati diri polri adalah pelayan masyarakat.
Kita menyaksikan upaya upaya kepolisian untuk terus berbenah diri sehingga akan mampu memberikan pelayanan prima ( service excellent) terhadap masyarakat. Tetapi harus jujur juga diakui masih banyak keluhan yang terdengar berkaitan dengan pelayanan ini yang kesemuanya tentu merupakan bahan bagi pimpinan polri untuk lebih meng optimalkan pelayanannya kepada masyarakat.

Selain peningkatan pelayanan harus dicatat juga peledakan bom di Kampung Melayu Jakarta menjelang bulan puasa ,penyerangan teroris di Mapolda Sumatera Utara serta peristiwa penyerangan di masjid Jalan Falatehan dekat Mabes Polri tentu mengganggu juga rasa aman psikologis masyarakat.
Karenanya tidak berlebihan kalau dinyatakan salah satu tantangan terbesar polri sekarang ini adalah menumpas terorisme.

Pergulatan polri menghadapi teroris secara intensif telah dimulai sejak bom bali tahun 2002. Tetapi sampai sekarang teroris itu masih terus bergerak dan sasarannya justru institusi yang akan memberi rasa aman terhadap masyarakat.Tidak tanggung tanggung sasaran yang mereka tuju justru polisi yang bertugas di markasnya sendiri. Artinya yang diserangnya bukan hanya oknum polisi tetapi justru yang diserangnya adalah simbol simbol kehormatan kepolisian.

Dengan perjalanan sejarahnya yang panjang kita berharap polri akan semakin berjaya dalam melaksanakan tugasnya.
Dirgahayu Bhayangkara Negara!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun