Mohon tunggu...
Muhammad Alimuddin Sadu
Muhammad Alimuddin Sadu Mohon Tunggu... -

bicara seadanya dan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menilik Kekuatan Angkatan Perang Kerajaan Wuna (Muna)

24 September 2016   03:06 Diperbarui: 24 September 2016   03:16 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Melalui  Sistem Organisasi Militer Dan Sistem Pertahanan Nyamenilik Kekuatan Angkatan Perang  Kerajaan Wuna ( Muna ) Melalui  Sistem Organisasi Militer Dan Sistem Pertahanannya

Kerajaan Wuna adalah salah satu kerajaan besar yang terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi.  Kerajaan ini didirikan oleh La Eli alias  Bhaidhulu Dhamani atau dalam epic I Lagaligo dikenal sebagai Rimandri Langik dengan gelar Bheteno Ne Tombula sekitar tahun 1321. Awalnya,  wilayah Kerajaan Wuna mencakup seluruh Pulau Muna ( saat ini masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Muna, Muna Barat dan Buton Tengah serta sebagian Pulau Buton bagian Utara ( Saat ini sebagian masuk wilyah administrasi Kabupaten Buton Utara dan Kecamatan Wakorumba Selatan, Maligano dan Pasir Putih Raya Kabupaten Muna ).

Dalam catatan sejarah khususnya tradisi lisan yang berkembang dikalangan masyarakat Muna, dikisahkan bahwa La Eli Raja Muna Pertama adalah sosok manusia fenomenal yang memiliki kesaktian. Hal itu dikarenakan La Eli ditemukan dalam ruas bamboo oleh sekelompok orang yang sedang mencari bamboo di dalam hutan guna keperluan pembuatan bangsal. Bangsal itu untuk hajatan Mieno Tongkuno salah seorang pemimpin kampong di Muna ( sebeum terbentuknya kerajaan ). Perlu dikethui, dalam tradisi tutur masyarakat Muna dikisahkan bahwa sebelum terbentuknya Kerajaan Wuna, di daratan Pulau Muna telah terbentuk Delapan Kampung yang masing-masing Empat Kampung dipimpin oleh Kamokula ( Tongkuno,Barangka,Lindo, Wapepi) dan Empat Kampung lainya di pimpin Mieno (Kuara,Kansitala,Lembo,Ndoke.). Kedelapan kampong tersebut mengikat diri dalam sebuah konfederasi dengan pemimpin tertinggi Mieno Wamelai. Dalam sejarah kebudayaan Muna dikatakan, delapan kampong yang telah ada sebelum terbentuknya Kerajaan Muna di kenal sebagai Wawono Liwu ( Negeri Permulaan ).  

Sedangkan dalam manuskrip yang dokummen nya saat ini tersimpan di Museum KITLV yang ditulis pada tahun 1257 H atau tahun 1840 M oleh Sultan Buton Idris Qaimuddin, dalam kode SBF.308 R.410, SBF.214 R.361, SBF.291 R.3.19, SBF.19 R.1.19, SBF.151 R.2.102, SBF.20 R.120, SBF.207 R.3.54, SBF.175 R.3.22, dan SBF. 184 R.3.31 menginformasikan bahwa La Eli (Raja Muna I) gelar benteno ne Tombula. adalah anak dari hasil perkawinan Si Bataradari Majapahit dengan Wa Bokeodari Muna ( Baca: La Niampe, tanpa tahun).  Manuskrip tersebut mengisahkan tentang silsilah Raja- Raja Muna yang di katakan memiliki hubungan dengan kekerabatan dengan raja-raja Jawa ( Majapahit ), Konawe dan Buton.

Ketika Kerajaan Wuna dipimpin oleh Raja Wuna VI Sugi Manuru , terjadi reformasi secara besar-besaran dalam system pemerintahan dan hukum ( adat ). Sugi Manuru juga  meletakan   sendi-sendi dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Kerajaan Wuna yang di kenal dengan prinsip SOWITE ( untuk tanah air ). Sendi-sendi dasar tersebut menyangkut hubungan individu ( warga kerajaan ) dengan tuhan nya, individu dengan bangsanya dan hubungan antar individu. Prinsip dasar tersebut adalah :

 “ Hansuru-hansuru ana bhadha sumano kono hansuru liwu, Hansuru-hansuru ana liwu sumano kono hansuru adhati, Hansuru-hansuru ana adhati sumano tangka agama “ 

artinya biarlah badan ini hancur asalkan negara terselamatkan, Biarlah negara ancur asalkan adat tetap terjaga, biarlah adat hancur asalkan agama menjadi kuat.

Dengan memegang teguh prisip-prinsip dasar tersebutlah, kemudian Kerajaan Wuna tumbuh menjadi kerajan besar dan kuat sehingga beberapa rajanya berhasil menjadi raja di kerajaan  tetangga seperti kerajaan Wolio ( kemudian di rubah menjadi Kesultanan Buton), Konawe, Mekongga dan Selayar. Kuat dan besarnya Kerajaan Wuna tersebut tidak terlepas dari dukungan angkatan perangnya yang kuat dan terorganisir dengan baik. Untuk mengetahui seberapa besar dan solidnya angkatan perang Kerajaan Muna pada masanya, penulis akan menguraikannya sebagai berikut :

 

  •  Organisasi Angkatan Perang Kerajaan Wuna

Kekuatan angkatan perang suatu negara/ kerajaan dapat dinilai dari seberapa solid dan lengkapnya organisasi militer serta dukungan Alat Utama Sistem Pertahanan ( Alusista ) yang dimilikinya.  Suatu negara/kerajaan bisa dianggap sebagai negera/kerajaan yang kuat serta disegani  oleh negara/kerajaan tetangganya apabila memiliki angkatan perang yang solid, terorganisir, lengkap dan didukung dengan alusista yang mumpuni.

Bagaimana dengan Kerajaan Wuna ( Muna )? Apakah benar kerajaan itu pernah menjadi suatu kekuatan yang disegani pada masanya ? Untuk menjawab itu semua maka perlu ditilik  lebih jauh lagi mengenai struktur organisasi dan  system pertahanan  yang dimiliki nya. Berikut ini penulis menyajikan struktur organisasi dan system pertahanan yang pernah dimiliki Kerajaan Wuna, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun