Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bela Negara Bagian Sistem Pertahanan Nasional

13 Juli 2017   13:30 Diperbarui: 13 Juli 2017   13:32 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: m.liputan6.com

Semangat bela negara di tengah masyarakat menjadi salah satu sasaran pembangunan pertahanan negara. Selain, peningkatan TNI profesional dan terwujudnya alutsista yang modern. Tiga hal itu menjadi fokus kebijakan Kementerian Pertahanan untuk menerapkan Sistem Pertahanan Nasional. Di antara ketiganya, bela negara paling dominan karena penentu di tengah kondisi realitas bangsa Indonesia yang mengalami ancaman non militer.

Bela Negara menjadi sistem pertahanan yang ditujukan untuk menghadapi ancaman nonmiliter, yang dilakukan oleh masyarakat sipil (bukan militer atau paramiliter), dengan cara sipil (bukan cara militer) dan bertumpu pada aksi nonkekerasan.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu telah menyampaikan dalam Seminar Internasional Ilmu Pertahanan, bela negara menjadi bagian Strategi Pertahanan Nasional Indonesia. Landasannya adalah sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang intinya bertujuan dalam rangka mengamankan kepentingan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan berupaya memelihara stabilitas keamanan serta menjadikan landasan pertimbangan dalam mewujudkan visi arsitektur kerja sama keamanan di kawasan.

Sasaran program bela negara adalah meningkatkan cinta tanah air yang semakin ke mari, dirasa semakin hilang. Bisa dibilang, Globalisasi lah biang kerok hilangnya rasa cinta tanah air, khususnya di kalangan remaja. Begitu besarnya ancaman non militer, menyebabkan arah kebijakan pertahanan negara juga menyesuaikan perkembangan zaman.

Program Bela Negara menjadi bukti strategi jitu ahli perang dengan cara nonkekerasan. Cara ini bisa memenangkan konflik tanpa perlu menggunakan kekuatan militer, yang jika dilihat dari aspek olah pikir, jauh lebih sulit dan menantang daripada ahli perang dengan cara kekerasan.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta komunikasi telah mendorong kemajuan dan memungkinkan perekatan ilmu-ilmu pengetahuan satu dengan lainnya secara signifikan. Maka, perang model lama yang disebabkan faktor-faktor yang terbatas, misalnya, perselisihan tentang batas wilayah dan kebangsaan, kemerdekaan dan kedaulatan, konflik agama tentang lingkungan dan pengaruh ideologi, telah berkembang bercampur dengan faktor-faktor baru di berbagai bidang kehidupan manusia.

Faktor baru seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, agama, ilmu pengetahuan dan teknologi (umpama perselisihan sumber daya, perebutan pasar, pengendalian kapital dan kompetisi perdagangan) telah menjadi ancaman kontemporer. Hal-hal di atas berkembang menjadi pertikaian lingkup semesta tanpa batas. Bisa negara, non negara, supranegara, perorangan, organisasi multinasional bahkan siapa pun, tidak semuanya memiliki kekuatan militer, tetapi memiliki kekuatan nonmiliter yang luar biasa hingga mampu menghapuskan suatu negara bangsa. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun