Mama...10 tahun yang lalu hari terakhir kami melihat mama sekalipun saat itu mama hanya terbaring dan tidak dapat berbicara karena sakit yg mama derita. Mama begitu bahagia saat itu karena paraman (ponakan) dan eda (ipar) mu datang melihat mu, seakan mama tak rela mereka pulang dan meninggalkan mama engkau terus memandangi mereka sampai mereka tak terlihat lagi oleh pandangan mu. Tak lama setelah itu mama pun melepas cincin dijari mu seakan mama hendak mengembalikannya pada ku, namun kami tak sadar kami pun memakaikannya kembali ke jari mu dan engkau melepasnya lagi.
Ma...sedih rasanya jika mengingat semua kenangan itu namun terlebih sedih ketika sadar betapa anak mu ini butuh kehadiran mu.
Ma...maaf jika sampai saat ini anakmu belum bisa membawa hela (calon mantu laki-laki) mu ke tempat peristirahatan terakhirmu. Pernah ku berjanji jika ku membawa dia ke sana maka dia orangnya tapi ternyata bukan dia ma walau sering sudah aku dan dia datang ke makam mu. Saat ini aku sedang bergumul tuk itu ma, tak ada teman tuk berbagi seandainya mama ada akan ku ceritakan semua ke mama tanpa ada yg ku sembunyikan. Tak mungkin aku cerita ke bapa, kaka, ito, eda, abang, teman atau sahabat sekalipun karna hanya mama yg bisa mengerti dan menjaga semua crita itu. Ma tahun ini begitu berat pergumulan ku, berbulan2 aku tak kunjung beranjak semua itu menguras tenaga, emosi, pikiran, dan waktu yg membuatku kehilangan semangat tuk hidup. Aku begitu jahat padanya ma, seringkali aku memintanya tuk pergi dr ku dan mencari yang lain kini saat dia menemukan yang lain aku sakit ma krn aku tersadar bahwa aku mencintai dia saat aku telah melepaskannya dan saat ini aku sudah kehilangan dia.
Aku datang ke Tuhan ma, aku menangis, berserah, berharap, berpuasa dan hanya mengandalkan Dia tuk memampukan ku lewati dan hadapi pergumulan ku ini. Dan aku bersyukur ma aku lulus melewati pergumulan ini. Semoga Tuhan memberi yang terbaik sesuai waktuNya.
Ma tepat tanggal 6 Juli 2005 10 tahun lalu engkau pergi meninggalkan kami tuk selamanya, hanya tubuh fana mu yang dapat kami pandangi selama 2 hari kedepan sebelum kami menghantarkan mu ke tempat peristirahatan terakhir mu.
Ma...kami berjanji tuk menjaga kekasih hatimu, tuk membahagiakannya, tuk memberinya semangat hidup, tuk membuatnya tetap tersenyum sekalipun kami telah menikah, berumah tangga, dan sesibuk apa pun kami akan tetap memperhatikannya.
Ma...kami akan mengikuti teladan mu tuk menjadi istri yang tangguh dan mama yang selalu mengutamakan kebutuhan kami anak-anak mu. Mama yang tegar, mama yang hebat, mama yang menjadi super mom tuk kami, mama yang adalah segala-galanya.
Rindu ku tuk mu mamaku Shinta br. Naibaho! Anak mu Lora Ringo.