Mohon tunggu...
Sulistyo
Sulistyo Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Dagang

Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mencari Alternatif, Harga Elpiji Subsidi 3 Kg Supaya Tepat Sasaran

23 Juli 2017   16:05 Diperbarui: 27 Juli 2017   07:07 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Elpiji sebagai salah satu kebutuhan pokok sehari-hari tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Ketika barang ini mulai menunjukkan gejala kelangkaan di pasaran maka harganyapun naik sehingga suara publik muncul ke permukaan. Terutama bila elpiji subsidi 3 kg sudah mulai diperebutkan semua orang maka kebutuhan pokok yang seharusnya diperuntukkan keluarga kurang mampu/miskin inipun mengundang masalah berkelanjutan.

Berdasar amatan nyata di lapangan, ada beberapa faktor penyebab kelangkaan menyusul harga elpiji naik antara lain: kebijakan kenaikan harga dari pemerintah. Sebagai contoh ketika harga elpiji 12 kg (non subsidi) dinaikkan, yang terjadi adalah kecenderungan beralihnya sebagian besar konsumen ke tabung gas melon (isi 3 kg).

Dampak atas beralihnya konsumen kelas menengah ke atas tersebut tentunya "mengganggu" jatah (keluarga miskin) sebagai pengguna elpiji subsidi 3 kg. Lebih sedih lagi jika ada pihak-pihak yang "membeli borong" dan bermotif ekonomi sehingga kelangkaan semakin parah dan harganya semakin membubung. Atas ulah demikian maka rakyat kecil yang miskin mau tidak mau, suka tidak suka harus mengikuti "harga pasaran" yang tidak wajar untuk memperoleh jatahnya.

Disamping kebijakan kenaikan harga, pada saat-saat tertentu seperti hari besar mengingat kebutuhan gas elpiji bertambah kerapkali para spekulan "bermain" atau sebut gejala penimbun musiman -- dan ini berlangsung dari waktu ke waktu selalu demikian. Akibatnya persediaaan menjadi langka, disusul harga gas elpiji 3 kg cenderung merangkak naik. Lemahnya pengawasan dan pengendalian terhadap persoalan ini mengakibatkan harga elpiji 3 kg seolah cenderung mengikuti mekanisme pasar.

Saat lebaran 2017 lalu di kota Yogyakarta, gas melon 3 kg yang seharusnya menurut HET Rp 15.500 - ternyata dijual (di  eceran) Rp 18 rb s/d Rp 20 rb, bahkan bisa mencapai Rp 22 rb sampai Rp 25 rb.

Dilihat dari kalkulasi harga, bagi yang sudah terbiasa menggunakan elpiji 12 kg (golongan menengah ke atas) yang beralih menggunakan elpiji 3 kg (jatah keluarga miskin), seberapapun  harganya jelas akan terbeli. Betapa tidak, mereka yang biasanya mengeluarkan Rp 135 rb untuk memperoleh gas elpiji 12 kg, maka seandainya membeli 5 gas elpiji subsidi ukuran 3 kg misalnya seharga @ Rp 25 rb/tabung -- dengan total pengeluaran Rp 125 rb, tetap akan terbayar mengingat daya beli mereka cukup kuat.

Selain itu dilihat dari isinya, membeli 5 tabung elpiji berisi 3 kg berarti pula mendapatkan 5 x 3 kg = 15 kg gas elpiji. Bukankah ini lebih banyak dan lebih murah bila dibandingkan harga elpiji 12 kg dengan pengeluaran Rp 135 rb?  

Disparitas harga jual elpiji (3 kg dan 12 kg) yang tidak proporsional seperti sekarang ini seringkali mengundang masalah baru. Disamping juga menyebabkan penyalahgunaan peruntukannya dan tidak menutup kemungkinan terjadi kasus pengoplosan.

Dan jika kondisi demikian berlangsung, berarti hak keluarga miskin menjadi bahan rebutan mereka (golongan menengah ke atas) atau pihak lain yang notabene lebih berduit. Inikah yang sering disebut-sebut subsidi salah sasaran?

Elpiji Subsidi 3 Kg Supaya Tepat Sasaran

Hampir semua orang mengetahui bahwa elpiji isi 3 kg disediakan khusus untuk keluarga kurang mampu/miskin dengan harga subsidi atau HET Rp 15.500.- Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, hampir semua keluarga entah itu miskin, menengah ke atas, bahkan pemilik usaha-usaha lebih memilih menggunakan elpiji melon atau elpiji isi 3 kg. Boleh jadi ini disebabkan harganya relatif lebih murah dan bentuknya cukup praktis, gampang dipindah/ditempatkan dimana saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun