Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bagaimana Mengelola Sampah?

6 Agustus 2013   00:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:35 1917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sumber : www.norazone.wordpress.com

Di sana-sini, baik di pusat keramaian maupun di jalan-jalan sepi sekalipun masih ada saja sampah yang bertebaran, tidak saja ulah penduduk setempat yang sudah terbiasa membuang sampah akan tetapi ada juga pemudik dari luar kota yang dengan seenaknya membuang sampah. Kejadian ini sudah menjadi pemandangan yang amat umum di seantero wilayah negara kita, bahkan jika mau menelusuri sampai ke pusat pemerintahan sekalipun persoalan sampah masih saja merepotkan.

Kenapa sampah begitu sangat menyiksa, padahal kita tahu semua orang pastilah menghasilkan sampah baik sampah organik maupun sampah non organik yang tentu saja setiap hari akan keluar dari rumah kita. Selain itu memang budaya orang Indonesia suka membuang-buang sesuatu yang semestinya bisa dimanfaatkan. Tapi memang kebiasaan ini sepertinya sudah turun temurun. Tidak saja masyarakat tak terpelajar masyarakat berpendidikan tinggi juga masih suka membuat sampah.

Jika kita menengok persoalan sampah di sekitar kita-tidak perlu jauh-jauh mengamati sampah di Ibukota-di tempat kita sendiri yang notabene adalah kawasan kota kecil bahkan perkampungan seakan-akan sampah ini banyak menghabiskan biaya negara akan tetapi tidak kunjung diselesaikan.

Jaman dahulu, sebelum adanya aturan tentang peringatan mengenai global warming bahwa kita dilarang membakar sampah dengan alasan asap akan mencemari udara tapi mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat seakan-akan membakar sampah adalah hal biasa. Di mana pun perkampungan ada saja lubang sampah di dekat rumah dengan tujuan mengumpulkan sampah kemudian dibakar agar sampah tidak menumpuk, tapi ternyata cara ini tempo dulu masih efektif karena memang tidak ada lagi sampah yang menumpuk seperti sekarang seakan-akan sampah seperti gunung yang siap meledak karena tidak pernah dijamah dan dimanfatkan secara profesional.

Jika melihat fenomena tersebut, mungkin ada benarnya membakar sampah; jika sampah itu di wilayah yang masih amat jarang penduduknya (diperkampungan) karena memang alat untuk mengolah sampah khususnya non organik belum tersedia jadi membakar sampah sangat efektif mengurangi penumpukan sampah.

Akan tetapi jika di daerah perkotaan yang notabene kepadatan penduduk amat rapat pembakaran sampah akan sangat mencemari udara di sekitarnya akan tetapi menumpuk-numpuk sampah tanpa penangannya yang benar justru akan menjadi bom waktu yang justru akan menjadi masalah yang berkepanjangan seperti timbulnya bermacam-macam penyakit, bencana longsor sampah, serta pencemaran tanah dan air akibat limbah bercampur sampah yang menumpuk.

Proses penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir sebenarnya justru tidak akan mengurangi persoalan sampah akan tetapi justru akan menambah masalah baru. Apalagi jika kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat tidak tersentuh hukum, karena jika menanti kesadaran sepertinya amat sulit mendapatkan kesadaran masyarakat akan bahaya sampah.

Lalu, bagaimana pemerintah memberikan solusi konkrit tapi murah mengingat sampah setiap hari semakin bertambah?

1. Memberikan penyuluhan yang bersifat kontinyu, tidak hanya lewat media iklan akan tetapi pada forum-forum tingkat RT sekalipun semestinya digalakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun