Pandangan  Tokoh Agama di Medan, Toleransi Merupakan Keharusan Dalam Membangun Bangsa
Seperti apakah sekarang wajah toleransi di negeri ini? Untuk  mendapat gambaran tersebut, sangat layaklah disimak artikel " Gempa Intoleransi Mengancam Indonesia ", yang ditulis Munawir Aziz pada Kompas.com.
Artikel itu mengutip Laporan Setara Institue yang menyebutkan, intoleransi semakin berdenyut di nadi ke-Indonesia-an kita. Sepanjang 2017, terjadi 155 pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan di 29 provnsi di Indonesia. Sementara pada awal 2018, narasi intoleransi memenuhi wajah ke-Indonesia-an kita.
Paparan riset Setara Institue juga melengkapi test sebelumnya yang meringkas bahaya intoleransi di ranah pendidikan. Dari survei di 171 sekolah terungkap betapa siswa SMA rentan terpapar radikalisme dan gejala terorisme. Dari analisa 18 pertanyaan kunci,terungkap sebesar 2,4 persen siswa memiliki sikap intoleransi aktif. Sedangkan, Â siswa yang terpapar radikalisme sebanyak 0,3 persen .
Selain mengutip Setara Institute, Munawir Aziz juga mengutip survei PPIM UIN Syatf Hidayatullah Jakarta yang dirilis pada Oktober 2018. Pada survei ini, variabel utama yang digali yakni level intoleransi dan radikalisme guru serta faktor faktor dominan yang mempengaruhi. Dari laporan survei itu terungkap, betapa level intoleransi guru di beberapa kawasan di Indonesia cukup tinggi, serta mengarah bahaya pada rusaknya ekosistem pendidikan di negeri ini.
Persentasenya secara umum diatas 50 persen untuk guru dengan opini intoleran dengan 46 ,09 persen diantaranya mempunyai pandangan radikal, tentulah hasil survei yang demikian memprihatinkan kita. Untuk menangkal tumbuh kembangnya faham intoleran dan radikal maka di yakini para tokoh agama punya peran penting untuk itu .
Kelihatannya Walikota Medan Drs.T.Dzulmi Eldin sangat menyadari peran penting para tokoh agama untuk terus menumbuhkan sikap saling pengertian serta memupuk terus semangat dan jiwa toleransi. Seperti diketahui, Medan dengan penduduk sekitar 3 juta jiwa merupakan sebuah kota yang punya penduduk yang sangat majemuk. Majemuk tidak hanya dari sisi etnik tetapi juga dari keragaman agama yang dianut oleh pemilihnya.
Dengan kemajemukan yang dimilikinya itu sering muncul perasaan was-was apabila terjadi sebuah benturan fisik disebuah lokasi di tanah air kita ini terlebih benturan itu dipicu oleh masalah etnik atau masalah keagamaan. Namun sampai sekarang masyarakat kota Medan merasa bersyukur karena di kota ini tidak terjadi benturan yang dilatar  belakangi oleh konflik etnik maupun agama .
Para pemuka agama maupun pemuka adat dan tokoh masyarakat lainnya sangat menyadari kemajemukan itu ,sehingga selalu berusaha agar keharmonisan masyarakat tetap terpelihara dengan baik. Bertitik tolak dari hal yang demikianlah walikota Medan Drs T. Dzulmi Eldin, terus melakukan berbagai upaya untuk merawat keharmonisan itu.
Demikianlah pada Rabu ,5 Desember 2018,Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan " Pertemuan  Tokoh Agama Dalam Rangka Membangun Kota Medan ".
Uskup Agung Medan juga diundang tetapi berhalangan hadir.Selanjutnya diundang juga sebagai nara sumber Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kota Medan Drs .Ilyas Halim dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Medan Drs .Al Ahyu MA.Bertindak sebagai Moderator pada acara itu Afifuddin Lubis.