Mohon tunggu...
Leonardus O. Magai
Leonardus O. Magai Mohon Tunggu... Wiraswasta -

"Menulis itu Mencatat Sejarah maka Catatlah Sejarahmu dengan Menulis sesuai apa yang kamu alami, apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengar, dan apa yang kamu rasakan".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenang 33 Tahun Kematian Arnold Clemens Ap

26 April 2017   04:06 Diperbarui: 27 April 2017   14:00 2186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok: Ilustrasi, Alm. Arnold Clemens Ap., Bernyanyi untuk Hidup (1 Juli 1945 - 26 April 1984) || multimediabeko.blogspot.co.id

"Saya bukan seorang Pengamat Sosial Politik, Saya bukan Seorang Budayawan dan Antrolog, Saya bukan Seorang Musisi dan Musikolog, tetapi Saya hanya penulis Sejarah".

Kematian seseorang sangat menyedihkan bagi keluarga dekat dan sanak saudaranya karena keterlibatan sosial dalam kehidupan manusia seperti kita ketahui dalam ilmu sosiologi bahwa manusia tak bisa hidup sendiri karena manusia bukanlah sebuah pulau yang bisa hidup ditengah lautan.

Dengan keterlibatan sosial inilah manusia mengenang kisah-kisah baik yang pernah dibuat selama masih hidup didalam kehidupan manusia di dunia. Selama kita masih hidup dimana saja kita berada, kita diberi kebebasan oleh Allah untuk berkarya sesuai talenta yang telah diberikan kepada kita masing-masing. 

Oleh karena itu, melalui talenta yang melekat pada manusia dapat kita implementasikan dengan cara mengagitasi, mengorganisir, mengarahkan, menyusun, merencanakan, dan membuat sesuatu sesuai talentanya. Talenta pada manusia berbeda-beda, ada yang bermain sepak bola, bola volley, bola futsal, bulu tangkis, tenis meja,  dan ada yang bisa bermain musik biola, gitar, drum, piano, harmonika, dan keyboard.

Salah satu Pengembangan talenta dalam bidang Seni Papua yakni “MAMBESAK” yang di pelopori oleh Arnold Clemens Ap, dkk., pada tahun 1972 di Jayapura. “MAMBESAK” ini dapat dikenang hingga sekarang karena gerakan mahasiswa yang bergerak dibidang seni dan budaya ini dimulai dari gereja-gereja, panggung musik hingga terakhir di RRI nusantara lima Jayapura. 

Pada perkembangannya, Arnold Clemens Ap, dkk., melalui “MAMBESAK” dapat menyita perhatian dari seantero masyarakat Papua dengan tumbuh dan berkembang subur sehingga pada tanggal 15 Agustus 1978 dijadikan sebagai hari Lahirnya “MAMBESAK”. 

Awal mula mendirikan Grup Musik dari Tanah Papua yang bernama “MAMBESAK” ini dengan tujuan untuk menghibur hati masyarakat Papua yang sedang diintimidasi, dianiaya, diperkosa, dan dibunuh diatas Tanahnya Sendiri oleh aparat Militer yang bertugas di Papua maka Arnold Clemens Ap, dkk., dikenal sebagai Budayawan.

Grup Musik “MAMBESAK” banyak memberikan inspirasi yang kuat dan telah membangkitkan rasa nasionalisme bangsa Papua sehingga pemerintah Indonesia menganggapnya gerakan ini sangat berbahaya atau Separatis. Lalu, pada bulan Januari 1980 pimpinan Grup Musik “MAMBESAK” dituduh sebagai OPM Kota yang ikut berpartisipasi dalam perjuangan Kemerdekaan Bangsa Papua.

Tuduhan itupun, semakin hari semakin membesar dikalangan Militer Indonesia di Papua hingga pada 11 November 1983 Pimpinan Grup Musik itupun ditangkap oleh Militer Indonesia. Hanya lima bulan dipenjara, Arnold Clemens Ap, dibunuh oleh Pemerintah Indonesia melalui Kopassandha (kini Kopassus) dan mayatnya ditemukan pada tanggal 26 April 1984 di Pantai Base G, Jayapura. Kematian, sang Budayawan Arnold Clemens Ap, masih misterius hingga sampai hari ini.

Pembunuhannya diatur dengan skenario melarikan diri setelah sebelumnya secara sengaja dibebaskan oleh Kopassandha dari dalam tahanan. Arnold Clemens Ap yang hendak menyeberang ke Papua New Guinea menyusul istri dan anaknya yang telah mengungsi lebih dahulu justru ditembak mati. Selain Arnold Clemens Ap, rekannya Eduard Mofu, juga dibunuh Jenazahnya ditemukan terapung dipermukaan air laut Pantai Base G dengan luka tembak di dada dan perutnya.

Sekitar 800-an Masyarakat Papua melakukan pelarian ke Perbatasan Indonesia-PNG sebagai bentuk protes mereka atas sikap tidak manusiawi dari Indonesia terhadap bangsa Papua Barat. Pada hari yang sama sekitar 300-an masyarakat Papua melakukan “long march” mengantarkan mayat Alm. Arnold Clemens Ap, dari Kota Jayapura menuju Tanah Hitam (TPU).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun